6 Mitos tentang Yoga yang Tak Perlu Dipercaya, Salah Satunya Harus Bertubuh Lentur
Mitos tentang yoga sering kali tidak berdasarkan penjelasan ilmiah sehingga tak perlu dipercaya.
Yoga merupakan salah satu jenis latihan fisik yang populer dan banyak diikuti masyarakat. Ini termasuk jenis olahraga berdampak rendah, namun dapat membuat tubuh sehat dan bugar. Dengan begitu, siapa saja bisa mempraktikkan yoga sebagai sarana untuk menjaga kesehatan.
Sayangnya, terdapat berbagai mitos tentang yoga yang sering kali membuat seseorang enggan memilih olahraga yoga. Mulai dari mitos yang menyebutkan yoga bukan olahraga, dilarang melakukan saat menstruasi, yoga dikaitkan dengan ajaran agama tertentu, hingga anggapan yoga menyebabkan ngantuk.
-
Kenapa mitos itu tidak benar? Namun, ini adalah mitos yang tidak didukung oleh fakta ilmiah.
-
Apa itu mitos? Pada umumnya, Cremers mendefinisikan mitos sebagai cerita atau narasi yang berasal dari tradisi lisan dan memiliki unsur magis atau keajaiban.
-
Mitos itu apa, secara sederhana? Mitos, sebagai warisan kultural yang telah melintasi generasi dan peradaban, tetap menjadi elemen tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
-
Siapa yang percaya mitos ini? Banyak orang percaya mitos ini karena mereka mendengar cerita dari orang lain atau bahkan mengalami hal serupa.
Berikut, kami rangkum berbagai mitos tentang yoga beserta penjelasan faktanya yang perlu diketahui.
1. Yoga bukan olahraga
Mitos tentang yoga yang pertama yaitu yoga disebut bukan jenis olahraga. Yoga sering dianggap bukan olahraga karena perbedaannya dengan jenis olahraga lainnya, seperti senam aerobik yang lebih fokus pada intensitas dan gerakan cepat.
Sementara itu, yoga menekankan pada gerakan yang lebih lambat dan terkontrol, memberikan kesan bahwa itu lebih bersifat santai. Namun, meskipun gerakannya terlihat lembut, yoga menggabungkan elemen penting seperti peregangan, kekuatan, pernapasan, dan meditasi.
Setiap pose dalam yoga memerlukan konsentrasi dan ketahanan, yang sebenarnya membangun kekuatan dan fleksibilitas tubuh. Proses pernapasan juga sangat vital dalam praktik yoga, yang membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres.
Definisi olahraga sebenarnya sangat bergantung pada perspektif masing-masing orang. Bagi sebagian orang, olahraga mungkin hanya berarti aktivitas fisik yang menguras tenaga, sedangkan bagi yang lain, yoga bisa jadi dianggap sebagai bentuk olahraga karena manfaat holistik yang diberikannya terhadap kesehatan fisik dan emosional. Dengan demikian, yoga memiliki nilai tersendiri meskipun tidak selalu dikategorikan sebagai olahraga konvensional.
2. Tak boleh yoga saat menstruasi
Mitos tentang yoga berikutnya yaitu konon orang yang sedang menstruasi dilarang melakukan yoga. Namun sebenarnya, tidak ada larangan mutlak untuk berlatih yoga saat menstruasi. Keputusan untuk berlatih seharusnya didasarkan pada kenyamanan individu masing-masing. Beberapa wanita merasa baik-baik saja melakukan yoga saat menstruasi, sedangkan yang lain mungkin memilih untuk beristirahat.
Namun, ada gerakan tertentu yang sebaiknya dihindari, seperti Sirsasana (posisi kepala) dan Sarvangasana (posisi bahu), karena dapat memberikan tekanan tambahan pada perut. Di sisi lain, beberapa pose seperti Baddha Konasana dapat bermanfaat untuk meredakan nyeri menstruasi dan meningkatkan sirkulasi.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada hubungan antara endometriosis dan aliran darah yang mengalir ke arah yang tidak semestinya. Yoga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan, asalkan dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan kondisi tubuh. Ingat, kenyamanan adalah hal utama saat berlatih yoga selama menstruasi.
3. Yoga hanya dilakukan orang beragama tertentu
Mitos tentang yoga selanjutnya yaitu dipercaya hanya dilakukan agama tertentu. Mitos bahwa yoga hanya untuk orang beragama tertentu, khususnya pemeluk Hindu atau Buddha, perlu diluruskan.
Yoga adalah kegiatan yang luas dan dapat dipraktikkan oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama. Banyak orang dari berbagai kalangan, termasuk mereka yang tidak memeluk agama tertentu, menemukan manfaat praktis dari yoga dalam kehidupan sehari-hari.
