Kisah haru sejoli terpaksa menikah di lokasi pengungsian karena erupsi Gunung Agung
Merdeka.com - Sejak beberapa hari terakhir warga pengungsi Gunung Agung di wilayah Taman Gianyar bergotong royong membuat sarana upacara adat.
Semula disangka, kegiatan ini hanya untuk mengisi waktu luang dengan membuat sarana persembahyangan. Namun ternyata di posko pengungsian, ada dua sejoli yang juga warga pengungsi akan melangsungkan pernikahan dengan mengambil lokasi di Taman Prakerti Bhuana, Beng, kabupaten Gianyar, Bali.
Prosesi pernikahan sudah dilangsungkan sejak Rabu pagi. Guyuran abu vulkanik ditambah rintik hujan tak menjadi halangan cinta mereka untuk berlanjut ke pelaminan.
-
Kapan pernikahan mereka? Pernikahan mereka pada tahun 2017 jarang menjadi sorotan, tetapi keduanya sering membagikan momen mesra mereka di media sosial.
-
Dimana pernikahan tersebut? Acara pernikahan yang diadakan di Bali ini mengusung tema Bollywood.
-
Kapan mereka bertunangan? Chris Martin dan Dakota Johnson, Setelah Enam Tahun Pacaran, Kini Tunangan Diam-Diam Menurut laporan dari Page Six, pertunangan antara Chris Martin dan Dakota Johnson terjadi beberapa waktu yang lalu, dengan sumber yang mengungkapkan, 'Mereka sudah begitu jatuh cinta satu sama lain sejak awal bertemu, jadi melangkah ke tahap selanjutnya adalah sesuatu yang tidak terelakkan.'
-
Apa yang terjadi di awal pernikahan mereka? Awal-awal pernikahan inilah menjadi tahun yang berat bagi keduanya. Di awal pernikahan ini juga sempat muncul orang ketiga seperti yang diungkap Dewi Gita di podcast Ashanty belum lama ini.
-
Kenapa mereka menikah setelah 9 tahun pacaran? Setelah bertahun-tahun menjalani hubungan tanpa restu orang tua, keduanya pun membuktikan kesetiaan cintanya masing-masing. Hingga pada akhirnya, pasangan ini pun mendapat restu orang tua dan memutuskan untuk menikah.
-
Dimana pernikahan tersebut digelar? Diketahui pernikahan tersebut digelar di Palembang.
Rasa sedih dan bahagia terpancar dari wajah pasangan pengantin. Selain keluarga, seluruh warga yang ada di tenda pengungsian ikut merasakan haru saat prosesi upacara Pawiwahan (pernikahan) dimulai. Mereka menitikjan air mata.
Bisik-bisik warga yang menyaksikan pernikahan itu, sejoli ini sudah lama menjalin kasih, jauh sebelum sama-sama berada di pengungsian. Sejak jauh hari mereka telah menentukan tanggal dan bulan pernikahan.
Namun apa dikata, alam berkehendak lain mereka harus melangsungkan pernikahan jauh dari kampung halamannya di Dusun Lusuh Kangin, Pering Sari, Selat, Karangasem.
"Mereka berdua dari satu desa. Sebelum mengungsi sudah rencanakan pernikahan pada hari ini, tetapi tidak menyangka kalau rencana pernikahan harus pindah tempat di pengungsian. Mau bagaimana lagi, desa kami masuk kawasan rawan dari Gunung Agung," terang Bu Nengah, kerabat mempelai, Rabu (20/12).
Lanjut Nengah, selama status awas Gunung Agung, mempelai laki-laki, I Putu Agus Wirawan (28) bersama keluarganya mengungsi secara mandiri di Denpasar.
Sementara mempelai wanita Ni Made Ayu Sripatni (25) ada di pengungsian. Syukurnya Taman Prakerti Bhuana di Kelurahan Beng, Gianyar memang dikonsep untuk membantu umat yang memiliki kendala dalam melaksanakan upacara adat terlebih bagi para pengungsi, sehingga tak menghilangkan momen sakral sebuah pernikahan.
Kedua mempelai merogoh saku Rp 15 juta untuk melangsungkan pesta pernikahan ini. Dengan biaya itu, mempelai bersyukur sudah mendapatkan hidangan dan tempat sekelas hotel berbintang untuk 100 orang tamu undangan.
Mempelai perempuan, Ni Made Ayu mengaku tidak keberatan harus menikah bukan di desanya. Sebab selain berada di kawasan aman bencana, ritual pernikahan juga tidak mengubah pemaknaan ritual.
"Jika dipaksakan upacara di kampung, pasti biaya lebih besar. Belum lagi, desa saya berstatus KRB II yang sangat beresiko sekali," terangnya.
Pengelola Taman Prakerti Bhuana, Ida Bagus Adi Supartha, menyebut tempat yang dibangunnya itu memang bertujuan untuk membantu umat agar dapat melaksanakan upacara secara praktis dan ekonomis tanpa mengurangi pemaknaan.
"Pada upacara pernikahan ini, perwakilan warga desa, pengurus adat, aparatur desa serta pemangku adat dari desa mempelai, turut hadir menyaksikan. Jadi ikatan perkawinan ini sah secara adat dan hukum," tegasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski kadang rencana sudah matang, ada saja faktor eksternal yang sulit diantisipasi.
Baca SelengkapnyaMantan Panglima TNI bertemu dengan pasangan lansia korban tsunami selat Sunda yang baru saja menikah dua hari sebelum bencana tsunami.
Baca SelengkapnyaDi tengah acara lamaran yang khidmat, tiba-tiba banjir melanda.
Baca SelengkapnyaTak disangka prajurit TNI Sersan Satu ini jatuh cinta kepada wanita asal Pekanbaru, Riau hingga berhasil menikahinya. Bagaimana cerita menariknya?
Baca SelengkapnyaSebuah objek wisata yang berada di pinggiran kota Berastagi memiliki kisah yang tragis.
Baca SelengkapnyaPernikahan wanita di Bali tanpa kehadiran sang suami ini viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaProsesi hajatan itu digelar sederhana. Seluruh elemen warga desa kompak membantu kesuksesan acara.
Baca SelengkapnyaKisah cinta wanita hampir tenggelam dengan pria penolong. Hubungan mereka berakhir di pelaminan.
Baca SelengkapnyaKedua mempelai tampil kompak dalam busana adat Minangkabau.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial kisah dua sejoli yang menggelar pernikahan secara mendadak.
Baca SelengkapnyaPengantin wanita di Sulawesi Barat ini pun akhirnya menikah dengan kakak calon suami.
Baca SelengkapnyaRupanya, mereka sudah bersahabat sejak kelas 1 SMP dan 14 tahun bersahabat.
Baca Selengkapnya