Hadir Sebagai Tonggak Baru Perjuangan Bangsa, Ini Fakta Unik Museum Muhammadiyah
Museum tersebut berisi tentang perjuangan Muhammadiyah sejak lahir sampai hari ini.
Museum tersebut berisi tentang perjuangan Muhammadiyah sejak lahir sampai hari ini.
Hadir Sebagai Tonggak Baru Perjuangan Bangsa, Ini Fakta Unik Museum Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Untuk merekam jejak sejarah organisasi itu sejak berdirinya pada 18 November 1912, dibangunlah sebuah museum yang kemudian dinamakan “Museum Muhammadiyah”.
Dikutip dari Muhammadiyah.or.id, Museum Muhammadiyah didirikan untuk merekam jejak langkah dengan melestarikan tinggalan sejarah yang disajikan dalam peragaan komunikatif dan edukatif agar dapat menuai hikmah bersama.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Siapa Bapak Permuseuman Indonesia? Bicara tentang museum di Indonesia maka akan bicara mengenai sosok Mohammad Amir Sutarga. Dia didaulat sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.
-
Dimana Museum Nasional berada? Museum Nasional yang terletak di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu saat ini dijaga ketat TNI, Polri, dan pasukan pengamanan museum usai bagian gedung A dilalap si jago merah.
-
Kenapa MuseumKu Gerabah dibangun? Museum itu dibangun untuk memberikan inspirasi dan edukasi pada masyarakat agar karya-karya besar dan monumental Timbul di Kasongan bisa dilanjutkan.
-
Apa yang membuat Museum Angkut unik? Berbeda dengan museum kebanyakan yang menghadirkan benda-benda bersejarah, Museum Angkut menghadirkan mobil-mobil antik dan juga ruangan-ruangan dengan tema kota-kota klasik di dunia.
-
Kenapa Museum Bioskop Jambi penting? Tempoa Art Gallery atau yang dikenal dengan Museum Bioskop Jambi merupakan aset penting bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia.
“Berbekal nilai luhur dan pengalaman sejarah Muhammadiyah, pengunjung diharapkan dapat membentangkan cakrawala wawasan ke depan dengan lebih bijaksana dan berpartisipasi dalam gerak sejarah Muhammadiyah berikutnya,”
berikut penjelasan terkait museum itu yang dipetik dari keterangan website resminya.
Dilansir dari Uad.ac.id, peresmian Museum Muhammadiyah dilakukan pada 14 November 2022 yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia.
Pendirian museum tersebut diinisiasi oleh Prof. Dr. Haedar Nashir dan Prof. Muhadjir Effendy sejak tahun 2017 lalu.
Pembangunannya dilakukan ke dalam tiga tahap yaitu pembangunan struktur gedung museum; pembangunan arsitektur; dan pembangunan mekanikal, elektrikal, serta konten museum.
Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan bahwa museum itu berisi sejarah Muhammadiyah yang ditampilkan kembali, sehingga pembelajaran kemuhammadiyahan tidak lagi hanya sebatas verbal.
Sementara itu Ketua Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan pada pemanfaatan museum sebagai kunci pembuka sejarah sekaligus proyeksi Muhammadiyah ke depan.
Ia mengatakan, pengembangan dan penyempurnaan akan terus dilakukan guna optimalisasi fungsi museum.
Ia juga menyoroti tentang sepak terjang KH Ahmad Dahlan sebagai seorang tokoh pembaruan.
Menurutnya, ada dua hal yang membedakan arah gerak KH Ahmad Dahlan dengan yang lain, yaitu inisiasi pembangunan institusi modern dan gerakan perempuan yang siap berjalan beriringan.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Dr. Muchlas, M.T, mengatakan bahwa museum disajikan secara komunikatif dengan teknologi informasi sehingga bisa mencerahkan, menarik, serta menghibur pengunjung yang datang.
Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dadang Kahmad, mengatakan bahwa museum tersebut merupakan museum tentang perjuangan Muhammadiyah sejak lahir sampai hari ini.
“Semoga semua yang hadir di museum ini bisa menikmati diorama dan cerita yang dihadirkan,” kata Dadang dikutip dari kanal YouTube Universitas Ahmad Dahlan.