Kala Bandara di Banyuwangi Menginspirasi Daerah Lain
Bandara Banyuwangi menjadi patron pembangunan sejumlah bandara lainnya.
Pameran tentang bandara Banyuwangi dalam rangkaian Festival Arsitektur Nusantara mengungkapkan satu hal penting.
Kala Bandara di Banyuwangi Menginspirasi Daerah Lain
Mengusung konsep green building yang ramah lingkungan dan mengakomodir lokalitas yang menjadi ciri dari Bandara Banyuwangi, berhasil diadaptasi ke dalam pembangunan sejumlah bandara. Di antaranya adalah adalah Bandara Mandailing Natal dan bandara Sibisa Toba (Sumatera Utara), serta bandara Siboru Fak-Fak (Papua Barat).“Ini tentu menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi. Inovasi yang berasal dari daerah ternyata bisa diterima di tingkat nasional dan memberikan inspirasi".
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat melihat pameran arsitektur yang menampilkan desain-desain bandara di Indonesia yang khas nusantara Rabu (5/6).
Ipuk menceritakan bahwa bandara Banyuwangi dengan konsep yang demikian tersebut terinspirasi dari Koh Samui Airport di Thailand. Pemkab Banyuwangi menggandeng arsitek Andra Matin untuk mewujudkan gagasannya. Selain itu, juga melibatkan budayawan.
Dari serangkaian diskusi tersebut, akhirnya terwujudlah desain bandara sebagaimana diketahui hari ini. Dengan mengadaptasi bentuk udeng khas Banyuwangi dan aksentuasi rumput hijau di bagian atapnya, membuat bandara tersebut menjadi sangat unik dan khas. Konsepnya yang ramah lingkungan, menonjolkan lokalitas dan tetap menjaga kehijauan di sekitarnya membuat bandara ini diganjar Aga Khan Award for Arsitecture pada 2022. Penghargaan bergengsi bertaraf internasional ini, menasbihkan kembali Indonesia. Setelah terakhir diterima pada 1995 untuk bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
“Kami kemudian diminta untuk mendesain bandara dengan konsep serupa".
Andra Matin, Arsitek Bandara Blimbingsari
Tiga bandara yang sedang proses pembangunan di Sumatera Utara dan Papua Barat di atas, merupakan rancangan Andra Matin.