Pengamat Nilai Jokowi Merasa Bisa Atur Kebijakan Prabowo: Dunia Sudah Berubah
Eks Wali Kota Solo itu juga dinilai ingin menunjukkan jasa besarnya karena telah membangun Indonesia.
![Pengamat Nilai Jokowi Merasa Bisa Atur Kebijakan Prabowo: Dunia Sudah Berubah](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/newsCover/2025/1/28/1738057392701-2zqz5.jpeg)
Sejak pensiun sebagai Presiden RI pada 20 Oktober lalu, Joko Widodo (Jokowi) nyaris setiap hari tampil depan publik. Dia kerap bertemu tokoh publik hingga merespons berbagai isu terkini.
Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai, Jokowi terkesan tak ingin dilupakan sebagai mantan presiden. Menurutnya, sikap itu sangat manusiawi.
Namun, lanjut Adi, tak perlu juga lama-lama bersikap seperti itu lantaran kepemimpinan sudah berganti.
"Sangat manusiawi jika ada mantan presiden yang terkesan tak mau dilupakan. Semua mantan presiden pasti begitu. Cuma tak perlu lama-lama dengan kesan seperti itu dan harus realistis bahwa presiden sudah berganti," kata Adi saat dihubungi, Selasa (28/1).
Menurutnya, eks Wali Kota Solo itu ingin menunjukkan jasa besarnya karena telah membangun Indonesia. Sehingga, dia masih sering tampil di publik.
"Jokowi pasti ingin menunjukkan dirinya sebagai mantan presiden yang punya jasa besar membangun bangsa ini. Itu yang terlihat," ucapnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga terlihat ingin punya peran karena merasa punya kontribusi penting atas kemenangan Prabowo jadi Presiden RI.
"Terlihat ingin punya peran karena Jokowi merasa kontribusi penting atas kemenangan Prabowo jadi presiden," ucapnya.
"Mungkin Jokowi masih merasa Prabowo bisa diatur-atur kebijakannya. Padahal dunia sudah berubah, Prabowo kini presiden yang kebijakan politiknya tak bisa diatur-atur siapapun," ucapnya.
![Pengamat Nilai Jokowi Merasa Bisa Atur Kebijakan Prabowo: Dunia Sudah Berubah](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/tempImage/2025/1/28/1738057157000-l13wb.jpeg)
Adi berujar, Prabowo kini bukan lagi Menteri Pertahanan yang bisa diatur presiden. Dia pun menyindir Jokowi dulu yang tak mau diatur PDIP.
"Jokowi lupa kalau Prabowo bukan Menhan lagi, tapi orang nomor satu di negara ini. Dulu Jokowi saja tak mau diatur-atur sama PDIP, apalagi Prabowo mau diatur-atur Jokowi tentu mustahil," pungkas Adi.
Jokowi Enggan Keluar dari Kekuasaan
Peneliti lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menilai, Jokowi tidak ingin keluar dari kekuasaan meski sudah pensiun dari Presiden.
"Menjelang akhir masa jabatan Jokowi, muncul sejumlah aspirasi untuk melanggengkan kekuasaannya, misalnya ide tiga periode, perpanjangan masa jabatan, dan penundaan Pemilu," kata Saidiman.
"Gagasan-gagasan ini datang dari para menteri terdekat Jokowi ketika itu. Wajar kalau kemudian sebagian publik menilai Jokowi memang enggan keluar dari kekuasaan," sambungnya.
![Pengamat Nilai Jokowi Merasa Bisa Atur Kebijakan Prabowo: Dunia Sudah Berubah](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/tempImage/2025/1/28/1738057317446-ututw.jpeg)
Saidiman melanjutkan, hal itu diperkuat juga dengan kasus Mahkamah Konstitusi yang membolehkan pencalonan anak presiden menjadi calon wakil presiden yang belum cukup umur ketika itu.
"Gagal menjadikan dirinya kembali menjadi presiden, dia mendorong putranya masuk ke istana," ujarnya.
Kurang Memiliki Sikap Negarawan
Atas hal itu, Saidiman menyebut, Jokowi kemudian terlihat masih wara wiri dalam politik praktis maka tidak terlalu mengherankan.
"Karena sejak awal, Jokowi memang terlihat enggan keluar dari kekuasaan," ucapnya.
Apakah Jokowi ingin selalu ikut campur di pemerintahan Prabowo Subianto? Saidiman hanya menilai Jokowi kurang memiliki sikap bijaksana, atau bisa saja sedang mengalami post power syndrome.
"Jokowi kurang memiliki sikap, perilaku, dan kebijaksanaan seorang negarawan. Mungkin ini post power syndrome. Atau memang Jokowi tidak punya perspektif yang lebih luas di atas sekadar kekuasaan," pungkasnya.