Mengenal Tingkeban, Upacara Adat Jawa Rayakan Kehamilan Anak Pertama
Merdeka.com - Beragam cara dilakukan masyarakat untuk merayakan suatu momen spesial. Salah satunya adalah Tingkeban. Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi slametan yang dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan. Namun, Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi si ibu.
Acara Tingkeban bermakna bahwa pendidikan bagi sang anak telah ditanamkan sejak anak masih berada dalam rahim sang ibu. Dalam acara ini, sang ibu dimandikan dengan air kembang. Tujuan acara ini adalah agar bayi dalam kandungan itu dapat lahir dengan sehat dan selamat.
Dulunya, acara ini sering dijumpai di tengah masyarakat Hindu. Acara ini juga dikenal dengan nama Garba Wedana.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
-
Kapan acara berbedak dilakukan? Acara Sakral Majelis berbedak diraja ini diselenggarakan dengan jeda waktu antara upacara Pangeran Mateen dan mempelai perempuan, di mana setelah upacara Pangeran Mateen selesai, giliran mempelai perempuan melangsungkan acara.
-
Kapan Tradisi Ujungan dilakukan? Sebenarnya Tradisi Ujungan meruapakan bagian dari ritual pertanian bernama Seren Taun.
-
Bagaimana tradisi Gedhogan dirayakan? Tradisi di salah satu desa wisata Banyuwangi ini turun-temurun dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang diterima. Di musim panen, para perempuan di sini menampilkan sebuah pertunjukan seni unik dengan memukulkan lesung dan alu diiringi alunan angklung dan tabuhan gendang yang merdu.
-
Kapan tradisi Telok Abang dilakukan? Tradisi Telok Abang khas Palembang ini hanya terlaksana setiap hari kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus.
-
Kapan tradisi Wiwitan dilaksanakan? Bentuk Rasa Syukur Dikutip dari Bantulkab.go.id, tradisi Wiwitan di Kalurahan Bangunjiwo berlangsung di lokasi yang berbeda setiap tahunnya. Acara itu digelar dalam rangka mengawali panen raya padi.
Asal Usul Tingkeban
YouTube/Trans 7
Asal mula tradisi Tingkeban ini konon sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Kediri pada masa diperintah Raja Jayabaya. Dikutip dari sebuah jurnal karya Iswah Adriana berjudul Neloni, Mitoni, atau Tingkeban, waktu itu ada pasangan suami istri. Sang istri bernama Niken Satingkeb dan Suami bernama Sadiyo. Dari pasangan itu, lahirlah sembilan orang anak. Tapi semua anak mereka tak berumur panjang.
Oleh karena itu pasangan suami istri itu mengadu kepada raja atas cobaan yang dialami. Sang raja kemudian memberi petunjuk kepada Satingkeb dimana Ia harus mandi dengan air suci pada Hari Rabu dan Sabtu dengan gayung tempurung disertai doa.
Setelah mandi, Ia kemudian mengenakan kain yang bersih. Kemudian dijatuhkannya dua butir kelapa gading melalui jarak perut dan pakaian. Kemudian ketika sudah hamil, ia melilitkan daun tebu wulung pada perutnya dan kemudian daun itu dipotong dengan keris. Segala petuah itu harus dijalankan dengan teratur dan cermat. Sejak saat itulah masyarakat Jawa mulai menjalankan tradisi Tingkeban secara turun temurun.
Perlengkapan Upacara untuk Bangsawan
YouTube/Trans 7
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, perlengkapan upacara Tingkeban terbagi menjadi dua, yaitu perlengkapan untuk golongan bangsawan dan perlengkapan untuk rakyat biasa. Bagi para bangsawan, perlengkapan upacara sajennya sebagai berikut: tumpeng robyong, tumpeng gundul, sekul asrep-asrepan, ayam hidup, sebutir kelapa, lima macam bubur, dan jajanan pasar.
Sementara itu kendurinya terdiri dari berbagai jenis makanan antara lain nasi majemukan, tujuh macam nasi, pecel ayam, sayur menir, ketan kolak, apem, nasi gurih, ingkung, nasi punar, ketupat, rujak, dawet, air bunga, dan kelapa tabonan.
Perlengkapan Upacara untuk Rakyat Biasa
YouTube/Trans 7
Sedangkan untuk rakyat biasa, perlengkapan upacara sajennya sebagai berikut: sego hangan, jajanan pasar, jenang abang putih, jenang baro-baro, emping ketan, tumpeng robyong, sego golong, sego liwed, dan bunga telon.
Sedangkan untuk kendurinya antara lain: sego gurih, sego ambegan, jajanan pasar, ketan kolak, apem, psang raja, sego jajanan, tujuh buah tumeng, jenang, kembang boreh, dan kemenyan.
Tahapan Upacara
YouTube/Trans 7
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, Upacara Tingkeban terdiri dari beberapa tahap acara seperti sungkeman, siraman, sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, luwaran dan simparan, wiyosan, kudangan, kembulan dan unjakan, kukuban, rencakan, rujakan, dan dhawetan.
Waktu upacara Tingkeban menurut pakemnya adalah pada hari Selasa atau Sabtu, pada siang hari sampai sore (11.00-16.00). Acara ini lebih baik diadakan pada setiap tanggal ganjil sebelum bulan purnama. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Doa tedak siten bahasa Arab, Latin serta artinya ini dapat Anda amalkan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini diharapkan dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan dalam hidupnya, terhindar dari rintangan, dapat mandiri dan tanggung jawab.
Baca SelengkapnyaTradisi ini tak sekedar menampilkan rasa bahagia dan ucapan syukur, namun turut dilaksanakan dengan sejumlah simbol yang dikaitkan dengan makna kebaikan.
Baca SelengkapnyaMitoni adalah upacara adat selamatan saat janin dalam kandungan berusia 7 bulan
Baca SelengkapnyaMelalui akun Instagram pribadi Jharna membagikan deretan momen pada saat mitoni dilakukan.
Baca SelengkapnyaAda makna luhur dari tradisi Mudun Lemah di Cirebon
Baca SelengkapnyaIntip yuk foto-foto tingkeban Erina Gudono, ramai disebut calon bayinya berjenis kelamin perempuan
Baca SelengkapnyaMeskipun adat dan ritualnya berbeda di setiap negara, tujuannya tetap satu: menjaga keselamatan ibu dan bayi, serta memastikan kelahirannya dengan lancar.
Baca SelengkapnyaMengenal Peutron Aneuk, kearifan lokal turun-temurun masyarkat Aceh ketika kelahiran seorang bayi.
Baca SelengkapnyaDalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ala masyarakat Buay Nuban ini bertujuan untuk mendapatkan generasi yang diharapkan dan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
Baca SelengkapnyaTri Suaka dan Nabila Maharani sedang menikmati peran baru mereka sebagai orang tua.
Baca Selengkapnya