Pencerahan yang dicapai melalui yoga bervariasi tergantung pada budaya dan konteks individu. Dalam perkembangannya, pemisahan antara praktik fisik dan spiritual telah terjadi, di mana banyak orang kini fokus pada aspek fisik seperti yoga asana untuk kebugaran tanpa mengaitkannya secara langsung dengan spiritualitas.
Ini menunjukkan bahwa yoga tidak hanya berfungsi sebagai alat pencapaian spiritual, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Dengan demikian, yoga terbuka untuk siapa saja yang ingin mengeksplorasi potensi diri mereka, menjadikannya aktivitas inklusif yang melampaui batasan agama.
4. Harus punya tubuh fleksibel untuk lakukan yoga
Mitos tentang yoga lainnya termasuk anggapan harus memiliki tubuh yang lentur. Ada anggapan umum yang mengatakan bahwa seseorang harus memiliki tubuh yang fleksibel untuk melakukan yoga.
Sebenarnya, setiap orang, tanpa memandang tingkat fleksibilitasnya, dapat berlatih yoga dengan rutin. Yoga bukan hanya tentang fleksibilitas, tetapi lebih kepada pengembangan kekuatan, kekuatan mental, dan keseimbangan.
Latihan yoga dapat membantu mengubah otot yang kaku menjadi lebih lentur seiring waktu. Bagi pemula, tidak perlu khawatir; Anda bisa mulai dengan gerakan yang sederhana dan secara bertahap meningkatkan kompleksitasnya. Semakin sering Anda berlatih, semakin fleksibel tubuh Anda akan menjadi.
Yang paling penting adalah yoga tersedia untuk semua usia dan tipe tubuh. Tidak ada batasan atau syarat tertentu untuk memulai latihan yoga. Jadi, ambil matras Anda dan mulai perjalanan yoga Anda, karena yoga bisa menjadi olahraga yang bermanfaat untuk semua kalangan.
5. Yoga Tidak “Mengeluarkan” Keringat
Mitos tentang yoga yang keenam yaitu yoga dianggap tidak mengeluarkan keringat. Sebenarnya, ini sangat tergantung pada jenis yoga yang dilakukan.
Ada variasi yoga yang lebih dinamis, seperti power yoga, vinyasa, ashtanga, dan hot yoga yang dapat meningkatkan detak jantung dan mempercepat pernapasan. Jenis-jenis yoga ini cenderung memicu keringat yang lebih intens, memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan tubuh dan kebugaran fisik.
Power yoga dan vinyasa, misalnya, melibatkan gerakan yang lebih cepat dan berurutan, sehingga membantu membakar kalori dan meningkatkan stamina. Sedangkan hot yoga dilakukan dalam ruangan panas, yang secara alami meningkatkan kepanasan tubuh dan mengakibatkan keringat yang lebih banyak.
Penting untuk memahami bahwa intensitas keringat dalam yoga bervariasi dari individu ke individu, tergantung pada kondisi fisik, tujuan latihan, dan jenis yoga yang dipilih. Dengan mengenali perbedaan ini, kita bisa lebih menghargai setiap sesi yoga, baik yang penuh keringat maupun yang lebih santai.
6. Yoga Bikin Ngantuk
Mitos tentang yoga lainnya yaitu anggapan bahwa yoga menyebabkan efek mengantuk. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Yoga memang dapat membuat beberapa orang merasa ngantuk setelah sesi latihan, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pertama, jenis yoga yang dilakukan sangat berpengaruh. Misalnya, yoga yang lebih santai seperti Hatha atau Yin Yoga cenderung memfokuskan pada pernapasan dan relaksasi, yang bisa mengakibatkan rasa kantuk. Sebaliknya, yoga yang lebih energik seperti Vinyasa atau Ashtanga mungkin tidak menyebabkan rasa ngantuk yang sama.
Selain itu, kondisi tubuh individu juga memainkan peranan penting. Jika seseorang sudah merasa lelah atau kurang tidur sebelum berlatih, sesi yoga dapat memperdalam rasa lelah tersebut. Yoga juga memicu respons relaksasi tubuh, yang bisa mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, menyebabkan rasa tenang yang dapat berujung pada ngantuk.
Penting untuk dicatat bahwa respons terhadap yoga bervariasi. Tidak semua orang merasakan efek yang sama setelah berlatih; beberapa mungkin merasa lebih segar dan energik. Oleh karena itu, pemilihan jenis yoga dan perhatian terhadap kondisi tubuh individu sangat penting dalam menentukan perasaan pasca-latihan.