Di balik dapur sales kartu kredit

Merdeka.com - Ruangan di sebuah kantor bank swasta di bilangan Jakarta itu riuh. Namun riuhnya para pegawai itu bukan karena sedang asyik mengobrol dengan sesama teman kantor, melainkan mereka sibuk menelepon nasabah melalui telepon yang sudah terintegrasi dengan sistem komputer.
Di kepala para pegawai bank itu tercantel headset, sambil sesekali memainkan mouse menatap layar komputer. Di depannya, sebuah sistem lengkap berisi data nasabah mulai dari nama, nomor telepon hingga alamat rumah yang siap untuk dihubungi satu persatu.
Begitu rutinitas saban hari para sales kartu kredit melalui telepon yang dimulai dari sekitar pukul 09.00 WIB hingga 18.00 WIB. Setiap hari kerja mereka menawarkan produk bank berupa penawaran kartu kredit baru atau fasilitas dari kartu kredit itu sendiri seperti pinjaman dana tunai maupun penawaran asuransi.
Setiap menit aktivitas mereka termonitor melalui komputer yang dikepalai oleh seorang Team Leader. Di komputer itu sudah tercatat nama para sales sekaligus perolehan mereka mendapatkan nasabah dari menawarkan kartu kredit.
Sekali saja mereka berhenti menelepon, Team Leader akan menegur. Karena aktivitas para sales sudah terintegrasi melalu sistem komputer. Apalagi jika belum mendapatkan nasabah ketika melakukan penawaran, muka masam akan diterima si pegawai dari Team Leader.
"Tekanannya tinggi. Apalagi kalau belum pecah telor," ujar N, 28 tahun salah satu tenaga pemasaran di salah satu bank swasta saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.
Pecah telor merupakan istilah dalam dunia sales yang diartikan sebagai nasabah setuju dengan penawaran yang ditawarkan. "Sudah Received (terkirim)," katanya.
Dalam dunia sales kartu kredit, selain pecah telor, mereka juga dibebani target yang tinggi setiap bulan. Untuk memperkecil target tersebut biasanya dibagi menjadi target harian dan mingguan.
Jika tak mencapai target jangan heran jika para sales juga tegang lantaran bakal kena tegur oleh atasannya yaitu team leader. Pembagian target itu menurut N ialah agar bisa mengukur berapa perhari yang didapat.
Jika dalam sebulan seorang sales mendapat target 300 aplikasi kartu kredit artinya setiap hari mereka harus mendapatkan nasabah sekitar 10 orang yang setuju untuk membuat kartu kredit. Target tersebut akan dievaluasi saban awal pekan.
"Kalau belum pecah telor bisa dicemberutin. Ngelihat muka kita nih TL (Team Leader), enggak enak terus," ujar N.
Lantaran terbebani target yang lumayan besar, kata N, jangan heran jika dalam menelepon nasabah para sales akan merayu dengan segala cara. Dia juga menjelaskan jika para sales boleh dibilang militan jika saban hari menelepon nasabah yang sama.
Padahal nasabah tersebut sudah menolak dan terus dihubungi. "Kalau data nasabahnya cuma itu ya bisa pagi, siang, sore ditelepon terus. Mau diomelin setiap nelepon sama nasabah juga pasti ditelepon terus," tutur N.
Tujuan presure itu tak lain adalah untuk mendapatkan Insentif. Bagi N yang sudah melanglang buana sebagai sales kartu kredit di berbagai bank ini mengatakan jika bonus yang didapat dari target yang tercapai ialah kelipatan fulus untuk dibawa pulang. N sedikit memberi gambaran kasar, gajinya sebesar Rp 3 juta tak ada apa-apanya jika dibanding dengan insentif yang ia dapat jika target tercapai. Saban bulan paling tidak N menerima gaji ditambah insentif sebesar Rp 15 juta.
Pernah suatu waktu, gajinya mencapai Rp 35 juta dalam sebulan. Bahkan dia pernah menjadi thebest sales dan mendapatkan liburan keluar negeri. Bagi dia menjalani pekerjaan sebagai sales memang banyak plus minusnya.
Di sisi lain uang yang didapat lumayan besar, namun terkadang N juga jenuh dengan target yang terus meningkat setiap bulannya.
"Kalau lagi amsyong bisa terima gaji pokok doang," ujar N.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya