19 Juni 1909: Kelahiran Osamu Dazai, Sastrawan Jepang Legendaris yang Akhir Hidupnya Tragis
Dazai adalah seorang penulis yang kehidupan pribadinya sama dramatisnya dengan cerita-cerita yang ia tulis.
Dazai adalah seorang penulis yang kehidupan pribadinya sama dramatisnya dengan cerita-cerita yang ia tulis.
19 Juni 1909: Kelahiran Osamu Dazai, Sastrawan Jepang Legendaris dengan Akhir Hidup Tragis
Osamu Dazai adalah salah satu penulis terbesar dalam sejarah sastra Jepang, terkenal karena karya-karya yang menggugah dan sering kali menyedihkan.Dilahirkan dengan nama Tsushima Shūji pada 19 Juni 1909, Dazai adalah seorang penulis yang kehidupan pribadinya sama dramatisnya dengan cerita-cerita yang ia tulis.
Karyanya sering kali mencerminkan pergulatan batin dan pengalaman hidupnya sendiri, menjadikannya salah satu suara yang paling otentik dan menyentuh dalam sastra modern Jepang. Dazai dikenal karena novel-novel dan cerpen-cerpennya yang sangat pribadi dan introspektif, yang mengeksplorasi tema-tema seperti alienasi, keputusasaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Karya-karyanya seperti "No Longer Human" (Ningen Shikkaku) dan "The Setting Sun" (Shayo) adalah contoh dari penulisan yang penuh dengan rasa sakit dan pencarian jati diri, mencerminkan kehidupan pribadinya yang penuh dengan perjuangan melawan depresi dan percobaan bunuh diri. Prosa Dazai yang intens dan emosional telah membuatnya menjadi ikon sastra yang dihormati, tidak hanya di Jepang tetapi juga di seluruh dunia.
Meskipun kehidupannya berakhir tragis dengan bunuh diri pada tahun 1948, warisan Dazai terus hidup melalui karya-karyanya yang abadi.
Karyanya memberikan wawasan mendalam tentang kondisi manusia dan tetap relevan bagi pembaca modern yang juga merasakan ketidakpastian dan keputusasaan dalam kehidupan mereka.
Osamu Dazai, dengan gaya penulisannya yang unik dan visinya yang mendalam lahir pada hari ini, 19 Juni 1909. Berikut kisah hidupnya.
Lahir dari Keluarga Kaya dan Terpandang
Osamu Dazai yang memiliki nama asli Tsushima Shūji lahir pada 19 Juni 1909 di Kanagi, Prefektur Aomori, Jepang. Ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang yang memiliki pengaruh politik di daerahnya.Ayahnya, Gen'emon Tsushima, adalah seorang tuan tanah yang sukses dan terlibat dalam politik, sementara ibunya, Tane, sering sakit-sakitan, sehingga Shūji lebih banyak diasuh oleh pelayan dan pengasuh keluarga.
Masa kecil Dazai dihabiskan dalam lingkungan yang relatif makmur, tetapi ia merasa terisolasi secara emosional dari keluarganya. Ayahnya sibuk dengan urusan politik dan bisnis, dan ibunya jarang terlibat langsung dalam pengasuhannya.
Shūji adalah anak keenam dari sebelas bersaudara, dan meskipun mendapatkan pendidikan yang baik, ia mulai menunjukkan tanda-tanda pemberontakan dan ketidakpuasan sejak usia dini. Keadaan ini membentuk rasa keterasingan yang kelak menjadi tema utama dalam karya-karyanya. Pada masa remajanya, Dazai masuk ke sekolah menengah di Hirosaki, di mana ia menunjukkan bakatnya dalam menulis. Di sini, ia mulai menulis cerita-cerita pendek dan berpartisipasi dalam kegiatan sastra sekolah.
Namun, kehidupannya mulai bergejolak ketika ia masuk Universitas Tokyo untuk belajar sastra Prancis pada tahun 1930. Di universitas, Dazai terlibat dalam kelompok sastra dan politik kiri, yang semakin memperdalam rasa ketidakpuasannya terhadap masyarakat Jepang yang konservatif.
Perjalanan Karir Sebagai Novelis
Perjalanan karier Osamu Dazai sebagai novelis adalah kisah yang penuh dengan perjuangan, kesedihan, dan kreativitas yang luar biasa. Setelah masa remajanya yang penuh gejolak dan pergulatan emosional, Dazai mulai meniti karier sastranya yang cemerlang namun tragis.Osamu Dazai memulai karier sastranya dengan menerbitkan karya-karya pendek di majalah-majalah sastra pada awal 1930-an. Setelah bergabung dengan Universitas Tokyo untuk belajar sastra Prancis, ia semakin terlibat dalam komunitas sastra dan mulai menulis dengan serius. Namun, kehidupannya tidak berjalan mulus, karena ia menghadapi berbagai masalah pribadi, termasuk percobaan bunuh diri yang gagal pada tahun 1929 dan 1930.
Pada pertengahan 1930-an, Dazai mulai mendapatkan perhatian lebih luas di kalangan sastra Jepang. Karyanya yang pertama kali mendapatkan pengakuan adalah cerita pendek "The Final Years" (1936), yang kemudian diikuti oleh karya-karya lainnya yang menunjukkan bakatnya dalam menggambarkan keputusasaan dan alienasi.
