13 Oktober Hari Trombosis Sedunia, Ketahui Penyebab dan Risiko Komplikasinya
Trombosis merupkan gangguan aliran darah yang dapat menyebabkan beragam komplikasi serius.
Sirkulasi darah yang berjalan di dalam tubuh perlu berjalan dengan lancar. Sirkulasi darah yang mengalir dengan baik, dapat mendukung fungsi kerja organ-organ tubuh bekerja. Sebaliknya, jika aliran darah terhambat maka bisa menyebabkan berbagai risiko penyakit.
Salah satunya adalah gangguan trombosis. Ini merupakan salah satu penyakit yang bisa mengakibatkan beragam komplikasi serius, hingga menyebabkan kematian, jika tidak ditangani dengan baik. Untuk meningkatkan kesadaran tentang hal ini, Anda perlu mengedukasi diri melalui Hari Trombosis Sedunia yang diperingati setiap 13 Oktober.
-
Apa itu trombosit? Trombosit adalah komponen kecil darah yang membantu proses pembekuan darah. Trombosit juga disebut sebagai perban alami tubuh yang berguna untuk menghentikan darah.
-
Kenapa hari stroke sedunia penting? Peringatan Hari Stroke Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit stroke.
-
Mengapa trombosit penting untuk tubuh? Fungsi ini dilakukan tidak lain oleh trombosit. Trombosit dalah komponen dalam darah berupa fragmen kecil yang bekerja membentuk gumpalan untuk mencegah atau menghentikan pendarahan.
-
Bagaimana ambeien trombosis terjadi? Ini biasanya disebabkan oleh ambeien trombosis, di mana bekuan darah kecil terbentuk dalam pembuluh darah yang bengkak di luar anus.
-
Kapan peringatan hari stroke sedunia dimulai? Peringatan yang dimulai pada tahun 2006 ini bertujuan untuk meningatkan betapa pentingnya pencegahan penyakit stroke.
-
Apa itu komplikasi dalam dunia kesehatan? Komplikasi, sebagai konsekuensi dari berbagai kondisi kesehatan, dapat menjadi tantangan serius dalam upaya penyembuhan dan pemulihan.
Berikut, kami rangkum sejarah 13 Oktober Hari Trombosis Sedunia, gejala, penyebab, hingga risiko komplikasinya, bisa disimak.
Sejarah Hari Trombosis Sedunia
Pertama, akan dijelaskan sejarah 13 Oktober yang diperingati sebagai Hari Trombosis Sedunia. Hari Trombosis Sedunia diperingati setiap tanggal 13 Oktober untuk meningkatkan kesadaran global tentang trombosis, sebuah kondisi medis serius yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah, menghalangi aliran darah.
Peringatan ini pertama kali dimulai pada tahun 2014 oleh International Society on Thrombosis and Haemostasis (ISTH) dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang faktor risiko, gejala, dan pencegahan trombosis. Trombosis bisa terjadi pada semua orang, dari segala usia, dan dapat menyebabkan kondisi berbahaya seperti stroke, serangan jantung, dan emboli paru.
Pentingnya Hari Trombosis Sedunia adalah untuk mengurangi angka kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh trombosis, dengan fokus pada pencegahan dan perawatan yang tepat waktu.
Melalui kampanye global ini, masyarakat diharapkan lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan pembuluh darah, mengenali tanda-tanda awal trombosis, serta memahami bagaimana gaya hidup sehat dan perawatan medis dapat membantu mencegah kondisi ini.
Setiap tahunnya, acara dan kegiatan dilakukan di seluruh dunia untuk mendukung edukasi mengenai trombosis dan memperbaiki sistem kesehatan terkait pengobatan penyakit ini.
Pengertian dan Gejala Trombosis
Setelah mengetahui sejarah 13 Oktober Hari Trombosis Sedunia, selanjutnya dijelaskan pengertian dan gejalanya. Trombosis adalah kondisi medis yang terjadi ketika terbentuk gumpalan darah (trombus) di dalam pembuluh darah, yang dapat menghalangi aliran darah normal.
Gumpalan darah ini dapat terbentuk di pembuluh darah arteri atau vena. Jika terbentuk di arteri, kondisi ini disebut trombosis arteri dan dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Jika terjadi di vena, disebut trombosis vena, yang paling umum adalah deep vein thrombosis (DVT), biasanya terjadi di kaki.
Trombosis yang parah dapat menyebabkan komplikasi serius jika gumpalan darah pecah dan bergerak ke bagian tubuh lain, seperti paru-paru, yang dikenal sebagai emboli paru.
Berikut adalah gejala trombosis yang perlu diwaspadai:
- Pembengkakan di salah satu kaki, sering kali pada betis atau paha.
- Nyeri atau ketidaknyamanan di kaki yang terkena, terutama saat berdiri atau berjalan.
- Perubahan warna kulit di area yang terkena, biasanya kemerahan atau kebiruan.
- Kulit terasa hangat di sekitar area pembengkakan.
- Sesak napas yang terjadi secara tiba-tiba, yang bisa menjadi tanda emboli paru.
