Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Penyakit Epilepsi Beserta Penyebab dan Gejalanya, Simak Selengkapnya

Mengenal Penyakit Epilepsi Beserta Penyebab dan Gejalanya, Simak Selengkapnya ilustrasi kejang. ©medicalddx.com

Merdeka.com - Penyakit epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) di mana aktivitas otak menjadi tidak normal. Kondisi ini lantas menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa, sensasi, dan terkadang kehilangan kesadaran.

Siapapun bisa mengembangkan penyakit epilepsi. Epilepsi menyerang pria dan wanita dari semua ras, latar belakang etnis, dan usia. Terdapat dua jenis kejang pada epilepsi. Pertama adalah kejang umum yang mempengaruhi seluruh otak. Yang kedua adalah kejang fokal atau parsial, yang hanya mempengaruhi satu bagian otak saja.

Gejala kejang pada penyakit epilepsi sangat bervariasi. Beberapa penderita penyakit epilepsi hanya akan menatap kosong selama beberapa detik selama kejang, sementara yang lain berulang kali dapat menggerakkan lengan atau kakinya saat kejang.

Orang lain juga bertanya?

Perawatan dengan obat-obatan atau terkadang operasi dapat mengontrol kejang untuk sebagian besar penderita epilepsi. Beberapa penderita ada yang membutuhkan perawatan seumur hidup untuk mengontrol kejangnya. Berikut ini adalah hal-hal yang patut diketahui tentang penyakit epilepsi, dilansir dari Mayo Clinic.

Gejala Penyakit Epilepsi

Karena penyakit epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak, kejang dapat memengaruhi proses apa pun yang dikoordinasikan oleh otak. Tanda dan gejala kejang pada penyakit epilepsi adalah:

  • Kebingungan sementara
  • Menatap tajam
  • Gerakan menyentak tak terkendali pada lengan dan kaki
  • Kehilangan kesadaran
  • Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau deja vu
  • Gejala ini biasanya bervariasi tergantung pada jenis kejang. Di kebanyakan kasus, penderita epilepsi akan cenderung mengalami jenis kejang yang sama setiap saat, sehingga gejalanya akan serupa dari episode ke episode.

    Dokter umumnya mengklasifikasikan kejang pada penyakit epilesi sebagai fokal atau umum, berdasarkan bagaimana aktivitas otak abnormal dimulai.

  • Kejang fokal
  • Ketika kejang muncul sebagai akibat dari aktivitas abnormal di satu area otak, kondisi tersebut dinamakan kejang fokal (parsial). Kejang ini terbagi dalam dua kategori, yakni:

    1. Kejang fokal tanpa kehilangan kesadaran. Pernah disebut kejang parsial sederhana, kejang ini tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Penderita dapat mengubah emosi atau mengubah tampilan, penciuman, rasa, atau suara. Mereka juga dapat menyebabkan bagian tubuh tersentak secara tidak sengaja, seperti lengan atau kaki, dan gejala sensorik spontan seperti kesemutan, pusing, dan berkedip.
    2. Kejang fokal dengan gangguan kesadaran. Pernah disebut kejang parsial kompleks, kejang ini melibatkan perubahan atau hilangnya kesadaran atau kesadaran. Selama kejang parsial kompleks, penderita biasanya menatap ke arah atas dan tidak merespons lingkungan secara normal atau melakukan gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan, atau berjalan berputar-putar.

    Gejala kejang fokal dapat disalahartikan dengan gangguan neurologis lainnya, seperti migrain, narkolepsi, atau penyakit mental. Pemeriksaan dan pengujian menyeluruh diperlukan untuk membedakan epilepsi dari gangguan lain ini.

  • Kejang umum
  • Kejang yang melibatkan semua area otak disebut kejang umum. Terdapat enam jenis kejang umum, yaitu;

    1. Kejang absen. Kejang absen, sebelumnya dikenal sebagai kejang petit mal, sering terjadi pada anak-anak dan ditandai dengan menatap ke atas atau gerakan tubuh halus seperti mata berkedip atau menampar bibir. Kejang ini dapat terjadi dalam kelompok dan menyebabkan hilangnya kesadaran sesaat.
    2. Kejang tonik. Kejang tonik menyebabkan otot menjadi kaku. Kejang ini biasanya memengaruhi otot di punggung, lengan, dan kaki, serta dapat menyebabkan penderita jatuh ke lantai.
    3. Kejang atonik. Kejang atonik, juga dikenal sebagai kejang jatuh, menyebabkan hilangnya kendali otot, yang dapat menyebabkan penderita tiba-tiba pingsan atau jatuh.
    4. Kejang klonik. Kejang klonik dikaitkan dengan gerakan otot yang berulang atau berirama dan menyentak. Kejang ini biasanya menyerang leher, wajah, dan lengan.
    5. Kejang mioklonik. Kejang mioklonik biasanya muncul sebagai sentakan atau kedutan singkat yang tiba-tiba pada lengan dan kaki.
    6. Kejang tonik-klonik. Kejang tonik-klonik, sebelumnya dikenal sebagai kejang grand mal, adalah jenis serangan epilepsi yang paling dramatis dan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba, tubuh kaku dan gemetar, dan terkadang kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit lidah.

