Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Nyawa manusia tak berharga di mata Santoso

Nyawa manusia tak berharga di mata Santoso Santoso makan Anoa. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Operasi Camar Maleo I-IV sudah berakhir. Namun Santoso alias Abu Wardah, gembong teroris paling diburu di Poso, Sulawesi Tegah belum juga tertangkap. Pemerintah menjalankan operasi baru diberi nama Operasi Tinombala yang tahap pertama dimulai 9 Januari sampai 9 Maret 2016. Operasi ini melibatkan sekitar 2.500 pasukan gabungan TNI-Polri.

Belakangan, sosok Santoso wara-wiri di jagat pemberitaan media massa. Salah satunya video Santoso ketika menyantap daging Anoa dan video latihan perang kelompok Santoso di hutan Poso. Santoso alias Abu Wardah, disebut-sebut sebagai pimpinan Mujahidin Indonesia Timur. Tidak hanya diburu di dalam negeri, nama Santoso juga masuk dalam daftar teroris global Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat baru-baru ini.

Kapolri dan TNI telah lama melakukan operasi gabungan untuk menumpas kelompok Santoso. Namun hingga saat ini, tim operasi gabungan belum bisa meringkus Santoso dengan alasan kondisi medan sulit ditembus. Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti berkomitmen terus memburu Santoso dan pengikutnya. "Operasi ini harus terus dilakukan sampai tertangkap," ujar Badrodin beberapa waktu lalu.

Orang lain juga bertanya?

Santoso terus diburu karena selalu menebar teror dan membunuh banyak orang. Dari penelusuran soal sepak terjang kelompok Santoso, nyawa manusia seolah tak ada harganya di mata Santoso Cs. Berikut buktinya.

Kepala manusia hadiah pernikahan

"Ato, kalau bisa kau main cari orang antara Sepe atau Silanca, terserah kamu, itung-itung untuk hadiah kepada saya karena saya mau kawin," begitu Santoso menyuruh Riyanto alias Ato Margono meminta dicarikan kepala sebagai kadonya untuk menikah di Desa Sepe ataupun Silanca, Kabupaten Poso Pesisir. Santoso mengatakan itu kepada Ato sambil tidur-tiduran di ruang tamu kediaman Bado pada 24 Agustus 2012 lalu. 

"Karena saya sudah bilang sama Mut juga kalau sudah siap ambil silah sama Saya," katanya dengan nada santai.

Ato pun menyanggupi permintaan Santoso. "Iyo Kang," begitu jawab Ato. Karena kesiapan itu, Santoso langsung mengeluarkan senjata api jenis FN 45. Selama 20 menit, Santoso mengajarkan Ato buat bongkar pasang senjata api itu di rumah Bado. Setelah selesai, keduanya berbicara santai. Dia pun menggelorakan semangat jihad kepada Ato. 

Santoso memang memiliki wibawa di mata anak buahnya dalam jaringan teroris di Poso. Jabatannya yang nyentrik sebagai komandan perang Poso, membuat anak buahnya nurut. Tak perlu waktu lama bagi Ato menjalankan perintah Santoso. Dua hari setelah pertemuan itu, dia kemudian mencari nyawa sebagai kado pernikahan seperti permintaan Santoso. 

Mut merupakan salah seorang juga yang dipesan Santoso untuk mencari nyawa untuk kado pernikahannya. Ato Margono dan Mut kemudian menuju Desa Silanca, seperti diperintahkan Santoso.

Adalah Noldi Ambolando, korban penembakan dilakukan oleh Ato dan Mut. Dia menjadi target karena dianggap sedang mabuk. Saat pura-pura buang air kecil berjarak lima meter dari korban, Ato mengeluarkan sejata api kemudian mengarahkannya ke kepala Noldi. Duar... peluru dari senjata pemberian Santoso meletus tepat di kepala Noldi. Korban pun langsung terjatuh bersimbah darah di tempat dagang tukang duren Desa Silanca. 

Usai menghabisi korban, keduanya pun kabur. Senjata api jenis FN digunakan untuk menghabisi Noldi pun kemudian diserahkan kepada Santoso. Tugas mereka memberikan kado nyawa untuk Santoso selesai.

Tiga warga sipil dibunuh, nyawa dibalas nyawa

Kelompok teroris pimpinan Santoso diduga meneror warga Sulawesi Tengah sejak Minggu (13/9) hingga Selasa (15/9/2015). Tiga warga sipil yang berprofesi sebagai petani diduga menjadi korban pembunuhan terkait teror tersebut.

Tiga korban itu di antaranya I Nyoman Astika (60), Hengky (50), dan satu jenazah yang diduga juga merupakan korban teror kelompok tersebut. Dari jasad korban ditemukan sejumlah luka tusuk.

