Dari Suporter ke Partner, Perjalanan Hidayat Rifai CEO CRSL Bangkit dari Rugi Rp80 Juta hingga Kolaborasi dengan PSS Sleman
Mohammad Hidayat Rifai pendiri CRSL tidak pernah menyangka bahwa kecintaannya pada PSS sejak kecil akan membawanya bekerja sama dengan klub tersebut.

Mohammad Hidayat Rifai (32) tidak pernah menyangka bahwa kecintaannya pada PSS Sleman sejak kecil akan membawanya lebih dari sekadar menjadi suporter. Sejak kecil hingga masa kuliah, ia selalu setia mendukung Super Elja dari tribun, menikmati setiap pertandingan dengan penuh antusiasme.
"Dulu kebetulan saya pas kecil sampai kuliah suka nonton, dulu lebih ke suporter, cuma seiring waktu lebih ke penikmat," ujarnya.
Salah satu momen paling berkesan dalam perjalanannya sebagai suporter adalah ketika PSS Sleman berhasil promosi ke Liga 1. Setelah perjalanan panjang dan penuh perjuangan, tim kebanggaannya akhirnya meraih gelar juara Liga 2 pada tahun 2018, menorehkan sejarah dengan promosi ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia.Seiring berjalannya waktu, kecintaannya pada sepak bola tetap terjaga, tetapi sudut pandangnya mulai berubah. Kini ia lebih menikmati sepak bola sebagai penikmat
Tak disangka, perubahan ini membawa Dayat lebih dekat ke PSS dengan cara yang berbeda. Jika dulu ia berdiri di tribun sebagai suporter, kini ia menjadi rekan bisnis klub. Semua berawal dari kebetulan, ketika CRSL dan PSS dipertemukan oleh rekan yang biasa mengurus sponsorship klub, yang sebelumnya juga terlibat dalam CRSL Concert.
"Awalnya lebih ke kebetulan, kita memang punya network dari pihak PSS sendiri, rekanan yang biasa mengurus sponsorship. Kebetulan, orang yang sama juga pernah membantu di CRSL Concert," ujar Dayat.
PSS Sleman pun melihat potensi CRSL dalam penjualan merchandise dan memutuskan untuk menjalin kerja sama. Kolaborasi ini menjadi awal yang mempertemukan Dayat dengan klub kebanggaannya dalam peran yang baru.
Perjalanan Hidayat dengan CRSL dan Lika-likunya

CRSL sendiri lahir dari perjalanan yang tidak mudah. Sebelum dikenal seperti sekarang, Hidayat Rifai sang founder CRSL justru sempat mengalami kerugian besar saat mencoba menggelar konser di masa kuliahnya pada tahun 2013.
"Dulu awal mula bikin CRSL, sebenernya aku bikin konser itu rugi. Ruginya Rp80 juta, tapi kepanitiaan kalau enggak salah ada lima orang. Jadi dibagi lima. Dan bayar itu, dan itu tanggung jawab ya," kenangnya.
Bersama pasangannya Mira Annisa, Dayat kemudian merintis CRSL sebagai online shop, bukan brand.
"Awal berdirinya CRSL, aku ngerjain ini sama mantan pacarku yang sekarang jadi istri. Sebenernya CRSL dulunya bukan suatu brand, lebih ke online shop sih. Jadi kita dulu butuh uang, buat hidup kita, buat kuliah kita," ujarnya.
Mereka memulai dengan menjual animal hat yang sempat viral, tetapi tanpa kontrak eksklusif dengan vendor, banyak kompetitor ikut menjual produk serupa, membuat penjualan mereka merosot.
"Tiba-tiba banyak seller lainnya juga jual produk yang sama, jadi secara pendapatan sales turun. Kita cari strategi biar bisa kita hype lagi dan orang enggak bisa duplikasi produk kita," jelasnya.
Dari situlah, CRSL mulai menemukan identitasnya dengan menghadirkan 5 karakter hewan yang unik. Choco (beruang), Popo (panda), Pigko (babi), Odin (dinosaurus), dan Chilo (kucing) yang memiliki karakter masing-masing. Chillo dikenal sebagai sosok yang usil dan penuh kejutan, Odin memiliki sifat temperamen yang kuat, sementara Pigko lebih santai dan pemalas. Popo adalah karakter pemalu, sedangkan Choco, si beruang yang dikenal sosok yang loyal.
“Kita akhirnya ambil unique selling point dari CRSL dengan membuat karakter hewan. Awalnya kita bikin banyak, dan itu cukup berhasil. Tapi seiring waktu, produksi jadi lebih rumit. Setelah riset pasar, kita melihat ada lima karakter yang paling diminati, jadi fokus ke situ,” jelas Hidayat.
Kelima karakter yang terpilih merupakan hasil riset dari permintaan pelanggan pada saat itu. Karakter-karakter ini kemudian dikembangkan sebagai Intellectual Property (IP) yang menjadi ciri khas dan menghiasi berbagai produk apparel CRSL.
