26 Oktober 1979: Peristiwa Pembunuhan Park Chung Hee, Presiden Ketiga Korea Selatan
Acara makan malam di Seoul menjadi akhir yang tragis bagi pemimpin ketiga negara republik Korea Selatan ini.
Acara makan malam di Seoul menjadi akhir yang tragis bagi pemimpin ketiga negara Republik Korea Selatan ini.
26 Oktober 1979: Peristiwa Pembunuhan Park Chung Hee, Presiden Ketiga Korea Selatan
Park Chung Hee yang lahir pada 30 September 1917 di Kumi, Provinsi Kyongsang Utara, Korea, adalah seorang jenderal dan politikus yang menjadi presiden ketiga Republik Korea dari tahun 1963 hingga kematiannya. Pemerintahannya selama 18 tahun menghasilkan ekspansi ekonomi yang sangat besar, meskipun mengorbankan kebebasan sipil dan kebebasan politik.
Park Chung Hee dibunuh pada tanggal 26 Oktober 1979, saat sedang makan malam di rumah persembunyian Badan Intelijen Pusat Korea (KCIA) di dalam kompleks kepresidenan Blue House di Distrik Jongno, Seoul, Korea Selatan.
Kim Jae-gyu, direktur KCIA dan kepala keamanan presiden, bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Park tertembak di dada dan kepala, dan meninggal di tempat. Empat pengawal dan seorang sopir presiden juga tewas. Insiden ini sering disebut sebagai "10.26" atau "insiden 10.26" di Korea Selatan.
Ada banyak kontroversi seputar motif Kim sang pembunuh, karena masih belum pasti apakah tindakan tersebut merupakan bagian dari rencana kudeta atau hanya tindakan impulsif belaka.
-
Siapa yang memimpin Korea Utara? Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) saat ini ialah Kim Jong-un. Dia mengambil alih kekuasaan sebagai orang nomor satu pada tahun 2011 setelah kematian ayahnya, Kim Jong Il.
-
Siapa yang dibunuh pada malam tanggal 30 September 1965? Ibu Yayu Rulia Sutowiryo dan 8 anaknya tidak akan pernah lupa peristiwa berdarah yang merenggut nyawa Suami dan Bapak mereka pada malam tanggal 30 September 1965.
-
Siapa yang dibunuh Cheon Joong Myung? Saat Cheon Joong Myung berusaha membunuh Seong Chang Wook, sekretarisnya. Sebaliknya, Seong Chang Wook berhasil membalas dendam dengan menggiring atasannya hingga tewas akibat tersengat listrik.
-
Kapan Cha Cho Hee meninggal? Namun kondisi kesehatannya tiba-tiba memburuk hingga pada akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 18 November lalu.
-
Siapa yang mirip dengan Park Shin-hye? Banyak yang mengatakan bahwa penampilannya saat ini mirip dengan Park Shin-hye.
-
Kapan pembunuhan berantai Hwaseong terjadi? Salah satu cerita yang ditampilkan di Signal terinspirasi dari kasus Lee Choon Jae, pria yang bertanggungjawab atas pembunuhan berantai 1989--1991 di Hwaseong.
Mengenal Sosok Park Chung Hee
Lahir dari keluarga perdesaan yang miskin, Park Chung Hee lulus dengan penghargaan tertinggi dari Sekolah Normal Taegu (Daegu). Setelah itu, ia mengajar di sekolah dasar.
Setelah bersekolah di akademi militer Jepang, Park menjabat sebagai letnan dua di tentara Jepang selama Perang Dunia II dan menjadi perwira di tentara Korea ketika Korea dibebaskan dari pemerintahan Jepang setelah perang. Ia lantas diangkat menjadi brigadir jenderal (1953) selama Perang Korea (1950–53) dan dipromosikan menjadi jenderal pada tahun 1958.
Pada 16 Mei 1961, ia memimpin kudeta militer yang menggulingkan Republik Kedua. Park tetap menjadi pemimpin junta hingga dua tahun kemudian, ketika dia memenangkan masa jabatan pertama dari tiga masa jabatannya sebagai presiden Republik Ketiga.
Mengutip Britannica, Park mempertahankan kebijakan demokrasi terpimpin di dalam negerinya dengan pembatasan kebebasan pribadi, penindasan terhadap pers dan partai oposisi, serta kontrol atas sistem peradilan dan universitas.
Ia mengorganisir dan memperluas Badan Intelijen Pusat Korea (KCIA; sekarang Badan Intelijen Nasional), yang menjadi agen represi politik yang sangat ditakuti. Park menyatakan bahwa semua tindakannya diperlukan untuk melawan komunisme.
