Kisah Mbah Soyo dari Wonogiri, Sesepuh Desa yang Pilih Tinggal Seorang Diri di Puncak Bukit
Mbah Soyo sudah 35 tahun tinggal menyendiri di puncak bukit. Dia tinggal di sana untuk menjaga lahan pertaniannya dari serangan kera
Mbah Soyo sudah 35 tahun tinggal menyendiri di puncak bukit. Lokasi bukit itu sangat terpencil dan jarang dikunjungi orang. Di atas bukit itu dia mendirikan sebuah gubuk. Sesekali istrinya datang untuk melihat kondisi Mbah Soyo.
Melalui video yang diunggah pada 2 Agustus 2024, pemilik kanal YouTube Jejak Richard membagikan kisahnya saat mengunjungi Mbah Soyo di gubuknya. Tak ada cara lain untuk menuju ke gubuk Mbah Soyo selain berjalan kaki.
-
Kenapa Bu Wahyuti tinggal di kampung terpencil? Bu Wahyuti mengatakan ia terpaksa tinggal di kampung terpencil itu karena belum memiliki rumah sendiri, sehingga ia dan keluarganya harus menumpang di rumah yang disewakan pihak perhutani.
-
Kenapa Mbah Sakinem meninggalkan desa? Mbah Sakinem bercerita, dulu ia dan keluarganya pergi meninggalkan desa dengan berjalan kaki saat hari masih malam.
-
Siapa saja tokoh pendiri Wonosobo? Mereka berpisah dan menempati tiga wilayah berbeda. Kyai Kolodete membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim membuka permukiman di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih wilayah yang sekarang menjadi pusat kota Wonosobo.
-
Mengapa Mbah Slamet tetap tinggal di hutan? Mbah Slamet mengaku berani tinggal di sana karena terdesak keadaan ekonomi.
-
Kenapa Bapak Amin memilih hidup di pelosok desa? Setelah lepas jabatan, rupanya Bapak Amin tidak ingin lagi terjun ke dunia politik. Ia pun lebih memilih hidup bahagia dengan keluarga dan membangun rumah megah di pelosok desa.
-
Kenapa Mbah Subeno memilih tinggal di gubuk pinggir laut? 'Alasan dia memilih hidup seperti itu saya kurang tahu persis, mas. Padahal anak cucu sudah membujuk pulang, sudah juga menyediakan kamar khusus untuk beliau, cuma beliau belum mau,' kata Bapak Radal, penjaga wisata Bukit Pengilon, mengutip YouTube Cerita Desa Indonesia.
Setibanya Jejak Richard di depan gubuk, suara gonggongan anjing saling bersautan. Mbah Soyo keluar dari gubuknya, dan menyambut kedatangan Jejak Richard dengan ramah.
Alasan Memilih Hidup Menyendiri
Hidup menyendiri di tengah hutan sudah dilakoni Mbah Soyo selama 35 tahun. Kini usianya telah menginjak 65 tahun. Ia terlihat masih sehat.
Mbah Soyo memilih hidup di tengah hutan untuk menjaga lahan pertanian dari serangan hama kera. Ia baru akan turun ke bawah jika ada acara kemasyarakatan. Apalagi ia merupakan tokoh yang sangat disegani masyarakat kampung.
“Anak saya empat orang sudah berkeluarga semua. Cucu saya ada 10 orang,” kata Mbah Soyo dikutip dari kanal YouTube Jejak Richard.
Hidup Sederhana
Dalam kesempatan itu, Mbah Soyo mempersilakan Jejak Richard untuk masuk ke gubuknya. Ia bercerita, baru tiga bulan ini gubuknya dialiri listrik. Sebelumnya ia hanya mengandalkan lampu genset untuk penerangan. Setelah ada listrik, dia membawa radio ke gubuknya untuk menjadi teman di kala sunyi.
Saat Jejak Richard mengunjungi gubuk itu, kebetulan istrinya juga datang. Sang istri datang dengan membawa nasi beserta makanan yang disimpan di dalam panci.
“Ini makanan saya bawa dari bawah. Ada terong dan sayur lodeh. Ini juga ada keripik tempe,” kata Ibu Karsi, istri Mbah Soyo.
Selalu Sehat
Walaupun sudah tinggal menyendiri selama berpuluh-puluh tahun di puncak bukit, Mbah Soyo mengaku tidak pernah sakit berat. Ia pun mengaku tidak pernah mengonsumsi obat-obatan kimia.
“Alhamdulillah saya di sini sehat terus. Kalau masuk angin itu kan biasa. Biasanya saya cuma merebus kunyit, temulawak, kunir, atau jahe. Kalau sakit perut tinggal rebus temulawak,” kata Mbah Soyo.
Usia Mbah Soyo sendiri sudah lanjut. Namun ia masih terlihat bersemangat dalam menjalani kesehariannya di gubuk itu.