Keberagaman karakter ini menciptakan kedekatan emosional antara brand dan konsumennya.Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Banyak orang masih mempertanyakan segmentasi CRSL.
"Awal mula kita rintis, orang-orang nanya ‘Ini tuh brand buat dewasa atau anak-anak?’, ‘Ini tuh brand cewek atau cowok?’ Challenging-nya lebih ke mengedukasi brand kita dan konsistensi knowledge brand kita," tambah Hidayat.
Untuk menjawab tantangan ini, CRSL terus berevolusi hingga akhirnya berkolaborasi dengan PSS Sleman. Dengan menggandeng klub sepak bola yang memiliki basis suporter loyal, CRSL tidak hanya memperkenalkan produknya ke ranah yang lebih maskulin, tetapi juga mengukuhkan identitasnya sebagai brand yang bisa menembus batas gender dan usia.
CRSL x PSS, Kolaborasi yang Sukses Besar

Kolaborasi dengan PSS menjadi salah satu pencapaian besar bagi CRSL. Dengan basis fans yang kuat, merchandise kolaborasi ini mendapat sambutan luar biasa. Kolaborasi ini dimulai sejak Mei 2024. Prosesnya berlangsung mulai dari brainstorming konsep hingga eksekusi desain dan produksi. Setelah melalui berbagai tahap persiapan, akhirnya koleksi ini resmi diluncurkan pada 30 November 2024.
Salah satu elemen utama dalam kolaborasi ini adalah Falco, maskot PSS yang diinterpretasikan ulang dengan gaya khas CRSL. Falco hadir dengan sentuhan desain yang lebih playful, berpadu dengan lima karakter ikonik CRSL yang memberikan nuansa unik dalam produk ini. Selain itu, perpaduan warna hijau, kuning, dan putih khas PSS Sleman dengan elemen desain khas CRSL semakin memperkuat identitas kolaborasi ini.
Kolaborasi CRSL dengan PSS Sleman menghadirkan 13 produk yang menggabungkan elemen fashion dengan identitas suporter. Koleksi ini mencakup dua jenis jersey, vest, dua varian kaos, track pants, shorts pants, dua jenis dompet, stiker, dua jenis topi, tracktop, dan keychain.
Dari segi harga, jersey dan tracktop dibanderol Rp349 ribu, celana panjang di kisaran Rp200 ribu, celana pendek Rp100 ribu, sementara produk dengan harga paling terjangkau adalah stiker, yang dibanderol Rp39 ribu. Dari semua produk yang dirilis, jersey menjadi bintang utama. Antusiasme suporter begitu tinggi hingga kedua jersey yang tersedia langsung ludes dalam waktu dua menit setelah peluncuran.
“Jerseynya sold out 2 menit. Cuman emang yang kita jadikan produk unggulannya jerseynya,” ungkap Hidayat Rifai.
Engagement Meroket, CRSL x PSS Jadi Perbincangan Suporter
Kolaborasi CRSL dengan PSS Sleman bukan sekadar menghadirkan merchandise eksklusif, tetapi juga membawa dampak besar bagi brand itu sendiri. Dari segi exposure, CRSL mendapat sorotan lebih luas, terutama dari komunitas sepak bola yang sebelumnya mungkin belum terlalu mengenal identitas dan karakter brand ini.
“Secara engagement, yang suka sepak bola jadi tahu karakter-karakter kita" ujar Dayat.
Antusiasme terhadap kolaborasi ini mulai terlihat sejak pengumuman pada 27 November 2024 yang menampilkan jersey. Unggahan perkenalan kolaborasi tersebut langsung mendapat respons luar biasa, mencatat lebih dari 28 ribu likes dan 840 ribu komentar, menjadikannya salah satu momen terbesar dalam sejarah CRSL.
Dukungan dari berbagai pihak pun mengalir. Pemain PSS Sleman, Hokky Caraka, menanggapi dengan komentar singkat namun penuh makna "Kelass." Para suporter juga menunjukkan antusiasme mereka di media sosial. "Ga mampu liatnya, terlalu epic," tulis seorang netizen. "Gene yo, sangar," tambah yang lain
Setelah peluncuran produk pada 30 November 2024, euforia semakin meningkat. Jersey kolaborasi yang menjadi primadona langsung habis dalam waktu dua menit. Efek positif terus bergulir. Banyak penggemar yang mengunggah konten tentang kolaborasi ini, dan berbagai media turut menyoroti kesuksesannya.
"Banyak yang unggah tentang kita juga. Mention 2 menit sold out, 'oh ini klub bola kalau ngolah kolaborasi kayak gini. Berita-berita positif antara CRSL dan PSS juga bermunculan," kata Hidayat.
Kendati demikian tak bisa dipungkiri, sejak BRI menjadi sponsor utama Liga 1, kompetisi ini tidak hanya meningkatkan kualitas sepak bola nasional, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, terutama di sektor merchandise klub.
