Pengamat: Erick Thohir Bisa Bawa Insentif Elektoral untuk Parpol

Merdeka.com - Menteri BUMN Erick Thohir masuk bursa calon wakil presiden (cawapres) Pilpres 2024. Erick dinilai bisa menciptakan insentif elektoral besar bagi partai politik (parpol) pengusung untuk Pilpres 2024.

"Akan saling menguntungkan bagi keduanya menjadi simbiosis mutualisme politik kedua-duanya akan mendapat insentif elektoral," kata Pengamat Politik Universitas Indonesia Ade Reza Hariyadi, Senin (1/5).

Menurut Ade, Erick bisa memberikan elektoral besar bagi parpol karena sejumlah hal. Di antaranya, Erick memiliki elektabilitas yang konsisten meningkat.

Merujuk pada hasil survei Poltracking Indonesia periode 5-19 April 2023, Erick mampu meraih elektabilitas tertinggi mengungguli figur lainnya dengan capaian sebesar 17,1 persen.

Dia mengalahkan Manparekraf Sandiaga Salahudin Uno yang hanya 15,5%, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 13,5%.

Survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukkan tren elektabilitas yang sama. Survei Indikator pada Maret 2023, elektabilitas Erick hanya 8,3 persen. Dalam waktu satu bulan, ada peningkatan yang cukup signifikan.

Ketika dukungan untuk Erick terus meningkat, namun hal yang sama tidak terjadi bagi sejumlah kandidat lainnya. Seperti Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.

Dalam simulasi lima nama, dukungan untuk Erick kembali bertambah, menjadi 17,3 persen, menempatkan Erick di posisi kedua. Di posisi puncak ada Ridwan Kamil dengan 22,5 persen. Sedangkan Sandiaga Uno berada di posisi ketiga dengan elektabilitas sebesar 16,8 persen.

Menurut Ade, tidak mengherankan bila Erick Thohir menjadi figur potensial untuk diusung pada Pilpres mendatang. Salah satunya karena modal elektoral besar yang dimiliki Erick Thohir.

Di samping itu, dia berpandangan bahwa Erick Thohir menjadi sosok yang cocok mendampingi calon presiden (capres) berlatar belakang kader parpol. Hal demikian akan melengkapi Erick Thohir yang berasal dari kalangan profesional.

"Tentu bisa saling mengisi jika nanti kelak dipasangkan dengan figur capres yang berasal dari partai. Sementara beliau dari kalangan profesional," pungkasnya. (mdk/tin)