Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan
Samin Surosentiko dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.
Ia dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.
Kini Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan
Perjuangan panjang Pemkab Bojonegoro untuk memindahkan tanah makam Samin Surosentiko dari Kabupaten Sawahlunto terbayar lunas. Pada Selasa (20/2/2024), tanah makam itu diserahkan kepada ahli waris Samin Surosentiko.
Upaya Panjang
Pemkab Bojonegoro telah memulai inisiasi memindahkan tanah makam Samin Surosentiko sejak tahun 2015 lalu. Mengutip situs Kominfo Jatim, keinginan tersebut tidak serta merta dikabulkan oleh Pemkab Sawahlunto. Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2024, Pemkab Bojonegoro mendapat persetujuan penuh dari Pembab Sawahlunto untuk mengambil dan menggali makam Samin Surosentiko yang ada di sana.
Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto menjelaskan, proses menuju makam Samin Surosentiko di Sawahlunto tidak mudah. Tim harus melewati akses sulit, jalanan terjal, naik bukit dan harus berpegangan akar pepohonan.
Motivasi Pemindahan Tanah Makam
Samin Surosentiko lahir di Blora pada tahun 1859. Ia meninggal pada tahun 1914 di Sawahlunto, Sumatra Barat. Semasa hidup, ia mengajarkan petuah luhur seperti perilaku jujur, sabar, trokal (semangat tidak pantang menyerah) dan nerima apa yang terjadi dengan lapang dada. Sosoknya punya banyak pengikut, di antaranya berada Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro yang dipimpin Mbah Hardjo Kardi. Sang penerus ini berpesan bahwasanya harus ada leluhur yang dikembalikan ke Margomulyo.
Samin SurosentikoBela Kaum Miskin
Pria bernama asli Raden Kohar merupakan anak seorang bangsawan Ponorogo, Raden Surowijaya atau Samin Sepuh. Raden Kohan Ia mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko. Kata Samin adalah nama yang bernapaskan wong cilik dan Surosentiko adalah gelar warok setelah ia tinggal di Ponorogo.
Mengutip situs PMII IAIN Ponorogo, perjuangan Samin Surosentiko bermula saat ia tahu petani di desanya jadi korban monopoli VOC. Petani tak sejahtera karena hasil pertanian mereka dibeli VOC dengan harga sangat rendah. Samin kemudian mengorganisir para petani melawan monopoli hasil petanian. Strategi perlawan yang diterapkannya yakni melalui propaganda dan ideologisasi yang bermuara pada kemandirian. Setelah melakukan proses penyadaran dalam beberapa tahun, ideologisasi yang dilakukan Samin Surosentiko dilanjutkan para pengikutnya sebagai salah satu aliran kepercayaan.
Pada 8 November 1907, Samin Surosentika diangkat oleh pengikutnya sebagai Raja Jawa dengan gelar prabu Pangeran Suryangalam.
Dibuang ke Pengasingan
Aksi Samin menentang keras kolonialisme Belanda membuat dirinya dipenjara di Nusakambangan, lalu diasingkan ke Sawahlunto, Sumatra Barat. Di sana, ia dipekerjakan paksa sebagai buruh tambang batu bara.
Bukan Samin Surosentiko jika ia menyerah begitu saja. Ia jadi tokoh penggerak kaum buruh di pengasingan untuk menuntut upah layak. Rekan-rekan buruhnya memanggil Samin Surosentiko dengan sebutan Mbah Suro. Ia jadi tokoh perlawanan terhadap kolonialisme yang dibanggakan warga Sawahlunto. Mengutip artikel Merdeka.com, Pemkab Sawahlunto mengabadikan namanya pada objek wisata sejarah di wilayah setempat. Nama itu diberikan pada sebuah lubang galian peninggalan Belanda, yaitu “Lubang Mbah Suro”.