Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pecahnya Thailand

Pecahnya Thailand Yingluck Shinawatra. ©AFP PHOTO/Pornchai KITTIWONGSAKUL

Merdeka.com - Mahkamah Konstitusi Thailand pada 7 Mei lalu telah mengeluarkan putusan bahwa PM Yingluck Shinawatra dan 9 dari 35 anggota kabinetnya harus lengser dari jabatannya. Dalam keputusannya Mahkamah menetapkan bahwa keputusan pemerintah untuk mengganti Ketua Dewan Keamanan Nasional, Thawil Pilensri di tahun 2011 agar kakak ipar Thaksin Shinawatra dapat menjadi Kepala Kepolisian Thailand adalah penyalahgunaan kekuasaan.

Setelah geger dan krisis politik selama 6 bulan di Thailand, keputusan MK itu seharusnya tidak menjadi suatu hal yang mengejutkan. Namun keputusan MK yang tidak meminta lengser seluruh anggota kabinet memang agak mengagetkan meskipun ia sedikit banyak seirama dengan arah gonjang-ganjing politik di sana.

Bagi pendukung Yingluck dan kelompok Kaus Merah-nya, keputusan MK dinilai sangat politis karena sejarah keputusan MK terkait keluarga Shinawatra dan partainya, Pheu Thai Party sejak kudeta militer tahun 2006 tak pernah memihak mereka. Karenanya ini akan menjadi pemicu tambahan bagi munculnya protes dan demonstrasi pendukung Yingluck (Kaus Merah) yang memang sudah berencana demo besar-besaran pada 10 Mei.

Mereka juga menuduh bahwa MK tak lebih dari pengikut kelompok ultra royalist (Kaus Kuning) dari kelompok kemapanan yang meremehkan demokrasi . Makanya tak heran jika kelompok Yingluck menilai keputusan MK sebagai "kudeta judisial", yang tidak menggunakan senjata tapi sama efektifnya dengan kudeta militer yang menjungkalkan Thaksin di tahun 2006.

Saat ini memang tidak terjadi kekosongan kekuasaan karena pemerintah telah menunjuk Deputi PM sekaligus Menteri Perdagangan, Niwatthamrong Boonsongpaisan sebagai Acting PM. Langkah ini juga tidak akan memuaskan pihak oposisi karena ia dipandang konco Thaksin dan pernah menjadi direktur di Shin Corporation, sebuah konglomerasi media milik keluarga Shinawatra.

Niwatthamrong juga dianggap sebagai arsitek dari skema subsidi beras Thailand yang bermasalah yang telah memboroskan anggaran negara miliaran USD yang menjadi salah satu sebab kemarahan pihak oposisi dan saat ini menjadi bahan penyelidikan NACC (KPK-nya Thailand).

Saat ini tampak jelas bahwa kedua pihak yang berlawanan sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap lembaga mediasi dan proses kenegaraan yang demokratis. Di satu sisi, kelompok Kaus Merah dan pendukung partai Pheu Thai sudah susah mempercayai pengadilan dan istana, yang dinilai berkonspirasi melawan mereka.

Di sisi lain, kelompok oposisi juga tidak mempercayai pemilu dan demokrasi karena hasilnya selalu melawan mereka. Jalan tersisa yang mereka lihat adalah perlawanan di jalanan. Ini tampak dari dari penolakan rencana pemilu 20 Juli 2014 oleh kelompok demo People’s Democratic Reform Committee (PDRC) pimpinan mantan anggota parlemen, Suthep Thaugsuban serta partai oposisi partai Demokrat.

Oposisi menuntut reformasi sebelum pemilu dilaksanakan dengan tujuan menyingkirkan klan Shinawatra dari panggung politik dan keputusan MK ini tidak memenuhi harapan mereka. Mereka bahkan menyatakan bahwa jika pemilu dipaksakan diselenggarakan pada tanggal itu, maka akan terjadi pemilu berdarah.

Dalam perkembangan terakhir (8/5), KPU Thailand juga telah menyatakan bahwa pihaknya tidak melihat adanya urgensi menetapkan tanggal pasti penyelenggaraan pemilu. KPU Thailand telah menolak permintaan pemerintah untuk bertemu membahas rencana pemilu. Jadi, solusi politik untuk mengurangi kebuntuan dan meredam pertentangan pun belum nampak nyata.

Bisa diduga perkembangan politik Thailand dengan adanya keputusan MK , NACC dan KPU Thailand itu tidak akan meredakan krisis namun bisa sebaliknya dan Thailand bisa terpecah belah dalam waktu lama bila tidak ada kemauan politik para elitnya untuk masing-masing mundur selangkah demi beberapa langkah maju bersama.