    Penyebab Penyakit Epilepsi

    001 siti rutmawati

    ©www.jpost.com

    Penyakit epilepsi tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi pada sekitar setengah penderitanya. Di setengah yang lainnya, kondisi tersebut dapat ditelusuri ke berbagai faktor, seperti di antaranya:

  • Pengaruh genetik.
  • Beberapa jenis epilepsi, yang dikategorikan berdasarkan jenis kejang yang dialami atau bagian otak yang terpengaruh, terjadi dalam keluarga. Dalam kasus ini, kemungkinan ada pengaruh genetik. Peneliti telah mengaitkan beberapa jenis epilepsi dengan gen tertentu, tetapi bagi kebanyakan orang, gen hanyalah bagian dari penyebab epilepsi. Gen tertentu bisa membuat seseorang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.

  • Trauma kepala.
  • Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya dapat menyebabkan epilepsi.

  • Kondisi otak.
  • Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.

  • Penyakit menular.
  • Penyakit infeksi, seperti meningitis, AIDS dan virus ensefalitis, dapat menyebabkan epilepsi.

  • Cedera prenatal.
  • Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, gizi buruk atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak ini bisa mengakibatkan epilepsi atau cerebral palsy.

  • Gangguan perkembangan.
  • Epilepsi terkadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.

    Faktor Risiko Penyakit Epilepsi

    Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terkena penyakit epilepsi. Beberapa di antaranya adalah:

  • Usia. Timbulnya epilepsi paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua, tetapi kondisi ini juga dapat terjadi pada semua usia.
  • Sejarah keluarga. Jika Anda memiliki riwayat keluarga epilepsi, Anda mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kejang yang satu ini.
  • Cedera kepala. Cedera kepala bertanggung jawab atas beberapa kasus epilepsi. Anda dapat mengurangi risiko dengan mengenakan sabuk pengaman saat mengendarai mobil dan dengan mengenakan helm saat bersepeda, bermain ski, mengendarai sepeda motor, atau melakukan aktivitas lain yang berisiko tinggi mengalami cedera kepala.
  • Stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya. Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu epilepsi. Anda dapat mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi risiko penyakit ini, termasuk membatasi asupan alkohol dan menghindari rokok, makan makanan yang sehat, dan berolahraga secara teratur.
  • Demensia. Demensia dapat meningkatkan risiko epilepsi pada orang dewasa yang lebih tua.
  • Infeksi otak. Infeksi seperti meningitis, yang menyebabkan peradangan di otak atau sumsum tulang belakang, dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit epilepsi.
  • Kejang di masa kecil. Demam tinggi di masa kanak-kanak terkadang bisa dikaitkan dengan epilepsi. Namun, anak-anak yang mengalami kejang karena demam tinggi umumnya tidak akan mengalami epilepsi. Risiko epilepsi meningkat jika anak mengalami kejang lama, kondisi sistem saraf lain, atau riwayat epilepsi dalam keluarga.
  • Komplikasi Penyakit Epilepsi

    Mengalami kejang pada waktu-waktu tertentu dapat menimbulkan keadaan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pasien penderita penyakit epilepsi:

  • Jatuh. Jika jatuh saat kejang, Anda dapat melukai kepala atau mematahkan tulang.
  • Tenggelam. Jika menderita epilepsi, Anda 15 hingga 19 kali lebih mungkin untuk tenggelam saat berenang atau mandi daripada yang lainnya karena kemungkinan kejang saat berada di dalam air.
  • Kecelakaan mobil. Kejang yang menyebabkan hilangnya kesadaran atau kendali, dan bisa berbahaya jika Anda sedang mengendarai mobil atau mengoperasikan peralatan lain.
  • Komplikasi kehamilan. Kejang selama kehamilan menimbulkan bahaya bagi ibu dan bayi, dan obat anti epilepsi tertentu dapat meningkatkan risiko cacat lahir. Jika Anda menderita epilepsi dan sedang mempertimbangkan untuk hamil, bicarakan dengan dokter pada saat merencanakan kehamilan. Kebanyakan wanita penderita epilepsi bisa hamil dan memiliki bayi yang sehat. Namun mereka harus dipantau dengan hati-hati selama kehamilan, dan beberapa obat-obatan mungkin perlu disesuaikan.
  • Masalah kesehatan emosional. Penderita penyakit epilepsi lebih cenderung memiliki masalah psikologis, terutama depresi, kecemasan, dan pikiran serta perilaku untuk bunuh diri. Masalah ini mungkin disebabkan oleh kesulitan menangani kondisi itu sendiri serta efek samping dari pengobatan.
  • Komplikasi epilepsi yang mengancam jiwa lainnya jarang terjadi, tetapi juga dapat terjadi, seperti:

