Cerita dari Dalam Istana
Satu dekade memimpin, sosok Jokowi begitu melekat pada orang-orang yang setiap hari berinteraksi dengannya. Banyak cerita dan pengalaman.
Senyum Presiden Jokowi lebar. Kemeja putih lengan panjang dan celana hitam melekat pada tubuhnya. Dia berdiri di tangga depan Istana Merdeka Jakarta, menghadap ke Monumen Nasional. Kedua tangannya mengatup di dada. Kadang-kadang Jokowi mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Pegawai Istana menyambut hangat uluran tangan Jokowi secara bergantian. Mulai dari pegawai Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), hingga petugas kebersihan.
Tak banyak kata keluar dari mulut Jokowi. Sesekali dia mengucapkan terima kasih. Menyampaikan salam perpisahan kepada pegawai Istana. Iriana yang mendampingi Jokowi juga berulang kali menyampaikan hal serupa. Suasana haru menyelimuti Kamis pagi, 10 Oktober 2024 itu selepas foto bersama.
"Terima kasih, terima kasih semuanya," ucap Jokowi.
Tinggal menghitung hari Jokowi meninggalkan takhta di Istana. 10 tahun dia menakhodai Indonesia. Sejak 20 Oktober 2014. Bukan waktu singkat. Jokowi akan digantikan Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024.
Berakhirnya masa jabatan Jokowi sebagai presiden meninggalkan banyak cerita. Terutama bagi orang-orang yang telah mendampingi dan melayaninya selama satu dekade. Billy Mambrasar misalnya menyimpan banyak cerita bersama Jokowi selama menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan dan Inovasi.
Billy ingat betul pernah mendampingi Jokowi melihat perkembangan pembangunan jalan dan jembatan yang membentang di pelosok Papua. Jalan dan jembatan itu menghubungkan wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi di Bumi Cendrawasih. Jokowi nekat membelah hutan dan gunung. Meski kelompok kriminal bersenjata atau KKB bisa saja mengancam nyawa.
"Saya ingat betul di tengah hutan dan pegunungan Papua yang luas, Presiden Jokowi berbicara langsung dengan para pekerja, memastikan bahwa setiap jengkal pembangunan membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar," ucap Billy.
Jauh sebelum itu, Jokowi juga sempat nekat meninjau pembangunan jalan raya di Desa Kenyam, Nduga, Papua. Wilayah ini disebut zona merah. Sebab, keamanannya belum stabil. Perjalanan Jokowi menuju zona merah Papua itu cukup menantang.
Jokowi dan rombongan harus menempuh perjalanan dua jam dari Wamena. Helikopter yang ditumpangi Jokowi terpaksa berganti dua kali. Awalnya Hercules VVIP A 1314. Lalu berpindah ke Helikopter Super Puma TNI AU.
Cerita Jokowi di tanah Papua tak berhenti di situ. Billy bercerita, Jokowi pernah mendadak berhenti di depan gereja. Saat itu, Jokowi dan rombongan baru mendarat di Bandara Sentani. Mereka bergerak menuju Kota Jayapura. Di tengah perjalanan, tiba-tiba sejumlah suster mengadang mobil presiden yang melaju dengan kecepatan tinggi. Para suster melambaikan tangan. Mobil Jokowi terpaksa harus berhenti.
"Beliau memberikan bantuan kepada suster dan menyapa dengan hangat. Ini menurut saya sangat humble dan tidak kaku menyapa masyarakat," tutur Billy mengenang.
Tak hanya Billy, Staf Khusus Presiden (SKP) Bidang Hukum Dini Shanti Purwono punya kenangan tersendiri bersama Jokowi. Dini pernah melihat Jokowi marah besar. Saat itu, Dini melaporkan bentrokan antara aparat dan masyarakat buntut sengketa tanah. Sepotong video bentrokan disodorkan kepada Jokowi. Dalam video itu, ibu-ibu dan anak-anak menjadi korban. Mereka menangis histeris. Jokowi langsung geram.
"Pak Jokowi sontak menaikkan alisnya dan terlihat agak geram. Langsung beliau bilang 'kirim ke saya ya detail kejadian ini, hari ini ya, hari ini, saya tunggu, saya tunggu'," cerita Dini.
Momen lucu juga dialami Dini saat pertama kali menjadi stafsus Jokowi. Saat itu, dia diminta Jokowi mengikuti rapat terbatas bersama sejumlah menteri. Saat hendak memasuki ruang kerja presiden, Dini diadang Paspampres berbadan tegap. Dia diminta menanggalkan tas dan ponsel di pintu masuk.
Belum terbiasa dengan aturan protokoler di lingkungan Istana membuat Dini tak berani membantah. Dia menanggalkan tas dan ponsel. Lalu masuk ke ruang kerja presiden dengan tangan hampa. Di sela-sela rapat, Jokowi tiba-tiba meminta ajudannya mengambil buku catatan dan pulpen. Sang ajudan mengira, buku catatan itu hendak digunakan Jokowi. Rupanya diberikan kepada Dini.
"Ternyata beliau memperhatikan bahwa saya tidak mencatat karena tidak punya alat tulis," kisah Dini.
Cerita lain datang dari Kapten Infantri GM, anggota Paspampres yang setia mengawal Jokowi. Pria ini menilai Jokowi sosok pemberani. Dia mengenang saat Jokowi melawat ke Ukraina di tahun 2022.