- Nyeri dada tajam yang memburuk saat bernapas dalam-dalam atau batuk.
- Batuk berdarah atau disertai dahak yang mengandung darah.
- Detak jantung cepat atau tidak teratur.
- Kelelahan atau kelemahan ekstrem tanpa sebab yang jelas.
Jika mengalami gejala-gejala ini, terutama jika muncul secara tiba-tiba, penting untuk segera mencari bantuan medis.
Penyebab Trombosis
Selain sejarah 13 Oktober Hari Trombosis Sedunia, penting juga dipahami apa saja faktor yang menyebabkan penyakit ini, sebagai berikut:
- Imobilisasi: Duduk atau berbaring dalam waktu yang lama, seperti selama perjalanan jauh atau setelah operasi, dapat mengurangi aliran darah di kaki, meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah (deep vein thrombosis atau DVT).
- Cedera pada pembuluh darah: Cedera pada dinding pembuluh darah, seperti akibat operasi, trauma, atau infeksi, dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah, memicu pembentukan gumpalan darah.
- Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi kesehatan, seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit autoimun, dapat meningkatkan risiko trombosis. Kondisi ini seringkali mempengaruhi pembekuan darah atau aliran darah normal.
- Kehamilan: Kehamilan meningkatkan tekanan di pembuluh darah panggul dan kaki, sehingga meningkatkan risiko trombosis vena. Risiko ini juga lebih tinggi setelah melahirkan, terutama dalam 6 minggu pertama.
- Penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi hormon: Pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, serta terapi penggantian hormon, dapat meningkatkan risiko pembekuan darah karena pengaruhnya terhadap kadar hormon yang mempengaruhi mekanisme pembekuan darah.
- Obesitas: Berat badan berlebih memberikan tekanan tambahan pada pembuluh darah di kaki, yang dapat memperlambat aliran darah dan meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.
- Merokok: Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan memengaruhi mekanisme pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko trombosis.
- Gangguan genetik atau kelainan pembekuan darah: Beberapa orang memiliki kondisi genetik yang memengaruhi kemampuan darah untuk membeku, seperti faktor V Leiden, yang membuat mereka lebih rentan terhadap trombosis.
- Usia yang lebih tua: Seiring bertambahnya usia, risiko trombosis meningkat karena perubahan dalam aliran darah dan dinding pembuluh darah. Orang yang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena trombosis.
- Dehidrasi: Kekurangan cairan dalam tubuh dapat membuat darah menjadi lebih kental, sehingga lebih mudah terbentuk gumpalan darah.
Risiko Komplikasi Trombosis
Setelah mengetahui sejarah 13 Oktober Hari Trombosis Sedunia, terakhir dijelaskan risiko komplikasi yang perlu diwaspadai, sebagai berikut:
- Emboli Paru (Pulmonary Embolism): Gumpalan darah dari trombosis vena dalam (DVT) dapat pecah dan berpindah ke paru-paru, menyebabkan emboli paru. Ini adalah kondisi serius yang dapat menghalangi aliran darah di paru-paru dan mengakibatkan sesak napas, nyeri dada, detak jantung cepat, hingga kematian mendadak jika tidak segera ditangani.
- Sindrom Pasca-Trombosis (Post-Thrombotic Syndrome): Sindrom ini terjadi sebagai komplikasi jangka panjang dari DVT, di mana area yang terkena mengalami pembengkakan kronis, nyeri, perubahan warna kulit, dan bahkan ulkus (luka terbuka). Ini terjadi karena kerusakan pada katup vena akibat gumpalan darah, yang mengganggu aliran darah balik ke jantung.
- Stroke: Jika trombosis terjadi di arteri yang menuju otak atau terjadi gumpalan yang berpindah ke sana, dapat menyebabkan stroke. Stroke bisa menimbulkan kerusakan pada otak, menyebabkan gejala seperti kelemahan tubuh, kehilangan kemampuan berbicara, kebingungan, dan bahkan kelumpuhan permanen atau kematian.
- Serangan Jantung: Trombosis yang terjadi di arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang memasok darah ke jantung, dapat memicu serangan jantung. Gumpalan darah yang menghalangi aliran darah ke jantung bisa menyebabkan kerusakan otot jantung dan, dalam kasus yang parah, mengakibatkan kematian.
- Trombosis Vena dalam Berulang (Recurrent DVT): Setelah seseorang mengalami DVT, mereka berisiko lebih tinggi mengalami trombosis ulang di kemudian hari. Trombosis berulang ini bisa meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut, termasuk emboli paru atau sindrom pasca-trombosis.
- Gangguan Pernapasan Jangka Panjang: Pada kasus emboli paru yang parah, pasien mungkin mengalami gangguan pernapasan jangka panjang seperti hipertensi pulmonal kronis, di mana tekanan darah di arteri paru-paru tetap tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kronis dan sesak napas.
- Kematian Mendadak: Komplikasi trombosis yang tidak terdeteksi atau tidak diobati dengan cepat, terutama emboli paru, dapat menyebabkan kematian mendadak akibat penghentian fungsi organ vital seperti paru-paru atau jantung.