Kisah Syekh Mudzakir, Ulama Asal Demak yang Makamnya Terapung di Tengah Laut
Merdeka.com - Di kawasan Pantai Sayung, Demak, ada sebuah makam terapung. Dari garis pantai, makam itu cukup menjorok ke tengah laut. Ada jembatan penghubung dari pantai untuk wisatawan yang ingin berziarah ke makam itu.
Di makam itu jasad seorang ulama besar Demak dikubur. Dia adalah Syekh Abdullah Mudzakir, akrab pula dipanggil Mbah Mudzakir.
Dulunya, ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu disebut-sebut sebagai pencetak kader kiai muda di Demak dan sekitarnya. Lalu siapa sebenarnya itu Syekh Mudzakir?
-
Dimana makam Syekh Mudzakir berada? Makamnya berada di sebuah pekarangan kira-kira seluas 30 meter persegi yang dikelilingi air laut.
-
Siapa tokoh ulama yang dimakamkan dekat sumur? Letak sumur diketahui tak jauh dari makam ulama di zaman dulu bernama Syekh Abdul Wafa.
-
Dimana makam tersebut berada? Situs yang terletak di kota bersejarah Huainan tersebut adalah makam terbesar, tingkat tertinggi, dan paling kompleks secara struktural dari Negara Bagian Chu kuno, dan berusia lebih dari 2.200 tahun, kata National Cultural Heritag.
-
Mengapa makam Syekh Mudzakir dianggap keramat? Tak heran, makam Syekh Mudzakir dan keluarga dianggap keramat karena tidak terkikis diterjang pasang surut air laut.
-
Siapa pemilik makam? Melihat sifat benda-benda yang ditemukan itu, para arkeolog yakin barang-barang ini milik keluarga kelas atas.
-
Dimana makam tersebut ditemukan? Mastaba ini ditemukan di antara Abusir dan Saqqara, di wilayah piramida selatan Kairo, yang telah menjadi pusat penelitian arkeologi yang menarik bagi para ilmuwan dan sejarawan.
Kisah Syekh Mudzakir
©istimewa
Pada masa lalu, Kabupaten Demak dikenal dengan Demak Bintoro, sebuah kerajaan Islam di tanah Jawa.
Kerajaan Islam ini menjadi barometer makin menguatnya pengaruh Islam di Nusantara. Kala itu, Demak menjadi pusat politik sekaligus dakwah Islam. Tak aneh jika di Demak para wali kerap berkumpul.
Bahkan, Masjid Agung Demak dibangun bersama-sama oleh para wali. Pada masa selanjutnya, Demak juga dikenal sebagai kota wali.
Ada pula wali yang dimakamkan di Demak. Paling terkenal adalah Sunan Kalijaga. Lokasinya berada di Kadilangu. Ada pula makam Syekh Jumadil Kubro dan Raden Patah.
Di luar itu, masih ada makam sejumlah wali. Salah satunya adalah makam Mbah Abdullah Mudzakir, atau Syekh Abdullah Mudzakir.
Barangkali, nama wali ini kalah popuer dengan Sunan Kalijaga atau sunan lainnya. Namun, makam Mbah Mudzakkir unik karena berada di tengah laut.
Anehnya lagi, meski pesisir utara Jawa berhadapan dengan bahaya 'tenggelam' karena penurunan muka tanah dan naiknya permukaan laut, makam wali ini aman-aman saja.
Sebelum menjadi ulama, Syekh Mudzakir banyak berguru pada para ulama, salah satunya dengan Syekh Soleh Darat. Sekitar tahun 1900, Syekh Mudzakir menetap di Tambaksari, Bedono, Demak.
Di sana dia menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari keempat istrinya, dia dikaruniai 18 orang anak.
Dilansir dari Demakkab.go.id, ulama yang sehari-hari bekerja sebagai petani Demak itu kebal terhadap berbagai macam senjata. Selain itu dia juga kerap diminta orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Walau begitu ia tidak meminta imbalan atas pertolongannya. Syekh Mudzakir meninggal pada tahun 1950 di usia 81 tahun.
Karomah Syekh Mudzakir
©Demakkab.go.id
Lazimnya wali, Mbah Mudzakkir juga memiliki keistimewaan. Bila Sunan Kalijaga dikebal membuat pilar kayu tata yang menjadi soko guru Masjid Agung Demak, maka Mbah Mudzakkir dikenal dengan sosoknya yang menguasai ilmu kanuragan.
Usai meninggal pun, Mbah Mbah Abdullah Mudzakkir masih meninggalkan tanda karomah. Makamnya berada di sebuah pekarangan kira-kira seluas 30 meter persegi yang dikelilingi air laut.
Mengutip Demakkab.go.id, ini adalah salah satu karomah yang diberikan Allah SWT kepada Syekh Mudzakir. Makamnya tidak terendam air laut walau tanah-tanah di sekelilingnya sudah tenggelam. Ini pula yang terjadi pada makam istri dan anak-anaknya.
Tak heran, makam Syekh Mudzakir dan keluarga dianggap keramat karena tidak terkikis diterjang pasang surut air laut. Untuk menuju ke makam Syekh Mudzakir, para peziarah harus berjalan sepanjang 700 meter melalui jembatan yang di kanan kirinya merupakan air laut.
Karena keajaiban makam Syekh Mudzakir itu, berkembang mitos bahwa masyarakat percaya makam itu mengapung dan tidak akan pernah tenggelam walau pasang air laut tinggi. Hal itu diyakini masyarakat karena keluhuran budi Syekh Mudzakir yang semasa hidupnya melakukan syiar di wilayah tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak warga setempat, baik dalam ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.
Mbah Abdullah Mudzakkir, pejuang yang dicintai masyarakat. Selain seorang ulama, Mbah Abdullah Mudzakkir juga dikenal sebagai seorang “pejuang” yang selalu menentang penjajahan Belanda. Dengan ilmu kanuragan yang dimiliki, beliau selalu lolos ketika akan ditangkap oleh Belanda.
Mbah Abdullah Mudzakkir juga dicintai masyaraka karena ketika masih hidup beliau dapat mengobati berbagai penyakit tanpa minta imbalan. Berdasarkan pengabdian beliau untuk agama, negara dan masyarakat itu, maka sangat patut bila Mbah Abdullah Mudzakkir dikenang hingga sekarang.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak orang berziarah ke makam Syekh Mudzakir yang terapung di kawasan Pantai Sayung, Demak.
Baca SelengkapnyaTak hanya soal keindahan alamnya, ternyata Karimunjawa juga punya berbagai peninggalan sejarah.
Baca SelengkapnyaSebagian masyarakat yakin makam Sunan Kalijaga ada di Kadilangu Demak, tapi ada juga yang yakin makam sesungguhnya Sunan Kalijaga ada di Tuban.
Baca SelengkapnyaUlama tersebut juga sempat mendirikan pesantren di Purwakarta
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSumur itu berada di sebuah bangunan kecil yang letaknya tepat di pinggir laut
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaUlama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaZiarah ini adalah bentuk penghormatan kepada para alim ulama yang telah berjasa menyebarkan agama islam di Desa Jaboi, Kota Sabang, Aceh.
Baca Selengkapnyabanyak dari makam di kompleks makam kuno itu yang berasal dari tahun 1400-an akhir hingga 1500-an awal.
Baca SelengkapnyaCara Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam dengan berdagang dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Baca Selengkapnya