Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menggoreskan Cinta Kasih dalam Bentuk Lukisan Wayang

Menggoreskan Cinta Kasih dalam Bentuk Lukisan Wayang Pameran Kamajaya-Kamaratih. ©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Merdeka.com - Di zaman modern ini, konflik antar golongan makin sering terjadi. Masing-masing pihak merasa diri paling benar, paling baik, paling layak berkuasa. Pada akhirnya mereka saling adu lantang dalam mengemukakan pemikiran. Rasa persaudaraan dan cinta kasih dibuang begitu saja. Rasa permusuhan terus dipelihara tiada akhir.

Hal itulah yang melatarbelakangi pelukis Agus Nuryanto bersama rekannya Sumiyati Herman mengadakan pameran lukisan bertajuk “Kamajaya-Kamaratih” pada 13 November-15 Desember 2021 di Kumpeni Coffee and Art Space, Jl. Nyai Ahmad Dahlan, Kota Yogyakarta. Tokoh pewayangan Kamajaya-Kamaratih diangkat untuk menghadirkan kembali rasa cinta kasih yang mulai hilang di tengah masyarakat.

pameran kamajaya kamaratih©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Agus bercerita, pameran ini pertama kali ia gagas bersama kurator AA Nurjaman pada Agustus 2021. Waktu itu, Nurjaman datang menemui Agus untuk memberi ia kesempatan mengadakan pameran.

“Waktu itu saya terima tawaran itu. Di bulan itu juga kami langsung mengkonsep tema yang akan dipamerkan,” kata Agus saat ditemui Merdeka.com di sela-sela pembukaan pameran pada Minggu (14/11).

Ia mengatakan, dalam dunia pewayangan, sosok suami istri Kamajaya-Kamaratih adalah dewa cinta. Tapi kedua sosok itu jarang diangkat dalam sebuah pagelaran. Karena hal ini Nurjaman menyarankan Agus untuk mengangkat kedua tokoh ini. Ia kemudian mengupas cerita kedua tokoh ini untuk selanjutnya dihadirkan dalam wujud karya seni.

“Makanya yang kami ambil adalah rohnya. Hakikat dari Kamajaya-Kamaratih adalah cinta kasih. Makanya muncul karya-karya yang bertemakan soal cinta kasih,” ujar pria yang juga akrab dipanggil Agus Wayang ini.

pameran kamajaya kamaratih

©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Pada saat mulai membuat karya lukis untuk pameran itu, yang muncul di benak Agus adalah cerita-cerita romantika masa lalu. Maka tak heran apabila dari 13 lukisan yang ia buat untuk pameran itu memuat tokoh-tokoh seperti Roro Jonggrang, Roro Mendut, Nyai Roro Kidul, serta Sultan Agung. Lalu ada pula tokoh pewayangan seperti Dewi Shinta, Karna, dan juga Kamajaya-Kamaratih sendiri.

Di sela-sela pembukaan itu, Agus sempat menceritakan karya-karyanya pada Merdeka.com satu per satu.

“Ini namanya Sampek Intai (legenda romantika dari Negeri Tiongkok-red). Ini karya pertama setelah ambil keputusan soal mengangkat Kamajaya-Kamaratih. Setelah itu muncul karya-karya berikutnya sesuai tema,” kata Agus sambil menunjuk salah satu lukisannya.

“Kalau yang ini Jonggrang. Kalau lukisan Kamajaya-Kamaratih baru saya buat di pertengahan.”

“Ini Karna, tokoh pewayangan yang dilahirkan dari keluarga Pandawa. Tapi dalam perang dia berpihak pada Kurawa karena dia dibesarkan di keluarga Kurawa. Dia setia pada janji.”Agus mengatakan lukisan berjudul “setia pada janji” itu sebenarnya tidak mengandung tema cinta kasih. Namun karena kehabisan cerita maka tokoh Karna sengaja ia tampilkan pada salah satu lukisannya.

“Jadi rasa cinta kasih sengaja saya munculkan sendiri dalam lukisan itu. Soal rasa cinta terhadap janjinya. Kecintaan terhadap negaranya,” ungkapnya.

pameran kamajaya kamaratih

©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Sebagai kurator pameran itu, AA Nurjaman mengungkapkan sebelum dipamerkan, ia menanyakan dulu pergolakan jiwa yang dirasakan Agus sebelum membuat karya tentang cinta. Ia menanyakan hal-hal seperti perjalanan cinta sang pelukis maupun suasana hatinya saat berkarya.

“Suasananya ya meledak-ledak. Tapi dia harus mengerem cara meledak-ledak itu jadi suatu bentuk. Jadi bagaimana hasrat ini berbicara harus ada kontrol. Kontrol itu dilakukan lewat konsep-konsep yang tertanam di kepala,” kata Nurjaman saat ditemui Merdeka.com di sela-sela pameran itu.

“Yang dimaksud meledak-ledak ya keinginan saya untuk menghadirkan kisah cinta masa lalu. Perasaan saya harus segera divisualisasikan. Ketika ide datang, seniman harus segera menentukan sikap agar ide itu segera divisualusasikan. Kalau kelamaan terpendam, ide itu akan tertutup dengan ide-ide yang baru,” tanggap Agus saat dikonfirmasi soal perasaannya yang “meledak-ledak”.

pameran kamajaya kamaratih

©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Tidak bisa dipungkiri, dalam menyelesaikan karya lukis dengan waktu yang singkat, ada tantangan-tantangan tersendiri yang harus dihadapi Agus. Salah satunya adalah bagaimana caranya agar lukisan yang ia buat tetap sesuai dengan koridor tema.

Tapi saat ditanya apakah masa pandemi mengganggunya dalam berkarya, ia mengatakan bahwa hal itu bukan persoalan.

“Kalau pandemi bagi seniman adalah persoalan menurut saya itu salah. Karena kalau perupa dikungkung tidak boleh melakukan aktivitas di luar, dia akan berlama-lama di studionya, membuat karya sebaik mungkin, dan akhirnya dia punya tabungan karya. Jadi pandemi bagi seniman adalah tempat untuk berkarya,” kata Agus.

pameran kamajaya kamaratih

©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid

Agus berharap dengan adanya pameran ini banyak kolektor yang mengoleksi karya lukisnya. Hingga Selasa (16/11), lukisannya sudah terjual dua dengan masing-masing dibanderol Rp5 juta. Namun yang lebih penting lagi, melalui lukisan itu ia ingin menyampaikan pesan pada masyarakat agar bisa saling mencintai, saling rukun, saling damai, sehingga tercipta kehidupan yang tenang.

“Secara umum memang begitu. Tapi secara pribadi pameran ini bisa mengingatkan bahwa kita punya cerita masa lalu, misalnya cerita Roro Jonggrang dan Roro Mendut. Dengan cerita ini saya harap mereka tahu bahwa dulu nenek moyang kita punya cerita yang indah. Entah benar atau tidak, tapi cerita itu ada,” pungkasnya. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP