Agar Kecelakaan Gerbang Tol Ciawi Tak Terulang, Sopir Truk harus Memahami Cara Kerja Rem dengan Baik
Kecelakaan tragis ini disebabkan oleh rem yang tidak berfungsi pada kendaraan pengangkut galon, yang diduga mengalami kerusakan pada sistem pengereman.

Kecelakaan tragis kembali terjadi di jalan tol, khususnya di Gerbang Tol (GT) Ciawi. Insiden ini disebabkan oleh rem yang tidak berfungsi pada sebuah angkutan galon, yang diduga mengalami kegagalan dalam sistem pengereman. Menurut pernyataan Kapolresta Bogor Kota, Kombes Eko Prasetyo, kecelakaan tersebut berlangsung di jalur Tol Bogor-Jakarta, tepatnya di Gate Tol Ciawi 2, pada malam Selasa sekitar pukul 23.30 WIB. Pada saat kejadian, sebuah truk pengangkut galon melaju dari arah Ciawi menuju Jakarta dan mengalami rem blong saat mendekati gerbang tol.
"Diduga kendaraan tersebut mengalami gagal fungsi rem (rem blong) sehingga menabrak rangkaian kendaraan yang sedang melakukan transaksi (pembayaran e-tol). Tiga kendaraan hancur terbakar, sementara tiga kendaraan lainnya mengalami kerusakan," ungkap Kombes Eko. Mengingat kecelakaan di tol yang sering terjadi, terutama yang disebabkan oleh rem kendaraan besar yang tidak berfungsi, Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Achmad Wildan, menekankan pentingnya pemahaman sopir tentang cara kerja rem. Hal ini sangat penting, karena pergerakan kendaraan di jalan datar dan menurun memiliki karakteristik yang berbeda.
"Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin. Sementara di jalan menurun, gerakan kendaraan dipengaruhi oleh daya gravitasi," jelas Wildan beberapa waktu lalu. Menurutnya, saat sopir mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, kendaraan akan melambat, berhenti, dan proses pengereman selesai. Namun, situasi berbeda terjadi saat kendaraan berada di jalan menurun. Ketika pengereman dilakukan, roda akan berhenti saat pedal ditekan, tetapi jika pedal dilepaskan, kendaraan akan kembali didorong oleh gravitasi, sehingga pengereman tidak akan efektif.
"Oleh karena itu, saat mengerem di jalan datar, gunakanlah service brake, yaitu rem pedal. Namun, di jalan menurun, sebaiknya gunakan auxiliary brake, atau rem bantuan. Bentuknya bisa berupa engine brake, exhaust brake, atau retarder yang terbaru," tegasnya. "Apa akibatnya jika pengemudi mengabaikan hal ini? Saya informasikan, lebih dari 90 persen kecelakaan rem blong pada bus dan truk terjadi di jalan menurun, dan semua itu disebabkan oleh pengemudi yang tidak memperhatikan hal ini," tambahnya.
Tiga tantangan yang sering dihadapi oleh sopir truk
Wildan mengungkapkan bahwa pengemudi dapat menghadapi tiga masalah utama saat berkendara. Pertama, brake fading yang terjadi ketika kampas rem menjadi panas. Ketika kampas rem sudah panas, permukaannya menjadi licin sehingga roda tetap berputar meskipun rem sudah diinjak. "Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar. Contohnya kecelakaan bus Padma di Sumedang," tegasnya.
Masalah kedua adalah rem yang mengalami angin tekor. Gejala dari kondisi ini adalah ketika pengemudi menekan pedal rem dengan keras, tetapi tidak dapat diinjak. Ketiga, terdapat masalah vapor lock, yang terjadi ketika minyak rem mendidih akibat kandungan air yang tinggi dalam minyak tersebut. "Jadi ketika seorang ngerem berkali-kali di jalan menurun, itu akan menghadapi tiga itu," pungkasnya.
Berikut adalah kalimat yang berbeda namun tetap mempertahankan konteks yang sama: "Infografis mengenai langkah-langkah sederhana untuk mengajukan santunan dari Jasa Raharja."