Jokowi memilih tak memakai rompi antipeluru dan helm ketika melihat puing-puing bangunan yang rusak akibat dibombardir Rusia. Padahal, hubungan Ukraina dan Rusia saat itu sedang memanas. Aksi Jokowi jelas di luar dugaan. Biasanya, tamu negara yang mengunjungi lokasi perang menggunakan alat pelindung diri ekstra ketat.
"Kalau presiden lain mungkin lain lagi. Ya itulah niat baiknya presiden ke sana, bukan cari musuh tapi merangkul dua pihak yang bertikai," kata GM.
GM juga kadang tidak habis pikir. Saat berkunjung ke daerah, Jokowi tak pernah memberi jarak dengan masyarakat. Situasi ini membuat masyarakat berebut ingin foto bersama dan mencium tangan Jokowi. Paspampres pun kewalahan menjaga keamanan Jokowi.
Banyak keunikan Jokowi di mata GM. Selain kedekatannya dengan rakyat, Jokowi suka mengubah lokasi tujuan kunjungan. GM bercerita, Jokowi sering kali mendadak mengunjungi lokasi tertentu. Padahal, kunjungan itu tidak masuk dalam agenda presiden.
"Rencana satu titik tapi tiba-tiba diubah ke titik lain," ucap GM sambil tertawa.
GM juga menceritakan sisi romantis Jokowi bersama keluarga. Meski sebagai presiden dengan aktivitas yang super sibuk, satu hal yang pasti dilakukan Jokowi adalah selalu meluangkan waktu untuk keluarga.
Hal itu terlihat dari banyak momen Jokowi kumpul bersama keluarga, bahkan mengajak cucu bermain bersama.
Dalam 10 tahun menjadi presiden, Jokowi memang rajin mengunjungi berbagai daerah. Seakan tak pernah lelah, Jokowi selalu tampil prima menyapa masyarakat. Wartawan RRI Pradipta Rahadi menyebut Jokowi sebagai 'Man of Action'. Jokowi tak pernah kehabisan energi menjalankan tugas kenegaraan. Panas terik, hujan, bahkan banjir sekalipun diterjang.
Cerita ini terjadi pada 18 Januari 2021. Saat itu banjir menerjang sejumlah daerah di Kabupaten Kalimantan Selatan. Ketika melintasi Desa Pekauman Ulu, Kabupaten Banjar, mobil Jokowi dan rombongan terendam banjir. Air berwarna keruh kecoklatan mencapai separuh tinggi ban mobil jenis SUV yang ditunggangi Jokowi. Dibantu petugas khusus, Jokowi dan rombongan akhirnya melewati banjir.
Di lain waktu, Jokowi menerjang lumpur dan hujan. Momen menegangkan itu terjadi setelah longsor di Sukajaya, Bogor, Jawa Barat. Berkostum kemeja putih khasnya, Jokowi melangkah ke lokasi longsor di Desa Harkat Jaya. Namun, jalan utama desa itu tertutup lumpur. Tak mau menyerah, Jokowi terus melaju.
Saat semakin dekat dengan titik longsor, tiba-tiba hujan mengguyur. Jokowi buru-buru meminta pelindung kepala. Paspampres seketika panik. Bagaimana tidak, mereka tidak menyiapkan payung. Hujan deras tak terhindarkan. Untung saja ada warga yang memberikan ponco hijau. Berbekal jas hujan tipis itu, Jokowi melanjutkan perjalanan ke titik longsor.
"Energinya benar-benar enggak ada habisnya," kata Dipta.
Dipta juga punya pengalaman unik saat hendak meliput kunjungan kerja Jokowi ke suatu daerah. Dia mengaku pernah menginap di hotel yang sama dengan Jokowi. Bahkan, berada pada lantai yang sama. Kala itu, Dipta tak sendirian. Dia bersama seorang jurnalis wanita dari salah satu stasiun televisi. Berada pada hotel yang sama dengan presiden rupanya membuat Dipta dan rekannya tak leluasa keluar masuk kamar. Setiap gerak gerik diawasi Paspampres.
Saat kunjungan kerja di daerah, Jokowi tak hanya mendatangi satu titik. Bisa mencapai lima sampai enam lokasi dalam sehari. Aktivitas Jokowi pun tak mengenal waktu. Terkadang sampai malam hari. Banyaknya kegiatan Jokowi jadi tantangan bagi wartawan yang bertugas.
"Kadang kami harus menghela napas dulu, cari sinyal untuk kirim berita. Pernah sampai malam kami yang meliput kegiatan Presiden nge-mall atau ngopi bareng Menteri, tetap harus berjuang cari sinyal," ucap Dipta.
Cerita tentang Jokowi juga datang dari dapur Istana. Seorang pramusaji, Claudio merasa hubungannya dengan Jokowi bukan sekadar atasan dan pelayan. Melainkan seperti keluarga sendiri. Jokowi selalu memberikan perhatian dan apresiasi kepada pramusaji.
"Kami merasa sedih karena harus ditinggalkan oleh Bapak dan Ibu, karena beliau sangat perhatian dan selalu sederhana," ucap Claudio.
Imam Tambunan, petugas kebersihan juga merasa diperlakukan sama oleh Jokowi. 10 tahun bekerja di Istana, Imam tak menyangka bisa bertemu langsung presiden dan bersalaman. Jokowi bahkan mengajak foto bersama.
"Bapak peduli dengan yang suka membersihkan ruangan jadi kita pernah dipanggil ke ruangan, diajak foto, salaman," kata Imam.