Melihat Prosesi Hajatan Mantu di Desa Terpencil Wonogiri, Iring-Iringan Pengantin Harus Jalan Kaki Naik Turun Bukit
Prosesi hajatan itu digelar sederhana. Seluruh elemen warga desa kompak membantu kesuksesan acara.
Kondisi kekeringan melanda sebuah permukiman penduduk di Desa Puhpelem, Kabupaten Wonogiri. Desa itu berada di kawasan perbukitan dengan medan yang curam. Di desa itu, terdapat sebuah rumah yang lokasinya terpencil di puncak bukit. Pada hari itu, pemilik rumah sedang mengadakan acara hajatan mantu. Suara musik dari rumah yang berada di atas bukit itu terdengar hingga perkampungan penduduk yang berada di bawahnya.
Pemilik kanal YouTube Jejak Richard berkesempatan mengunjungi rumah terpencil itu melalui sebuah video yang diunggah pada Minggu (8/9). Rumah terpencil itu harus dilalui melalui sebuah jalan tanah yang sebenarnya masih dilalui sepeda motor. Apalagi pada puncak musim kemarau, permukaan jalan tanah itu kering dan padat sehingga cukup aman dilalui.
-
Apa yang terjadi di hajatan? Dua orang pria terlibat keributan di tengah acara hajatan.Terungkap, keduanya ternyata berada di bawah pengaruh alkohol. Seketika, aparat bergerak meringkus hingga mengguyur pelaku dengan air kolam.
-
Kenapa pengantin wanita digendong? Pernikahan adat Sunda dari dulu sampai sekarang masih menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal setempat.
-
Apa itu Tari Penguton? Tari Penguton merupakan tari tradisional yang berasal dari Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan. Mengutip dari jurnal Makna Simbolik Tari Penguton di Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan yang ditulis oleh Retna Susanti, Tari Penguton adalah tari yang tumbuh di Kayuagung dan kemudian menjadi tari penghormatan bagi tamu agung yang datang ke Komering Ilir.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Mauludan di Desa Kemuja? Kegiatan dilakukan dengan berkumpulnya masyarakat di masjid pada malam hari sebelum 12 Rabi’ul Awwal dan membacakan kisah hidup tauladan Nabi Muhammad SAW, memanjatkan salam dan shalawat sepanjang malam.Selanjutnya, akan dilakukan ritual doa bersama yang diakhiri dengan menyantap makanan dengan seluruh masyarakat yang disebut dengan Tradisi Nganggung.
-
Apa yang terjadi pada pengantin wanita di Palembang? Mempelai wanita yang diketahui bernama Dwi Octaviani meninggal secara tiba-tiba usai ijab kabul.
-
Siapa yang dilangkahi menikah? Dilangkahi Saat Adik Menikah, Potret Teuku Atha Kakak Beby Tsabina yang Menyentuh Hati Sebelum Beby Tsabina berpacaran dan menikah, seringkali orang salah mengira Teuku Atha sebagai pacarnya karena kedekatan dan kompaknya mereka. Teuku Atha dengan ikhlas merelakan adiknya menikah lebih dulu darinya, atau seperti yang ia katakan, 'dilangkahi'.
Digelar Sederhana
Setelah berjalan kaki melalui medan yang naik turun, pemilik kanal YouTube Jejak Richard sampai di rumah terpencil itu. Pemilik rumah itu adalah Bapak Sunar, saat itu dia sedang menikahkan putranya bernama Mas Irfan dengan jodohnya dari desa sebelah. Acara hajatan mantu itu digelar sederhana saja dan berlangsung selama sehari dari pagi hingga malam.
Saat Jejak Richard datang berkunjung, Bapak Sunar sedang menanti datangnya pasangan mempelai beserta iring-iringannya.
“Nanti pengantinnya datang ramai-ramai bersama rombongan. Saya sudah tiga kali menggelar hajatan mantu di sini,” kata Bapak Sunar.
Warga Desa Kompak Membantu
Walaupun digelar secara sederhana, namun para warga desa mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, hingga pemuda tampak kompak membantu jalannya acara. Ibu-ibu membantu di dapur untuk memasak, anak muda membantu menjadi sinom atau pengantar makanan dan minuman, sementara bapak-bapak membantu memasak nasi dan air.
Sekitar jam 10 siang, rombongan pengantin yang berangkat dari rumah mempelai putri dari Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, akhirnya tiba. Selain mobil dan motor, banyak anggota rombongan yang menumpang di atas bak truk.
Rombongan Berjalan Naik Turun Bukit
Karena kendaraan besar seperti mobil dan truk tak bisa menjangkau rumah yang berada di atas bukit, para rombongan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka berjalan beriringan, beberapa dari mereka membawa barang-barang seserahan yang digantungkan pada sebilah bambu. Karena perjalanan cukup melelahkan, beberapa rombongan terutama dari kalangan ibu-ibu sempat beristirahat di tengah jalan.
Saat rombongan sudah berjalan jauh di depan, tampak ada dua anggota rombongan yang tertinggal di belakang. Ternyata mereka adalah sepasang pengantin itu, Mas Irfan dan Mbah Heni. Mereka terlihat romantis berjalan pelan-pelan sambil bergandengan tangan.
“Ini kok pengantinnya malah ketinggalan di belakang,” teriak salah satu anggota rombongan yang sedang beristirahat.
Berlangsung Khidmat
Rupanya ibu-ibu yang beristirahat di tengah jalan itu duduk-duduk sembari menunggu sepasang pengantin itu. Begitu pasangan pengantin itu lewat, rombongan itu mengikuti berjalan di belakang.
Setelah rombongan pengantin datang, prosesi hajatan mantu dimulai. Acara berlangsung khidmat dengan dipandu seorang pembawa acara.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan perjamuan makan dan minum. Para sinom keluar membawa piring-piring yang berisi makanan. Setelah itu barulah para rombongan dipersilakan pulang. Mereka pun kembali menuruni bukit menuju tempat parkir kendaraan.