Sampah Ditukar dengan Sembako, Ibu-Ibu di Cilacap Terapkan Cara Kreatif Ini untuk Kelola Sampah
Konsep ekonomi sirkular ini bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan kemakmuran ekonomi.
Konsep ekonomi sirkular ini bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan kemakmuran ekonomi.
Sampah Ditukar dengan Sembako, Ibu-Ibu di Cilacap Terapkan Cara Kreatif Ini untuk Kelola Sampah
Cilacap merupakan kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduknya hampir menyentuh angka 2 juta jiwa. Potensi timbunan sampahnya mencapai 950 ton per hari dengan estimasi 0,48 kilogram per orang setiap hari.
-
Siapa yang menjalankan program bank sampah di Kampung Sukasari? 'Sebagai contoh, kami sudah memiliki kurang lebih 187 nasabah bank sampah dan per-tiga hingga empat minggu kami dapat mengumpulkan tiga hingga empat kwintal sampah.Lalu, kami jual ke pengepul dan mendapatkan sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta rupiah. Nanti, dikembalikan kepada nasabah yang menabung,' kata Ketua Kampung Proklim RW012 Kelurahan Sukasari, Sulasih Nasir
-
Bagaimana sampah di Banyumas diolah? Sampah organik mereka pisahkan untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik diolah menjadi berbagai produk seperti bahan bakar pabrik semen, paving blok, dan masih banyak lagi.
-
Dimana aksi membersihkan sampah dilakukan? Mereka membersihkan area sekitar 400 meter dari titik awal pembersihan.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah? Daur ulang sampah membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA. Dengan memanfaatkan kembali botol atau kaleng bekas sebagai wadah atau pot bunga, kita tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menambah estetika lingkungan kita.
-
Siapa yang terlibat dalam pengelolaan sampah? Kelompok Pengelola Sampah Mandiri merupakan kelompok swadaya masyarakat dalam mengelola sampah di tingkat padukuhan yang mulai digencarkan kembali oleh Pemkab Sleman.
-
Bagaimana sampah diolah di omah sampah plumpang? Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ini mengolah sampah organik dan non-organik menjadi sesuatu yang bernilai rupiah. Sampah organik diolah menjadi pupuk organik dan maggot BSF. Pembuatan pupuk cair dilakukan dengan cara menyimpan sisa makanan dan dedaunan selama dua minggu. Hasil fermentasi sampah organik itu digunakan sebagai pupuk cair.
Penimbunan sampah ini juga menjadi sumber masalah. Tidak hanya sumber penyakit namun juga pencemaran air, udara, hingga pemicu banjir.
Yani Kabul, salah seorang warga Cilacap, rutin mengumpulkan sampah organik maupun anorganik kemudian menukarkannya ke bank sampah.
Warga Kelurahan Tambakreja, Kabupaten Cilacap itu,menjadi nasabah bank sampah Pandu Sirkaya sejak tahun 2017.
Dari penukaran setiap bulan sejak minggu ketiga, Yani bisa memperoleh sembako hingga uang tunai, tergantung berat sampah anorganik yang ditukarkan ke bank sampah.
“Sampah yang dibawa ini seperti plastik, dus, terus kantong besar. Sampah itu bisa ditukarkan langsung. Kalau seharga Rp16 ribu bisa ditukar dengan minyak, sabun cuci, sabun mandi, dan sebagainya,” kata Yani Kabul dikutip dari Liputan6.com.
Bank Sampah Pandu Sirkaya Tambakreja dibentuk sejak tahun 2017 untuk pengolahan sampah organik menjadi kompos. Sedangkan pengolahan sampah anorganik dilakukan mulai tahun 2021.
Pembentukan bank sampah Pandu Sirkaya berawal dari kepedulian warga Tambakreja menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami punya rasa sosial bagaimana mengatasi sampah biar warga itu merasakan kebersihan, lingkungan kita jadi lebih sehat, dan juga warga bisa menghasilkan manfaatnya secara langsung. Jadi kita sistemnya melakukan penukaran sampah dengan sembako,” kata Yuliati, pengurus Bank Sampah Pandu Sirkaya Cilacap.
Pembentukan bank sampah tersebut merupakan salah satu penerapan konsep ekonomi sirkular, yaitu sebuah sistem ekonomi dengan model bisnis mendaur ulang demi mewujudkan lingkungan yang baik dan kemakmuran ekonomi.
Konsep ekonomi sirkular mengutakaman penggunaan ulang, perbaikan, serta daur ulang sehingga mengurangi volume sampah ke tempat pembuangan akhir.
Berkat daur ulang itu, warga Tambakreja mengolah sampah jadi barang berguna. Salah satunya adalah tas keranjang yang diolah dari sampah anorganik.
Pengamat lingkungan Yuki M.A Wardhana mengatakan bahwa bank sampah cukup signifikan bisa membantu pengurangan sampah sebelum masuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ia mengatakan, jumlah sampah yang bisa dikelola bank sampah bisa begitu signifikan, yaitu 930 kg per bulan.
Namun baru 11 persen dari sampah plastik yang dikelola dengan model sirkular ini. Artinya masih banyak sampah plastik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menjadi limbah.