Bahkan, saat ditemukan jasad I Nyoman Astika dan Hengky ditemukan tanpa kepala. Sedangkan satu jenazah lagi ditemukan dengan kondisi masih utuh.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, warga sipil yang ditemukan tewas pada Minggu (13/9) lalu diduga korban pembunuhan kelompok bersenjata yang dipimpin Santoso. Pembunuhan itu diduga aksi pembalasan setelah Polda Sulteng melakukan penyergapan dan menewaskan salah seorang anggota kelompok Santoso pada 19 Agustus lalu.

"Memang itu dilakukan oleh kelompok Santoso," kata Badrodin melalui sambungan telepon, Kamis (17/9).

Menurut Badrodin, kepastian korban dihabisi kelompok Santoso dari hasil sejumlah penyelidikan. Salah satunya, kata Badrodin, sebelum insiden tersebut, kelompok Santoso mengancam akan melakukan pembalasan atas penyergapan Polda Sulteng beberapa waktu lalu.

"Karena memang waktu setelah kontak tembak, kemudian ada yang pada 16, 17, 18, 19 Agustus yang lalu, Santoso ini memang sudah mulai mengancam akan turun, akan membalas nyawa, darah dibalas dengan darah, mereka juga telah membunuh warga," ujar Badrodin.

Polisi dibunuh dan dimasukkan satu lubang

Anggota Polsek Poso Pesisir, Briptu Andi Sappa (31) dan anggota Polres Poso, Brigadir Sudirman (30) ditemukan tewas dalam satu lubang di pegunungan yang berada di Dusun Tamanjeka pada Selasa (16/10/2012).

Kedua polisi itu mengalami luka senjata tajam di bagian leher. Mereka ditemukan hanya mengenakan celana dalam. Kedua polisi itu sebelumnya dilaporkan hilang pada 8 Oktober 2012.

Mereka saat itu sedang melakukan penyelidikan pusat latihan perang yang dilakukan oleh kelompok teroris di Kabupaten Poso. Diduga kelompok pimpinan Santoso.

"Kita belum bisa memastikannya, namun ada dugaan pelakunya dari kelompok teroris," ujar Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen Dewa Parsana.

Bom bunuh diri untuk polisi

Pada Mei 2013, Santoso melakukan aksi teror kembali. Kini misinya meledakkan kantor Polisi. Targetnya ialah Markas Kepolisian Resort Poso dengan bom bunuh diri. Melalui surat, Santoso mengirimkan pesan dalam waktu dekat akan melakukan aksi bom di Mapolres Poso. "Akan melakukan amaliyah istisyyahdiah di Mapolres Poso," kata Santoso dalam isi suratnya kepada Ato Margono. 

Selang sebulan, pelaku bom bunuh diri pun mendatangi Ato. Adalah Mas Blimbing dikenal Ato, pria bakal melakukan aksi bom bunuh diri di Mapolres Poso. "Ini namanya Mas Blimbing, Insya Allah besok pagi akan melakukan aksi di Mapolres Poso, nanti antum yang atur caranya dia mau start dari mana, saya cuma disuruh antar sampai di sini," ujar Ambo Intan, orang suruhan Santoso untuk mengantarkan pengantin bom bunuh diri itu kepada Ato. "Mas Blimbing sudah tahu itu nanti dia yang sambung dan ini motor yang akan dipakai besok,". 

Ambo Intan pun meminta Ato dan Abu Jundi mengajak pengantin bom bunuh diri itu untuk menyurvei sasaran. Sesuai perencanaan, mereka kemudian membicarakan aksi bom bunuh diri bakal dilakukan. Targetnya ialah anggota polisi ketika sedang melakukan apel pagi. Mereka pun langsung memetakan jalan untuk masuk ke Mapolres Poso. Ato dan Abu Jundi adalah orang yang bertugas menunjukkan jalan bagi Blimbing untuk menjalankan aksinya. 

Tidak perlu waktu lama, pagi hari mereka meledakkan bom di Mapolres Poso. Bom berdaya ledak lumayan besar itu dibungkus dalam karung warna putih. Di dalamnya berisi tiga rangkaian bom rakitan berdiameter 20 sentimeter. Pemicunya menggunakan aki sepeda motor. Bom itu meledak dan menghancurkan tubuh pelakunya. Namun tidak ada anggota polisi tewas dalam kejadian itu. 

"Ya sudah itu sajalah," ujar Blimbing sebelum menjalankan aksinya. 

Belakangan baru diketahui jika pelaku bom bunuh diri itu adalah Zaenul Arifin alias Arif Petak asal Lamongan, Jawa Timur. Arif merupakan anggota jaringan Kelompok Teroris Santoso.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kapolri Geram Lihat Bandar Narkoba Tak Kapok Bolak Balik Masuk Penjara: Saya Minta Jajaran, Tindak Tegas!
Kapolri Geram Lihat Bandar Narkoba Tak Kapok Bolak Balik Masuk Penjara: Saya Minta Jajaran, Tindak Tegas!

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo geram dengan para pelaku tindak pidana narkoba yang bolak-balik masuk penjara dan tidak pernah ada kapoknya.

Baca Selengkapnya