Debat Perdana Pilgub Jatim: Begini Solusi Ditawarkan 3 Paslon di Bidang Kemiskinan, Pendidikan Gratis, dan Kanker
Awalnya, calon gubernur nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah, mendapatkan pertanyaan dari panelis yang dibacakan oleh moderator
Tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur memulai debut perdananya dalam debat di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Ketiganya memperdebatkan tema yang telah ditentukan oleh para panelis.
Awalnya, calon gubernur nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah, mendapatkan pertanyaan dari panelis yang dibacakan oleh moderator, tentang kematian atas penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (KJSU) di Jatim tertinggi keenam nasional.
"Hasil survei kesehatan Indonesia 2023, Jatim menduduki peringkat enam untuk kanker jantung dan stroke, sedangkan untuk penyakit ginjal peringkat 15. Bagaimana program paslon untuk menekan kejadian dan meningkatkan layanan KJSU di Jatim?" tanya moderator, Jumat (18/10).
Ia pun menjawab, untuk mengatasi hal itu, yang paling penting adalah pencegahan dengan menyadarkan masyarakat tentan pola hidup sehat sebagai langkah pencegahan. Kedua ia ingin puskesmas di Jatim mendapat fasilitas atau perlengkapan medis yang bisa mendeteksi adanya gangguan KJSU sejak dini.
"Ketiga, kami akan memberikan beasiswa afirmasi agar di daerah seperti di Madura dan daerah terpencil kita bisa lebih banyak lagi bisa menghasilkan dokter spesialis, yang bisa meng-address isu kesenjangan agar penyakit jantung dan kanker bisa diatasi," ucapnya.
Sementara itu, Khofifah Indar Parawansa menanggapinya jika pada saat Pemprov Jatim selama kepemimpinanya lima tahun terakhir, sudah melakukan sejumlah langkah. Salah satunya dengan mengirim tenaga medis perawat ke seluruh desa di Jatim.
"Sebetulnya Pemprov Jatim udah mengirim perawat di semua desa di seluruh Jatim, semua desa, jadi semua ponkesdes akan didampingi oleh perawat yang dikirim oleh Pemprov Jatim, seluruh Jatim," kata Khofifah.
Berikutnya, ia dan Emil juga sudah meluncurkan laman digital e-DESI di Dinas Kesehatan Jatim, agar masyarakat bisa melakukan deteksi dini. Selain itu dia juga sudah menyiapkan stroke center di RSUD dr Soetomo dan rumah sakit tipe A milik Pemprov Jatim lain.
"Kemudian jantung center ini baru dan kemudian onkologi center. Artinya upaya-upaya promotif dan upaya rehabilitatif InsyaAllah kita sudah menyiapkan, tapi kita tentu berharap masyarakat Jatim sehat," tuturnya.
Sementara itu, Tri Rismaharini, mengaku akan memberikan UHC, universal health coverage, atau sistem penjaminan kesehatan gratis bagi seluruh penduduk Jatim.
Kedua, Risma juga akan membuka fasilitas Kesehatan di lima bakorwil Jatim untuk rujukan penyakit jantung, otak dan kanker. Maka tentu, kata Risma, dibutuhkan dokter yang akan bertugas di lima balkorwil itu. Namun, realitasnya dokter yang menangaani KJSU masih kurang di Jatim.
"Karena dari data yang ada, dokter untuk spesialis jantung dan stroke itu sangat kurang, karena itu, kami akan memberikan beasiswa untuk para dokter yang akan mendapatkan dokter spesialis dan mereka akan mau tinggal di bakorwil-bakorwil tadi," kata Risma.
Di akhir, Luluk pun melempar kritik. Menurutnya selama lima tahun terakhir, Khofifah tidak serius menangani isu kesehatan. Hal itu dibuktikan dari tingginya angka kematian KJSU Jatim.
Terima kasih Ibu Khofifah, karena ibu sudah jadi gubernur 5 tahun ke belakang, seharusnya angka risiko dan kematian dari KJSU tidak terjadi kalau ibu itu benar-benar serius menangani kasus ini," ucap Luluk.
Luluk mengaku tahu persis bagaimana kebutuhan masyarakat Jatim. Sebab dia memiliki pengalaman tersendiri, karena almarhumah ibundanya adalah pengidap stroke.
"Ini harus jadi prioritas bersama, sehingga ke depan Jatim tidak jadi juara kematian KJSU, tetapi sebagai provinsi sehat dan membahagiakan," pungkasnya.
Dalam tema pendidikan, Paslon no urut 1 ini juga menyoroti atas tingginya angka putus sekolah anak usia 15 sampai 22 tahun di provinsi Jawa Timur.
Ia menyebut, kemiskinan menjadi faktor penghambat akses pendidikan bagi anak-anak di Jatim.
"Pertama, daya dukung keluarga yang tidak memungkinkan menjadi salah satu penyebab. Kedua, keterjangkauan akses kepada sekolah juga tidak memadai. Faktor kemiskinan menjadi masalah utama di sini," ungkap Luluk.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Luluk menegaskan komitmennya untuk menggratiskan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
"Penting bagi kita untuk menatap masa depan, maka kami tidak hanya akan menggratiskan biaya sekolah, seragam dan fasilitas lainnya agar semua anak bisa menempuh pendidikan tanpa kendala, tetapi juga pendidikan hingga ke perguruan tinggi," tegas Luluk.
Lebih jauh, Luluk menambahkan lebih rinci mengenai sasaran penerima beasiswa tersebut.
“Kami juga akan memberikan beasiswa afirmasi untuk anak-anak perempuan, anak-anak rentan, anak-anak yatim, dan terlantar, termasuk anak-anak penghafal Al-Qur'an," tambah Luluk.
Sementara itu, Paslon no urut 3, Tri Rismaharini lebih berfokus pada anak disabilitas soal tema pendidikan. Risma menyebut sekolah khusus anak disabel selama ini.
"Banyak anak SD SMP putus sekolah maka kami beri suporting soal itu. Kemudian anak disabiltas kami buat sekolah inklusi sma smk. Bagi mereka tidak bisa akses karena mereka disable sekolah khusus jauh maka sma smk harus inklusi dengan memanajej guru agar bisa mewujudkan sekolah yang inklusi," tegasnya.
Sementara itu, Khofifah mengakui jika sekolah SLB merupakan tanggungjawab provinsi.
"Kami memiliki SLB di upt memberikan vokasional training bagi penyandang disabilitas.Kami sudah melakukan dan mudah-mudahan ke depan cost dari pusat sudah langsung ke kabupaten.
Diketahui, debat publik perdana Pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Timur dilaksanakan di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), pukul 19.30 WIB, Jumat (18/10) malam.
Tiga paslon yakni Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) berdebat dalam tema ‘Tranformasi Sosial dan Peningkatan Produktilitas Sumber Daya Lokal Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur’.
Dari tema utama itu ada tujuh sub tema turunannya, yakni Daya Saing dan Nilai Tambah Ekonomi; Pendidikan; Kesehatan; Demografi, Kemiskinan dan Kesenjangan; Masyarakat Digital; Ketahanan Sosial; serta Penguatan Budaya dan Identitas Lokal.