BRI Liga 1 musim 2024-2025 diproyeksikan menciptakan perputaran ekonomi hingga Rp10,42 triliun, menurut riset BRI Research Institute. Selain menjadi ajang kompetisi, liga ini juga membuka peluang bagi pelaku UMKM, termasuk penjualan merchandise.
Merchandise sebagai Jembatan Antara Klub dan Suporter

Sebagai penikmat sepak bola, Hidayat Rifai menyadari bahwa sepak bola lebih dari sekadar pertandingan. Merchandise adalah salah satu elemen penting yang menghubungkan klub dengan suporternya, sekaligus menjadi peluang bisnis yang bisa digarap secara serius.
“Karena salah satu penghubung PSS dan suporter itu merchandisenya, selain dari performa tim ya. Itu yang paling dekat dan bisa disentuh,” ujarnya.Selain itu, ia juga melihat bahwa merchandise yang dikelola dengan baik bisa menarik sponsor untuk membantu keberlangsungan klub.
“Merchandise itu bisa lebih aktif sih, karena menurutku itu salah satu yang bisa digarap dan jadi potensi. Itu mungkin juga bisa narik sponsor buat ngehidupin PSS,” tambahnya.Namun, tentu saja keberlanjutan klub tetap menjadi prioritas utama.
Sejalan dengan itu, Sulistiyono dalam jurnal Upaya Membangun Industri Sepakbola di Indonesia (2011) menyoroti pentingnya pengelolaan industri sepak bola secara profesional, termasuk dalam penyediaan, pengelolaan, dan pemasaran produk. Ia menekankan bahwa merchandise berperan penting dalam menopang finansial klub, bersama dengan tiket pertandingan dan transfer pemain. Strategi yang baik dapat mengoptimalkan aset klub serta menarik investasi dari sponsor.
Fenomena pentingnya merchandise sebagai sumber pendapatan juga dapat ditemukan pada klub-klub besar dunia. Pada tahun 2024, Real Madrid mencatat pendapatan sebesar €196 juta dari penjualan jersey dan merchandise, hampir dua kali lipat dibandingkan lima tahun sebelumnya. Kedatangan bintang-bintang seperti Jude Bellingham dan Kylian Mbappé menjadi faktor utama peningkatan penjualan ini.
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa penjualan merchandise dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan klub sepak bola. Pada akhirnya, merchandise bukan hanya sekadar produk yang dijual, tetapi juga identitas, kebanggaan, dan alat untuk memperkuat ikatan antara klub dan suporternya.
Hidayat Kembangkan Bisnis CRSL ke Konser dan Cafe
Di balik nama CRSL, terdapat filosofi yang unik. Nama ini berasal dari kata carousel, yang berarti komedi putar—melambangkan harapan agar rezeki dan keberuntungan selalu berputar, tidak hanya bagi brand, tetapi juga bagi komunitas yang terlibat di dalamnya.
"CRSL itu sebenarnya komedi putar, filosofinya biar rezekinya selalu muter," ujar Dayat.
Filosofi ini menjadi landasan utama CRSL untuk terus berevolusi, menghadirkan inovasi, dan membangun hubungan erat dengan konsumennya.Bagi CRSL, membangun loyalitas pelanggan bukan sekadar soal transaksi, tetapi juga tentang bagaimana mereka diperlakukan layaknya sahabat.
Dengan tagline "Animal as Your Best Friend", CRSL ingin konsumennya tidak hanya membeli produk, tetapi juga "mengadopsi" dan merawat karakter-karakter yang mereka ciptakan.
"Kita berharap teman-teman, konsumen kita, bisa mengadopsi dan merawat karakter-karakter kita. Kita memunculkan pesona dari karakter-karakter kita," ungkap Hidayat.
Seiring berkembangnya brand, CRSL juga merambah dunia musik dan lifestyle. Salah satu langkahnya adalah dengan menggelar CRSL Concert, yang pertama kali diadakan pada 2019 dan telah berlangsung lima kali hingga 2024. Konser ini menjadi salah satu cara bagi CRSL untuk mendekatkan diri dengan komunitasnya.
Musik memiliki keterkaitan erat dengan pasar CRSL. "Market kita juga enggak bisa lepas dari musik dan media sosial, di situ kan juga orang butuh berpakaian ya," jelasnya.
Selain konser, CRSL juga membuka kafe HOMEGROUND by CRSL sebagai medium lain untuk memperkenalkan karakter-karakter mereka. .
Hidayat dan Langkah CRSL Selanjutnya
Saat ini, CRSL telah berkembang dengan tim yang solid, terdiri dari 24 karyawan full-time dan sekitar 30 karyawan part-time.
"CRSL bisa seperti ini pun enggak cuma dari saya, dari kontribusi yang lain. Sejauh ini mereka kerja dengan total," kata Hidayat.
Ke depan, CRSL berencana untuk terus menghidupkan karakter-karakter mereka melalui musik, F&B, dan berbagai kolaborasi lainnya. Setelah sukses membuka store di Jl. Kranggan No.12, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta, tahun ini mereka merencanakan ekspansi dengan membuka toko di luar kota.