  • Status epileptikus. Kondisi ini terjadi jika Anda berada dalam keadaan aktivitas kejang terus menerus yang berlangsung lebih dari lima menit atau jika Anda sering mengalami kejang berulang tanpa sadar penuh di antaranya. Orang dengan status epileptikus memiliki peningkatan risiko kerusakan otak permanen dan kematian.
  • Kematian mendadak pada epilepsi (SUDEP). Penderita epilepsi juga memiliki risiko kecil untuk kematian mendadak yang tidak terduga. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa penelitian menunjukkan hal itu mungkin terjadi karena kondisi jantung atau pernapasan. Penderita dengan kejang tonik-klonik yang sering atau orang yang kejangnya tidak terkontrol oleh obat-obatan mungkin berisiko lebih tinggi terkena SUDEP. Secara keseluruhan, sekitar 1 persen penderita epilepsi meninggal karena SUDEP.
  • (mdk/edl)
    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP
    Tanda dan Gejala Tumor Otak, Kenali Sejak Dini!
    Tanda dan Gejala Tumor Otak, Kenali Sejak Dini!

    Sebagian besar orang masih belum mengenal bagaimana tanda-tanda dan gejala tumor otak. Yuk, simak penjelasannya!

    Baca Selengkapnya
    Waspada Absence Seizure, Jenis Kejang yang Bikin Kehilangan Kesadaraan Sesaat
    Waspada Absence Seizure, Jenis Kejang yang Bikin Kehilangan Kesadaraan Sesaat

    Penyebab utama absence seizure adalah aktivitas listrik yang abnormal di otak, dan faktor genetik memiliki peran penting dalam kondisi ini.

    Baca Selengkapnya
    Gejala Ensefalopati Hipertensi dan Penyebabnya, Perlu Diketahui
    Gejala Ensefalopati Hipertensi dan Penyebabnya, Perlu Diketahui

    Peningkatan tekanan darah mendadak yang sangat tinggi perlu diwaspadai.

    Baca Selengkapnya
    Gejala Ensefalitis pada Anak dan Penyebabnya, Radang Otak yang Bisa Sebabkan Kecacatan
    Gejala Ensefalitis pada Anak dan Penyebabnya, Radang Otak yang Bisa Sebabkan Kecacatan

    Ensefalitis dapat membuat perubahan pada sistem saraf anak sehingga bisa membuat mereka mengalami kebingungan, perubahan kewaspadaan, dan kejang.

    Baca Selengkapnya
    Fakta Kapasitas Otak Manusia yang Menarik Diketahui, Ini Selengkapnya
    Fakta Kapasitas Otak Manusia yang Menarik Diketahui, Ini Selengkapnya

    Sebagai pusat kendali tubuh, otak mengatur segala sesuatu mulai dari detak jantung hingga pemikiran abstrak.

    Baca Selengkapnya
    Jangan Diabaikan, Kenali Tanda dan Gejala Stroke Sejak Dini
    Jangan Diabaikan, Kenali Tanda dan Gejala Stroke Sejak Dini

    dr. Astrid Ayodya Pattinama, Sp.N, Spesialis Saraf dari RS EMC Pekayon membeberkan tanda hingga gejala stroke.

    Baca Selengkapnya
    Kurang Gula Bisa Munculkan Gejala Serupa Stroke, Kenali 7 Kondisi Kesehatan Ini
    Kurang Gula Bisa Munculkan Gejala Serupa Stroke, Kenali 7 Kondisi Kesehatan Ini

    Sejumlah kondisi kesehatan bisa memunculkan gejala serupa stroke.

    Baca Selengkapnya
    Apa Itu Penyakit Bipolar? Kenali Gejala dan Penyebabnya
    Apa Itu Penyakit Bipolar? Kenali Gejala dan Penyebabnya

    Bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati secara ekstrim.

    Baca Selengkapnya
    Gejala Aneurisma Otak yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Sakit Kepala Parah
    Gejala Aneurisma Otak yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Sakit Kepala Parah

    Aneurisma otak adalah kondisi medis yang serius di mana terjadi pelebaran abnormal pada pembuluh darah di otak.

    Baca Selengkapnya
    Ciri-ciri Penyakit Bipolar Disorder yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
    Ciri-ciri Penyakit Bipolar Disorder yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya

    Ciri-ciri penyakit bipolar disorder perlu diwaspadai setiap orang

    Baca Selengkapnya
    Kenali Gejala Stroke di Pagi Hari, Wajib Diwaspadai
    Kenali Gejala Stroke di Pagi Hari, Wajib Diwaspadai

    Salah satu alasan kenapa stroke terjadi di pagi hari adalah karena perubahan dalam tubuh selama waktu tidur. Selain itu, ada pula pengaruh hormon tertentu.

    Baca Selengkapnya
    Tanda-tanda Tumor Otak pada Anak yang Harus Orang Tua Tahu
    Tanda-tanda Tumor Otak pada Anak yang Harus Orang Tua Tahu

    Meskipun gejalanya sering kali mirip dengan penyakit lain yang lebih umum, penting untuk mengetahui tanda-tanda spesifik yang mungkin mengindikasikan tumor otak

    Baca Selengkapnya