Kisah Manusia Goa dari Kebumen, Betah Bertahun-Tahun Tinggal Sendirian
Walaupun sudah bertahun-tahun tinggal sendiri di dalam goa, namun ia mengaku bahagia.
Walaupun sudah bertahun-tahun tinggal sendiri di dalam goa, namun ia mengaku bahagia.
Kisah Manusia Goa dari Kebumen, Betah Bertahun-Tahun Tinggal Sendirian
Kisah tentang manusia goa bukanlah mitos, dongeng, atau khayalan dari zaman purba belaka. Keberadaannya masih bisa dijumpai di zaman yang serba modern ini.
Di Kebumen, tepatnya di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, ada seorang lelaki yang sudah sepuluh tahun lebih tinggal sendiri di dalam goa.
-
Dimana goa ditemukan? Warga Planjan, Saptosari, Gunungkidul, dikejutkan dengan fenomena alam berupa penemuan goa bawah tanah pada proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
-
Kenapa Goa Coblong pernah jadi tempat persembunyian? Destinasi ini merupakan lorong yang dialiri air jernih yang dulu digunakan sebagai tempat persembunyian pada masa penjajahan Belanda.
-
Siapa yang bertapa di Goa Selomangleng? Goa ini merupakan tempat bertapanya Sanggramawijaya Tunggadewi yang bergelar Rakryan Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Uttunggadewi atau lebih dikenal oleh masyarakat Kediri sebagai Dewi Kili Suci.
-
Siapa yang mendiami Goa Lawa? Koloni kelelawar masih banyak terdapat di ruangan goa ini.
-
Bagaimana Haryono menjalani kehidupannya di gua? Kini lantaran telah terbiasa hidup sendiri, Haryono pun melakukan berbagai aktivitas seorang diri.
-
Kenapa diduga Goa Sentono bekas pertapaan Hindu? Diduga tempat ini dulunya merupakan pertapaan Hindu, karena di dinding goa terdapat gambar atau relif para dewa agama Hindu.
Keberadaan tempat tinggal sang manusia goa letaknya sekitar 1 km dari perkampungan penduduk terdekat. Perjalanan menuju ke sana harus dilalui dengan berjalan kaki melewati jalan setapak kecil dan berbatu. Jalan setapak itu melintasi lebatnya hutan dan medannya naik mendaki bukit kapur.
Warga sekitar memberinya nama Goa Sigung
Perjalanan mendaki itu cukup melelahkan. Hingga akhirnya sampailah perjalanan di sebuah mulut goa yang cukup besar.
Namun goa besar itu bukanlah tempat tinggal sang manusia goa. Perjalanan mendaki kembali harus dilalui.
Di tengah perjalanan mendaki para penjelajah yang terdiri dari tim konten kreator itu bertemu dengan seorang pria berbaju hitam dan mengenakan celana pendek berwarna biru tanpa alas kaki.
Pria itu mengajak tim konten kreator berkeliling di sekitar kawasan perbukitan itu.
Ternyata di sana ada banyak lorong goa. Pria berbaju hitam itu bernama Haryono. Ia tinggal menetap pada salah satu lorong goa itu.
Pak Haryono (55 tahun) mengaku sudah 10 tahun lebih tinggal sendirian di sana. Ia tinggal di tempat itu untuk mengolah sebuah lahan warisan neneknya yang letaknya memang di sekitar kawasan goa tersebut.
Dalam perbincangannya dengan Irfan dari kanal YouTube Tedhong Telu, Haryono punya empat orang anak yang semuanya tinggal di luar kota. Mereka semua datang ke goa tersebut untuk mengunjunginya setiap setahun sekali.
Walaupun tinggal sendiri di dalam goa, Haryono merasa cukup senang. Ia pun mengaku tidak pernah sekalipun mengalami kejadian aneh seperti diganggu makhluk gaib.
Selain bercocok tanam ubi di kawasan tersebut, Haryono juga menerima panggilan sebagai buruh serabutan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia sering naik turun demi belanja bahan makanan.
Bahan-bahan itu ia masak sendiri pada bagian goa yang ia fungsikan sebagai dapur.
“Saya juga bisa ngobatin orang sakit. Jadi banyak orang yang kesini buat saya obatin,” kata Haryono, mengutip kanal YouTube Tedhong telu.
Walaupun tinggal di goa, Haryono mengaku sebenarnya punya rumah di perkampungan. Ia pulang ke rumah itu sebulan sekali. Kini rumah itu ditempati oleh ibunya.
Sebelum beranjak meninggalkan kawasan goa itu, Pak Haryono mengajak tim konten kreator untuk menjelajahi Goa Sigung yang tak jauh dari goa tempat tinggalnya. Di sana ia menunjukkan banyak lorong-lorong rahasia yang entah menuju ke dimensi mana.
Pak Haryono bercerita, goa itu kini menjadi tempat tinggal hewan-hewan liar seperti tenggiling, ular, maupun ayam hutan. Selain itu goa itu juga sering dijadikan tempat bertapa orang-orang dari luar.
Sehari-hari, Pak Haryono memanfaatkan Goa Sigung sebagai tempat mengambil air. Tetes demi tetes air yang turun dari stalaktit goa ia tampung dalam sebuah wadah guci besar.
Pak Haryono tak menampik saat para anggota tim konten kreator menjulukinya “manusia goa”. Ia mengaku lebih betah tinggal di goa dari pada di rumahnya yang berada di perkampungan.
Saat ditanya mau sampai kapan tinggal di goa, ia tersenyum kecil dan menjawab lirih.
“Selamanya."