Novel pertamanya, "The Setting Sun" (Shayo), diterbitkan pada tahun 1947, yang menggambarkan dampak kehancuran Jepang pasca Perang Dunia II dan kejatuhan aristokrasi Jepang. Buku ini menjadi salah satu karyanya yang paling terkenal dan membawa Dazai ke puncak popularitas.
Pada tahun 1948, Dazai menerbitkan karya yang mungkin paling terkenal, "No Longer Human" (Ningen Shikkaku). Novel ini adalah semi-autobiografi yang menggambarkan pergulatan batin seorang pria muda yang merasa terasing dari masyarakat.
Karya ini dianggap sebagai salah satu novel Jepang terbesar sepanjang masa dan menjadi bukti kekuatan penulisan Dazai dalam menggambarkan rasa putus asa dan ketidakberdayaan manusia.
Meskipun mencapai kesuksesan sastra, kehidupan pribadi Dazai terus dilanda masalah. Ia mengalami depresi berat, ketergantungan pada alkohol, dan percobaan bunuh diri berulang kali.
Kehidupan Asmara yang Bergejolak
Hubungan-hubungan asmara yang dijalani Osamu Dazai sering kali terjalin dengan rasa putus asa dan ketidakbahagiaan, yang kemudian menjadi inspirasi bagi banyak karyanya.Pada tahun 1930, Dazai menikah dengan Hatsuyo Oyama, seorang geisha. Pernikahan mereka segera menghadapi masalah karena perselingkuhan dan ketidakstabilan emosional Dazai.
Pada tahun 1935, Dazai mengetahui bahwa Hatsuyo berselingkuh dengan seorang teman dekatnya, yang menyebabkan dia mencoba bunuh diri bersama Hatsuyo Meskipun percobaan bunuh diri tersebut gagal, kejadian ini menandai awal dari periode kelam dalam hidup Dazai.
Setelah hubungan dengan Hatsuyo berakhir, Dazai menjalin hubungan dengan Shimeko Tanabe.
Pada tahun 1937, mereka mencoba bunuh diri bersama dengan melompat ke laut, tetapi hanya Shimeko yang meninggal, sementara Dazai selamat. Insiden ini semakin memperdalam rasa bersalah dan depresi yang dialami Dazai.
Pada tahun 1939, Dazai menikah dengan Michiko Ishihara, seorang wanita yang berasal dari keluarga terhormat. Pernikahan ini memberikan Dazai sedikit stabilitas dan mereka memiliki tiga anak bersama. Namun, meskipun ada momen-momen kebahagiaan, Dazai terus bergumul dengan ketidakstabilan emosional dan ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
Hubungan terakhir dan mungkin yang paling tragis dalam kehidupan asmara Dazai adalah dengan Tomie Yamazaki, seorang wanita yang pernah menjadi istri seorang pelukis terkenal.
Pada tahun 1947, Dazai bertemu Tomie dan mereka segera menjalin hubungan yang intens. Tomie juga mengalami depresi dan memiliki sejarah percobaan bunuh diri. Pada tahun 1948, mereka melakukan bunuh diri bersama dengan melompat ke Sungai Tama.
Akhir Hidup yang Tragis, Bunuh Diri Bersama Tomie
Pada tanggal 13 Juni 1948, Dazai dan kekasihnya, Tomie Yamazaki, memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka dengan melakukan bunuh diri bersama. Ya, menjelang akhir hidupnya, Dazai semakin terpuruk dalam depresi berat dan ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.Meskipun ia telah mencapai kesuksesan dalam karier sastranya, dengan karya-karya seperti "No Longer Human" yang mendapat pengakuan luas, penderitaan batin dan rasa keterasingan yang ia rasakan tidak berkurang. Hubungannya dengan Tomie Yamazaki, yang juga memiliki sejarah depresi dan percobaan bunuh diri, menjadi semakin intens dan destruktif. Pada bulan Juni 1948, Dazai dan Tomie menghilang dari rumah mereka. Mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka bersama-sama.
Pada tanggal 13 Juni, mereka melompat ke Sungai Tama, sebuah tindakan yang dikenal di Jepang sebagai "shinju" (bunuh diri ganda atau bersama). Jenazah Dazai dan Tomie ditemukan beberapa hari kemudian, pada tanggal 19 Juni 1948, yang kebetulan adalah hari ulang tahun Dazai yang ke-39.
Penemuan ini mengkonfirmasi ketakutan banyak teman dan keluarga yang telah mengetahui ketidakstabilan emosional dan kecenderungan bunuh diri Dazai. Kehidupan asmara Dazai yang penuh dengan kegagalan dan kesedihan memberikan pengaruh besar terhadap karya-karyanya.
Novel-novel seperti "No Longer Human" dan "The Setting Sun" mencerminkan pergulatan pribadi dan emosionalnya, serta perasaan alienasi dan keputusasaan yang dialaminya. Meskipun akhir hidupnya tragis, warisan sastra Dazai tetap hidup dan terus mempengaruhi generasi pembaca dan penulis hingga saat ini.