Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Merantau hingga Manado, Parno mengaku sedih tak bisa mudik lebaran

Merantau hingga Manado, Parno mengaku sedih tak bisa mudik lebaran Tukang siomay Parno. ©2016 Merdeka.com/tomy lasut

Merdeka.com - Idul Fitri memang identik dengan kegiatan mudik. Namun, tidak semua orang, terutama para perantau, bisa pulang kampung melepas rindu bertemu kerabat.

Salah satunya adalah Parno (48), seorang penjaja siomay biasa mangkal di kompleks SMA Negeri I Manado. Lebaran tahun ini, dia mengaku sedih lantaran tak bisa merayakan di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah.

"Tahun ini enggak mudik mas, ongkosnya belum terkumpul. Kalau pulang kan harus dibawa semua, anak, istri, sampai anak mantu. Lebaran di sini kurang enak juga, karena namanya lebaran kan harus minta maaf sama orang tua. Ya pasti kecewa dan perasaan berdosa sama orang tua," ujar Parno memendam sedih, Sabtu (2/7).

Setiap hari, pria akrab disapa Mas Parno ini mulai berjualan sejak pukul 11.00 WITA hingga pukul 17.00 WITA. Dengan gerobak kecilnya, dia mulai menjajakan Siomay di samping gedung KONI. Lantaran musim liburan sekolah, dia terpaksa berpindah lokasi dan berjualan di samping gedung KONI Sario.

Pulang pergi, Parno harus mendorong gerobak sejauh kurang lebih lima kilometer dari tempat tinggalnya, di Lingkungan 3, Kelurahan Ranotana, ke tempat mangkalnya.

Hasil jualan siomay, menurut Parno, cukup buat keperluan sehari-hari dan biaya anak sekolah. Dia sendiri memiliki empat anak. Dua diboyong ke Manado bersama istrinya, sementara dua orang lagi tetap tinggal di Solo. Di Manado, dia memiliki dua gerobak siomay. Satu dia bawa langsung sendiri, sedangkan satu lagi dibawa oleh anaknya.

"Penghasilan kotor dari dua gerobak sekitar Rp 900 ribu. Cuma di bulan puasa kayak gini pendapatan menurun karena sekolah libur," ujar Parno.

Parno menuturkan, awalnya dia ikut kakaknya ke Manado pada 2010 silam. Sebulan membantu sang kakak berjualan bakso, dia akhirnya dipinjamkan modal. Modal itu diolah dengan baik sehingga usaha siomay Parno mulai berkembang. Akhirnya, dia berhasil memiliki dua unit gerobak kecil buat menopang usahanya.

Siomay bikinan Parno sangat digemari warga, terutama anak sekolah. Siomay itu dibuat sendiri, dengan menggunakan bahan dasar ikan tindarung. Pemilihan ikan ini punya tujuan khusus.

"Selain lebih murah, ikan tindarung lebih aman dikonsumsi warga, apalagi yang mengidap hipertensi," ucap Parno. (mdk/ary)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
20 Tahun Merantau dan Tak Pernah Pulang, Pria Ini Beri Kejutan Tiba-tiba Mudik ke Rumah, Disambut Banjir Air Mata
20 Tahun Merantau dan Tak Pernah Pulang, Pria Ini Beri Kejutan Tiba-tiba Mudik ke Rumah, Disambut Banjir Air Mata

Pria ini sudah 20 tahun merantau dan belum pernah pulang.

Baca Selengkapnya
Gara-gara Mandor Kabur, Putra Asli Garut Kerja Bangunan di Bali Terlantar 'Makan ada yang Ngasih'
Gara-gara Mandor Kabur, Putra Asli Garut Kerja Bangunan di Bali Terlantar 'Makan ada yang Ngasih'

Sebuah video memperlihatkan pemuda Garut yang terlantar di Bali.

Baca Selengkapnya
Capek Ketiduran, Kernet Ini Menangis Ditinggalkan Sopir Lalu Pulang Jalan Kaki ke Surabaya
Capek Ketiduran, Kernet Ini Menangis Ditinggalkan Sopir Lalu Pulang Jalan Kaki ke Surabaya

Di tengah jalan, sosoknya bahkan tak kuasa menahan air mata pilu.

Baca Selengkapnya
Untung Ketemu Polisi Baik, Kecopetan di Kapal Keluarga Ini Pulang Kampung Jalan Kaki ke Magelang
Untung Ketemu Polisi Baik, Kecopetan di Kapal Keluarga Ini Pulang Kampung Jalan Kaki ke Magelang

Tak punya karena kecopetan di kapal, perantau asal Magelang nekat jalan kaki dari Surabaya. Kisahnya diketahui oleh Aipda Purnomo saat berpapasan di jalan.

Baca Selengkapnya