Selain itu, situasi sekarang juga menuntut sikap jelas Raja dan militer yang bisa mendorong pada rekonsiliasi dan imparsialitas dengan menjunjung tinggi konstitusi Thailand. Sampai saat ini kedua lembaga belum jelas menampakkan arah kebijakannya dalam merespon perkembangan terkini. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
10 Desember 1932 Thailand Menjadi Negara Monarki Konstitusional, Ini Sejarahnya
10 Desember 1932 Thailand Menjadi Negara Monarki Konstitusional, Ini Sejarahnya

Konstitusi Thailand pada 10 Desember 1932 menandai peralihan dari monarki absolut ke monarki konstitusional.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Busungkan Dada, Jokowi Beri Perintah Jenderal TNI Polri
VIDEO: Busungkan Dada, Jokowi Beri Perintah Jenderal TNI Polri "Hal Kecil Segera Selesaikan!"

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan para petinggi TNI dan Polri di Istana IKN, 12 September 2024.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Busungkan Dada, Jokowi Beri Perintah Jenderal TNI Polri
VIDEO: Busungkan Dada, Jokowi Beri Perintah Jenderal TNI Polri "Hal Kecil Segera Selesaikan!"

Presiden Jokowi mengumpulkan para petinggi TNI dan Polri di Istana IKN pada Kamis, 12 September 2024 kemarin.

Baca Selengkapnya
Temui Pengurus PGI, Menko Polhukam Hadi Minta Jaga Kondisi Aman hingga Pelantikan Presiden-Wapres Baru
Temui Pengurus PGI, Menko Polhukam Hadi Minta Jaga Kondisi Aman hingga Pelantikan Presiden-Wapres Baru

Menurut Hadi, PGI sangat berperan dalam menjaga keharmonisan masyarakat di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pesan Jokowi ke TNI jelang Pelantikan Presiden & Pilkada Serentak: Jangan Ada Riak Ganggu Keamanan Negara
Pesan Jokowi ke TNI jelang Pelantikan Presiden & Pilkada Serentak: Jangan Ada Riak Ganggu Keamanan Negara

Jokowi meminta kepada TNI untuk ikut serta menjaga stabilitas keamanan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta TNI-Polri Jaga Stabilitas Keamanan Jelang Pelantikan Prabowo-Gibran: Jangan Sampai Ada Riak-Riak Mengganggu
Jokowi Minta TNI-Polri Jaga Stabilitas Keamanan Jelang Pelantikan Prabowo-Gibran: Jangan Sampai Ada Riak-Riak Mengganggu

Pelantikan Prabowo-Gibran dilakukan pada 20 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya
Pesan Jokowi ke TNI: Kita Sudah Masuk Tahun Politik, Padamkan Percikan Sekecil Apa pun
Pesan Jokowi ke TNI: Kita Sudah Masuk Tahun Politik, Padamkan Percikan Sekecil Apa pun

Jokowi meminta TNI memberikan pemahamam ke masyarakat bahwa beda pilihan politik dan menang kalah dalam Pemilu adalah hal yang wajar.

Baca Selengkapnya
Konflik TNI AL dan Brimob di Sorong Selesai, Kasal: Prajurit Jalasena Harus Berjiwa Ksatria
Konflik TNI AL dan Brimob di Sorong Selesai, Kasal: Prajurit Jalasena Harus Berjiwa Ksatria

Kapolda telah menyampaikan permohonan maafnya kepada TNI

Baca Selengkapnya
Kecam Prajurit TNI Geruduk Polrestabes Medan, DPR: Jangan Sampai Merusak Kepercayaan Publik
Kecam Prajurit TNI Geruduk Polrestabes Medan, DPR: Jangan Sampai Merusak Kepercayaan Publik

Agar tindakan segelintir oknum tidak merusak citra Mabes TNI.

Baca Selengkapnya
Megawati Tolak RUU TNI-Polri, Ini Alasannya
Megawati Tolak RUU TNI-Polri, Ini Alasannya

Megawati melihat, RUU TNI Polri ini digulirkan untuk kembali menyetarakan kedua aparat negara itu.

Baca Selengkapnya
Megawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis
Megawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis

Megawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis

Baca Selengkapnya
Megawati: Jangan Saya Dibully Ketika Pemilu
Megawati: Jangan Saya Dibully Ketika Pemilu

"Jangan saya dibully. Saya sudah punya loh yang namanya pengacara-pengacara," kata Megawati

Baca Selengkapnya