Dua film tema korban '65 karya Pelajar Purbalingga raih penghargaan
Merdeka.com - Film karya pelajar Purbalingga berhasil meraih penghargaan dalam ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016 yang berlangsung di Grand Kawanua Convention Center Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu (8/10).
Karya film pelajar Purbalingga yang meraih piala Dewantara dalam ajang tersebut mengangkat tema korban '65 dalam kategori film dokumenter pelajar/mahasiswa yakni, "Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!", serta kategori film pendek pelajar, yakni "Izinkan Saya Menikahinya".
Kedua film tersebut disutradarai pelajar dari SMA I Rembang Purbalingga, Jawa Tengah. Sutradara film "Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!", Ilman Nafai mengemukakan, film tersebut berkisah tentang tiga anggota Eks-Pasukan Cakrabirawa yang menceritakan detik-detik menjelang peristiwa gerakan satu Oktober (Gestok) yang terjadi 51 tahun silam.
-
Siapa saja yang mendapat penghargaan di acara tersebut? Acara penghargaan yang diselenggarakan untuk tahun ke-15 ini bertujuan untuk menghormati individu-individu di berbagai sektor, termasuk musik, akting, komedi, dan pengisi suara.
-
Siapa yang dapat 2 penghargaan? Inara Rusli mendapatkan dua penghargaan di ajang Silet Awards.
-
Dimana penghargaan diberikan? Penghargaan tersebut telah diserahkan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa RI, Hendrar Prihadi, kepada Plt. Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Setda Kabupaten Banyuwangi, Dani Al Sofyan, dalam forum ISPE yang digelar 14 Juni 2024 lalu.
-
Siapa yang menerima penghargaan? Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto yang hadir langsung menerima penghargaan tersebut mengatakan bahwa penghargaan tersebut tentu akan menjadi pelecut dan penyemangat bagi BRI, utamanya dalam melanjutkan transformasi yang terus dijalankan.
-
Siapa yang mendapat penghargaan? Kategori itu untuk Kepala Daerah dan Pemerintah Daerah (Kota Kecil).
-
Siapa yang menerima penghargaan tersebut? Penghargaan langsung diterima oleh Muhammad Toha Fauzi, Direktur Operasi I Brantas Abipraya di Hotel Bidakara, Jakarta.
"Penghargaan ini ditujukan untuk para korban ’65, yang selama ini tidak pernah mendapat pengakuan resmi negara dan penghargaan bagi dunia film di Banyumas Raya. Karena film, kami jadi belajar bagian sejarah kelam Indonesia," jelas siswa kelas XI.
Sementara itu, sutradara film 'Izinkan Saya Menikahinya', Raeza Raenaldy Sutrimo menjelaskan, karya film yang dibuatnya berangkat dari kisah nyata korban '65 pasca peristiwa tersebut. Dalam film tersebut, menceritakan terenggutnya kebahagiaan Suryati lantaran sepucuk surat penolakan izin menikah dari atasan calon suaminya, Suryono, dengan alasan KTP kakek Suryati berlabel ET (eks-tapol).
Pembuatan film bertema korban '65 tersebut, jelas Raeza, tidak selamanya berjalan mulus karena berakibat dibubarkannya ekstra kurikuler sinematografi di sekolah mereka dibubarkan sepihak oleh sekolah.
"Kami menganggap ini risiko berkarya, karena sejatinya tidak ada yang bisa membendung kreativitas. Beruntung, masih ada Cinema Lovers Community (CLC) yang menjaga kami," kata pelajar yang kini duduk di bangku kelas XII ini.
Seorang juri AFI 2016, Tommy F Awuy mengatakan, tema yang diangkat dalam dua film pelajar Purbalingga tersebut mengangkat sisi menarik yang belum tentu diketahui khalayak luas.
Juri lainnya, aktor kawakan, Lukman Sardi, menilai film anak-anak desa ini mampu berbicara banyak dengan kesederhanaannya, namun tegas dalam pemilihan tema cerita. "Film-film pelajar ini mampu memberikan suntikan semangat untuk tetap optimis dengan perkembangan perfilman Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, kedua film yang diproduksi tahun 2016 di bawah bendera Gerilya Pak Dirman Film ini sempat menjadi Film Dokumenter dan Film Fiksi Terbaik Pelajar SMA se-Banyumas Raya di ajang Festival Film Purbalingga (FFP) Mei 2016 lalu. Saat itu, pemutaran dua film pelajar Purbalingga ini kerap mendapat pengawasan dari aparat setempat. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedua film ini sangat memiliki kreatifitas yang luar biasa sehingga dapat memikat bagi para penikmatnya.
Baca SelengkapnyaKesempatan ini menjadi ajang yang tidak boleh dilewatkan oleh sineas-sineas dari berbagai wilayah di Kalimantan.
Baca SelengkapnyaKompetisi itu diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia dengan Universitas Sultan Zainal Abidin.
Baca SelengkapnyaPara kurator berkumpul untuk memilih karya-karya film pendek yang masuk dari Lokus 8. Banyak sekali karya yang masuk sampai kurator pun bingung untuk memilih.
Baca SelengkapnyaFesbul hanya akan memilih lima film terbaik. Para pemenang akan diumumkan pada puncak acara Malam Anugerah Fesbul 2024 di Djakarta Theatre.
Baca SelengkapnyaKedua film ini dipilih melalui proses seleksi ketat oleh tim kurator Fesbul dalam rangkaian kegiatan Fesbul 2024: Lokus 9 Open Submission.
Baca SelengkapnyaFokus perhatian LSF pada tahun ini menekankan pada pentingnya isu literasi perfilman, khususnya tontonan yang diperuntukkan untuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaRangkaian kegiatan Road to Perayaan Fesbul 2024 dimulai dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2024, Fesbul telah berhasil mengumpulkan lebih dari 150 submisi film dengan berbagai genre.
Baca SelengkapnyaMas Adi turut mengapresiasi acara ini sebagai wujud pengisi kemerdekaan khususnya oleh para pemuda.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini diambil oleh Komite Seleksi Oscar Indonesia yang terdiri sembilan insan perfilman.
Baca SelengkapnyaTim Fesbul dan kurator berkumpul untuk memilih karya-karya film pendek yang masuk dari Lokus 7. Film yang masuk beraneka genre.
Baca Selengkapnya