Program Makan Bergizi Gratis Berikan Banyak Dampak Positif, Diharapkan Harus Terus Berlanjut
Program Makan Bergizi Gratis adalah wujud nyata perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesehatan dan masa depan generasi muda.

Sambutan positif dari berbagai pihak mulai dari sekolah, siswa, hingga orang tua membanjiri uji coba Program Makan Bergizi Gratis. Bahkan, mereka ingin program baru pemerintah ini menjadi berkelanjutan. Dengan adanya respons positif ini, tentu menjadi modal berharga jelang pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis yang akan resmi berjalan mulai 2 Januari 2025.
Melalui Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hariqo Wibawa Satria mengungkapkan, Program Makan Bergizi Gratis adalah wujud nyata perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesehatan dan masa depan generasi muda. Program ini memiliki tujuan besar sebagai pemenuhan makanan kaya protein untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini agar berjalan optimal.
Adapun program ini memiliki target anak sekolah di seluruh jenjang pendidikan dari pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat, santri, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
"Presiden ingin anak-anak Indonesia tercukupi gizinya dengan makanan sehat. Harapannya di tahun 2025, pelajar dan santri menjadi generasi emas yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045," kata Hariqo.
Tinjau Langsung Uji Coba SPPG Tanah Sareal

Pada Senin (09/12/2024) lalu, PCO melakukan peninjauan uji coba Program Makan Bergizi Gratis di bawah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor. Tak hanya menyaksikan langsung proses pemasakan dan pengemasan makanan, PCO juga melihat proses distribusi ke SDN Kedung Badak 1 dan SMP Siliwangi Bogor. Sebanyak 3.081 siswa di 15 sekolah menjadi target penyediaan makanan bergizi SPPG Tanah Sareal Bogor.
Para siswa sendiri terlihat berbaris rapi untuk mencuci tangan sebelum menerima makanan. Mereka juga tertib antre saat mengambil makanan bergizi. Kegiatan makan bergizi pun diawali dengan doa bersama sebelum para siswa dan siswi menyantap makanan yang disajikan. Kepala Sekolah SDN Kedung Badak 1, Kariyanti mengatakan, antre dan berdoa merupakan contoh kebiasaan positif yang terbentuk dari uji coba Makan Bergizi Gratis.
“Dengan adanya makanan bergizi, mereka jadi mengantre satu per satu ketika mengambil makanan. Mereka juga teredukasi tentang makanan yang seimbang. Kita sedang melawan generasi junk food, ya. Kita menyadarkan kepada anak-anak bahwa kesehatan itu adalah investasi masa depan. Bagaimana kita mau menyiapkan generasi emas kalau mereka tidak sadar akan apa yang mereka makan,” ujar Kariyanti.
Kurangi Beban Orang Tua Siswa
Menurut Kariyanti, kehadiran Program Makan Begizi Gratis juga mengurangi beban orang tua siswa. Terlebih 80% siswa SDN Kedung Badak 1 berasal dari kalangan menengah ke bawah.
“Ada orang tua siswa dengan tiga anak kembar dan satu anak. Kalau dihitung pengeluarannya, itu luar biasa. Orang tua harus mengeluarkan Rp15 ribu dikali empat, jadi Rp60 ribu setiap hari. Sekarang mereka sudah tidak memikirkan itu lagi, karena anak-anak sudah mendapatkan makan bergizi gratis yang disediakan oleh pemerintah,” ujar Kariyanti.
Salah satu orang tua siswa SDN Kedung Badak 1, Lina, mengungkapkan bahwa sejak munculnya Program Makan Bergizi Gratis, ia tak lagi khawatir menyiapkan makan siang sehingga bisa lebih fokus mengurus hal lain. Anaknya pun kini lebih sering menabung uang saku karena tak perlu lagi jajan di sekolah.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Siliwangi Bogor, Rosmiati mengungkapkan bahwa Program Makan Begizi Gratis mendekatkan para siswa dengan berbagai macam makanan bergizi yang belum pernah dikonsumsi sebelumnya. Terlebih, kondisi ini membuat para siswa lebih semangat pergi ke sekolah. Tercatat sebanyak 70% siswa SMP Siliwangi berasal dari kalangan menengah ke bawah.
“Sekarang, anak-anak semuanya sudah percaya diri. Sudah kelihatan hasilnya selama kurang lebih tiga minggu berjalannya Program Makan Bergizi Gratis. Saya berharap kepada pemerintah agar program ini bisa berjalan sampai mereka nanti paling tidak tamat SMA,” ujar Rosmiati.