Lebih Dekat dengan Tiga Pemimpin Kementerian Dikti Saintek, Punya Pemikiran Keren tentang Dunia Kampus
Tiga sosok dengan kualifikasi tinggi dipilih sebagai nakhoda Kementerian Dikti Saintek
Salah satu kementerian yang menarik pada Kabinet Merah Putih periode 2024-2029 ialah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikti Saintek). Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka memilih tiga sosok dengan kualifikasi tinggi sebagai nakhoda Kementerian Dikti Saintek.
Pucuk pimpinan Kementerian Dikti Saintek ialah Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ph.D. Ia merupakan Guru Besar pada bidang Teknik Mesin yang meraih gelar Ph.D dari University of California, Amerika Serikat.
Sementara kedua wakilnya yakni Prof. Stella Christie, B.A., M.A., Ph.D dan Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. Stella Christie merupakan ilmuwan dan pakar psikologi kognitif yang meraih gelar doktoral di Northwestern University, Amerika Serikat (AS). Sementara Fauzan merupakan guru besar di bidang pendidikan yang meraih gelar doktoral dari Universitas Negeri Surabaya.
Sosok
Satryo Soemantri Brodjonegoro tercatat sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga merupakan Ketua sekaligus Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sebagai ilmuwan, ia telah mengeluarkan berbagai karya tulis ilmiah dengan jumlah lebih dari 99 publikasi.
Mengutip situs ksi-indonesia.org, ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1999-2007. Saat ini ia aktif sebagai dosen tamu di bidang teknis mesin di Toyohashi University of Technology Jepang dan ITB.
Sementara itu, Stella Christie merupakan guru besar di Tsinghua University Tiongkok. Ia menduduki posisi penting pada Research Chair di Tsinghua Laboratory of Brain and Intelligence serta menjadi direktur Child Cognition Center.
Mengutip instiki.ac.id, Stella aktif dalam berbagai organisasi ilmiah internasional, salah satunya Cognitive Science Society. Di Indonesia, Stella Christie juga berkontribusi sebagai penasihat dalam kebijakan pendidikan dan sains.
Selanjutnya, Fauzan merupakan sosok penting di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM selama dua periode, Wakil Rektor II, hingga puncaknya menjadi Rektor UMM dua periode yakni sejak tahun 2016-2024.
Mengutip situs pwmu.co, selama menjadi pucuk pimpinan UMM ia dikenal dengan program-program inovatifnya. Contohnya program Center of Excellence (CoE) yang menjembatani mahasiswa, kampus dan industri. Program ini membantu mahasiswa belajar skill yang dibutuhkan masyarakat dan industri.
Ada juga program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat yang mendorong para pakar dan profesor terjun langsung ke masyarakat. Para guru besar ini bertugas membantu, mendampingi, dan memaksimalkan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Pemikiran
Civitas akademika Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menaruh harapan besar pada kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia yang berfokus pada inovasi dan riset.
Para nakhoda Kementerian Dikti Saintek diharapkan bisa membawa pendidikan tinggi Indonesia semakin maju, berdaya saing, dan memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Harapan tinggi layak digantungkan pada ketiga nakhoda Kementerian Dikti Saintek RI. Apalagi mereka memiliki pengalaman serta pemikiran-pemikiran inovatif tentang dunia kampus.
Mengutip Instagram @official_unesa, Satryo Soemantri Brodjonegoro berperan penting mengembangkan kebijakan perguruan tinggi di Indonesia ketika menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pada tahun 1999-2007.
Satryo Soemantri Brodjonegoro menegaskan pentingnya inovasi pendidikan dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, inovasi dan riset adalah kunci masa depan. Kebijakan yang mendorong peningkatan kualitas pendidikan, serta kolaborasi antara industri dan universitas, akan melahirkan sumberdaya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Sementara itu, Stella Christie berencana fokus kepada sumber daya manusia. Menurutnya, hilirisasi tidak akan terjadi tanpa inovasi dari sains dan teknologi. Dua hal ini menjadi poin penting yang harus terus digalakkan dan perlu dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, Fauzan menyorot peran perguruan tinggi sebagai entitas sosial. Menurutnya, kampus perlu berperan sebagai penyelesai masalah (problem solver) bagi masalah masyarakat. Ia menekankan, tri dharma perguruan tinggi harus diperkuat dan diperdalam. Ketiganya yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian pada masyarakat.