5 Potret Keseruan Festival Balon Udara di Wonosobo, Ada Sosok Pawang Angin
Merdeka.com - Setelah ditiadakan dua tahun akibat pandemi COVID-19, pada tahun ini Festival Balon Tradisional di Wonosobo kembali digelar. Acara kali ini digelar di Lapangan Kembaran, Kalikajar, Wonosobo. Para wisatawan dari berbagai daerah datang memadati lapangan itu.
Sementara itu puluhan balon udara dengan berbagai pola bentuk terbang rendah di atas lapangan, memancarkan pesona tersendiri bersanding dengan sinar matahari yang terik. Berikut adalah keseruan Festival Balon Udara Tradisional di Wonosobo, sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu:
Berlangsung Meriah
-
Bagaimana Festival Balon Udara Wonosobo tercipta? Tradisi penerbangan balon udara di Wonosobo telah dimulai pada pertengahan dekade 1920-an. Berdasarkan penuturan masyarakat, penemunya pertama kali adalah Bapak Atmo Goper.
-
Mengapa Festival Balon Udara Wonosobo semakin meriah? Era reformasi menandai perubahan besar dalam tradisi balon udara di Wonosobo. Pada era ini, balon tradisional mulai beranjak dari hanya sekedar hiburan sederhana saat Lebaran menjadi atraksi utama dalam festival yang diadakan setiap perayaan hari jadi Kabupaten Wonosobo.
-
Apa saja yang dilakukan di Festival Balon Udara Wonosobo? Festival balon udara yang dinilai paling meriah terjadi pada tahun 2006. Waktu itu pihak panitia berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar seperti perusahaan media Jawa Pos dan perusahaan rokok Dji Sam Soe.
-
Di mana Festival Balon Udara Wonosobo diadakan? Acara ini mampu menyedot 50.000 wisatawan. Mereka berbondong-bondong datang ke lokasi balon udara hingga menyebabkan kemacetan sejauh 1 km pada ruas jalan A. Yani di Wonosobo.
-
Kapan Festival Balon Udara Wonosobo pertama kali digelar secara besar-besaran? Aktivitas penerbangan balon udara dalam skala besar dimulai pada tahun 2005.
-
Kenapa Festival Balon Udara digelar? 'Ini adalah salah satu upaya UMP sebagai kampus wisata. Jadi tak hanya untuk belajar, di kampus ini kitab isa healing dan mendapatkan kegembiraan,' kata Rektor UMP, Jebul Suroso.
©Instagram/@wonosobozone
Dari berbagai foto yang beredar di Instagram, festival balon udara itu berlangsung meriah. Tampak lapangan tempat berlangsungnya acara itu dibanjiri oleh pengunjung yang datang dari berbagai tempat. Mereka rela datang jauh-jauh demi menikmati keindahan warna-warni balon udara itu.
Sementara itu, balon-balon raksasa yang diterbangkan di atas langit Wonosobo memancarkan keindahannya tersendiri. Apalagi balon-balon itu dibuat dengan beragam pola dan komposisi warna yang cerah.
Dengan pancaran sinar matahari, dari kejauhan balon-balon raksasa itu tampak seperti telur paskah yang melayang dengan latar pegunungan dan keindahan alam di sekitarnya.
Tradisi Sambut Bulan Syawal
©Instagram/@wonosobozone
Dikutip dari akun Instagram @wonosobohitz pada Senin (2/6), Festival Balon Udara Tradisional merupakan tradisi warga Wonosobo untuk menyambut Bulan Syawal. Tradisi ini telah diwariskan secara turun temurun.
Dilaksanakan di Dua Tempat
©Instagram/@wonosobozone
Tradisi ini dilaksanakan pada dua tempat berbeda, yaitu di Lapangan Kedungluhur, Kecamatan Kertek pada tanggal 3-4 Mei 2022 dan di Lapangan Kembaran, Kecamatan Kalikajar pada tanggal 3-6 Mei. Penerbangan balon sendiri biasanya dimulai sekitar pukul 06.00-08.00.
Tradisi yang Tak Lekang Oleh Waktu
©Instagram/@wonosobozone
Seiring dengan perkembangan teknologi, di mana pesawat-pesawat lalu lalang di atas langit, penyelenggaraan festival ini sempat memicu polemik karena dianggap mengganggu penerbangan.
Pada 2017, AirNav Indonesia sempat menerbitkan Notice To Airmen (NOTAM) untuk penerbangan yang melintasi wilayah Jateng karena adanya festival balon udara ini. Bahkan AirNav juga menyurati Bupati Wonosobo dan Bupati Banjarnegara terkait tradisi tersebut. Namun di tengah polemik itu, tradisi ini tetap dijalankan hingga kini.
Ada Pawang Angin
©Instagram/@wonosobozone
Di tengah kemeriahan festival itu, penonton dihebohkan dengan kehadiran seorang pawang angin yang turut menyita perhatian. Dia adalah Arif Muabat (36). Dengan mengenakan baju adat Jawa serta ikat di kepala, Arif melakukan ritual dengan membunyikan lonceng dan memegang dupa.
Dilansir dari akun Instagram @wonosobozone, Arif mengaku sengaja didatangkan oleh pihak penyelenggara untuk menjaga kestabilan angin, apalagi ada beberapa balon udara yang gagal terbang karena angin bertiup terlalu kencang. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Festival ini juga menjadi ajang merayakan dan mengisi libur Hari Raya Idulfitri.
Baca SelengkapnyaFestival balon udara di Wonosobo yang diadakan setiap tahun punya sejarah yang panjang.
Baca SelengkapnyaPuluhan balon udara dilepas berubah menjadi kanvas berwarna - warni menghiasi langit.
Baca SelengkapnyaMeriahnya Festival Balon Tambat, Tradisi Syawalan di Pekalongan
Baca SelengkapnyaTak sedikit yang bilang bahwa mereka untuk pertama kalinya melihat balon udara.
Baca SelengkapnyaMeski sudah dilarang, masih ada saja warga yang menerbangkan balon udara dalam rangka merayakan hari lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPihak AirNav menyebut bahaya balon udara raksasa liar dari penerbangan antara menutupi pandangan pilot.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diharapkan dapat mengerti bahaya menerbangkan balon udara di sembarang tempat.
Baca SelengkapnyaAcara itu ditutup dengan penerbangan lampion yang disambut antusias oleh warga.
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaTabuhan rancak khas rebana kuntulan memecahkan keriuhan di tengah Alun-Alun Taman Blambangan, Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di sejumlah daerah diminta untuk tidak menerbangkan balon udara sebagai bagian budaya dan tradisi keagamaan.
Baca Selengkapnya