Dalam urusan luar negeri, ia melanjutkan hubungan dekat yang telah dipertahankan pendahulunya Syngman Rhee dan Yun Po Sŏn dengan Amerika Serikat. Park bertanggung jawab atas “keajaiban ekonomi” Korea Selatan. Programnya ini menjadikan Korea Selatan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Pada tanggal 17 Oktober 1972, Park mengumumkan situasi darurat militer, dan satu bulan kemudian ia melantik rezim otoriter yang represif, perintah Yushin (“Reformasi Revitalisasi”), dengan konstitusi baru yang memberinya kekuasaan besar.
Dia menjadi semakin keras terhadap pembangkang politik. Setelah pemecatan Park terhadap pemimpin oposisi populer Kim Young Sam dari Majelis Nasional, Korea meletus dengan kerusuhan dan demonstrasi yang hebat.
Pembunuhan Park Chung Hee, 26 Oktober 1979
Pada hari pembunuhan, Park dan rombongan menghadiri upacara pemotongan pita untuk bendungan di Sapgyo dan stasiun pemancar TV KBS di Dangjin. Direktur Kim diharapkan untuk menemaninya karena stasiun TV tersebut berada di bawah yurisdiksi KCIA, tetapi setelah Cha menghalanginya untuk naik helikopter yang sama dengan Park, Direktur Kim dengan marah meminta izin dari perjalanan tersebut.
Setelah perjalanan, menurut Kepala Agen KCIA Park Seon-ho, salah satu konspirator pembunuhan, Park menginstruksikan KCIA untuk mempersiapkan salah satu dari banyak jamuan makannya, yang diadakan rata-rata sepuluh kali sebulan. Perjamuan tersebut diadakan di rumah persembunyian KCIA di dalam kompleks kepresidenan Gedung Biru.
Perjamuan tersebut akan dihadiri oleh Park, Direktur Kim, Cha, Sekretaris Utama Kim Gye-won, dan dua wanita muda – penyanyi yang sedang naik daun Sim Soo-bong dan seorang mahasiswa bernama Shin Jae-soon.
15 menit setelah Direktur Kim diberitahu tentang jamuan makan tersebut, dia menelepon Kepala Staf Angkatan Darat Jeong Seung-hwa, mengatur agar dia makan malam dengan Wakil Direktur KCIA Kim Jeong-seop di gedung KCIA terdekat di kompleks yang sama.
Tepat sebelum makan malam, Direktur Kim mengatakan kepada Sekretaris Utama Kim Gye-won bahwa dia akan menyingkirkan Cha. Tidak jelas apakah Kim Gye-won salah dengar, salah paham, atau mengabaikan perkataan Kim.
Selama makan malam tersebut, isu-isu politik yang bergejolak, termasuk demonstrasi di Busan dan pemimpin oposisi Kim Young-sam, dibahas, dengan Park dan Cha mengambil sikap keras, Direktur Kim menyerukan tindakan moderat, sementara Sekretaris Utama Kim Gye-won mencoba untuk mengarahkan topik diskusi hingga basa-basi.
Setiap kali diskusi beralih ke topik lain, Cha terus mengemukakan ketidakmampuan KCIA untuk mengakhiri krisis dan menyarankan agar para demonstran dan anggota parlemen oposisi harus "dibasmi dengan tank".
Teguran dari Park, dan terutama Cha, membuat marah Kim, yang meninggalkan ruang makan untuk bertemu dengan bawahan terdekatnya, mantan kolonel Marinir dan Kepala Agen KCIA Park Seon-ho, dan kolonel Angkatan Darat dan sekretaris Direktur Kim Park Heung-ju
Kim berkata kepada mereka: "Kepala Staf dan Wakil Direktur juga ada di sini. Hari ini adalah harinya."
Kim memasuki kembali ruang pertemuan dengan pistol semi-otomatis Walther PPK dan melepaskan tembakan, menembak lengan Cha dan Park di dada kanan. PPK itu macet ketika berusaha membunuh Cha, yang melarikan diri ke kamar mandi yang bersebelahan dengan ruang makan.
Kim meninggalkan ruangan dan kembali dengan pistol Smith & Wesson Model 36 milik bawahannya Park Seon-ho. Dia membunuh Cha dengan tembakan ke perut sebelum berbicara dengan Park dan menembaknya di kepala dengan gaya eksekusi. Setelah mendengar tembakan awal, Park Seon-ho menahan dua pengawal di ruang tunggu di bawah todongan senjata dan memerintahkan mereka untuk mengangkat tangan.
Dia berharap untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut, terutama karena dia adalah teman salah satu pengawal, tetapi ketika pengawal lainnya berusaha mengambil pistol, Park menembak mereka berdua hingga tewas. Pada saat yang sama, Park Heung-ju dan dua agen KCIA lainnya menyerbu area dapur dan membunuh pengawal yang tersisa.
Secara keseluruhan, ada enam orang yang tewas dalam peristiwa ini yaitu Park, Cha dan tiga pengawal presiden di rumah persembunyian, serta seorang sopir presiden di luar. Pada saat pembunuhannya, Park telah menjalankan kekuasaan diktator atas Korea Selatan selama hampir 18 tahun.