Begini Cara Tim DVI Identifikasi Korban Kebakaran Glodok Plaza
Tim DVI Polri melakukan serangkaian proses dalam mengidentifikasi para korban kebakaran Glodok Plaza

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri melakukan serangkaian proses dalam mengidentifikasi para korban kebakaran Glodok Plaza. Data ante mortem yang diserahkan oleh pihak keluarga, terlebih dahulu ditelaah.
Kabid DVI Rodokpol Pusdokkes Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Fauzi menyampaikan, terdapat delapan kantung jenazah yang diterima oleh Rumah Sakit Polri.
"Kemarin kita kumpulkan data ante mortem, saat ini sedang kita dalami lagi," kata dia kepada wartawan, Senin (20/1).
Data ante mortem disortir terlebih dahulu, misalnya si A dilaporkan oleh si B, nah si B akan ditanya-tanya lebih lanjut guna mendapatkan keterangan secara mendetail, sekaligus menghindari kekeliruan.
"Kita tanya kapan terakhir lihat? Kalau misalnya dia ada di situ karena saya bersama sama dengan dia dan saya selamat, nah itu bisa kita percaya. Atau terakhir di memposting story dia entah story IG dan dia ada di situ, dan sekarang dia tidak bisa dihubungi," ucap dia.
Kemudian data ante mortem akan dicocokkan dengan data post mortem. Di mana, data post mortem diambil dari tubuh korban, seperti DNA dan lain sebagainya. Inilah, yang masih dalam proses.
"Sedang dilakukan pemeriksaan forensik DNA ini kan DNA ada dua, DNA ante mortem dan post mortem, DNA ante mortem kita ambil dari keluarga. Otomatis kondisi sampel segar mudah kita periksa, yang menjadi kendala DNA post mortem yang kita ambil dari korban, dari tulang, otot yang jauh dari api," ucap dia.
Ahmad Fauzi mengakui, proses identifikasi menemui beberapa kendala. Dia menyebut, kebakaran Gedung Glodok Plaza, Jakarta Barat masuk kategori open disaster, sehingga jumlah korban belum dapat diketahui secara pasti.
"Kita hadapi ada dua sebenarnya yang pertama open disaster, jadi kemungkinan siapa yang ada di situ yang jadi korban belum pasti karena bisa saja siapa saja ada di situ, bisa cleaning service, atau apa yg tidak dilaporkan oleh keluarganya kan bisa saja," ujar dia.
"Selama ini yang kita dapatkan kan yang dilaporkan, bisa saja orang di situ tidak ada yang tahu jadi tidak dilaporin," sambung dia.
Kendala kedua yaitu kondisi jenazah yang tak utuh. Dia menyebut, korban rata-rata sulit untuk dikenali secara fisik.
"Kendala kedua, karena kondisi korban yang terbakar cukup parah, derajat 4 ya," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Ahmad Fauzi membantah, terkait kabar ada satu orang korban inisial S yang telah teridentifikasi. Dia mengatakan, pencocokan antara data ante mortem maupun post mortem masih berlangsung.
"Belum ada yang teridentifikasi. Kan kalau ada identifikasi harus ada sidang rekonsiliasi. rekonsiliasi kan dasarnya dari DNA, DNA nya belum ada. Mohon dibantu jangan sampai berita hoaks itu menyebar," tandas dia.