Seni hidup Rumiati sang juru parkir perempuan
Merdeka.com - Sejak dua puluh lima tahun silam, di usia 21 tahun, Rumiati mulai menjadi juru parkir di Jl dr Angka, Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Hidup menjanda, ia merawat putrinya seorang diri.
Separuh pendapatan dari parkir, rata-rata Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu sehari, ia sisihkan ke dalam glogok (kendi yang dimanfaatkan untuk celengan). Rumiati mesti hidup berhemat, demi jaminan biaya pendidikan putrinya sanggup teratasi.
"Setiap 6 bulan saya pecah glogoknya. Kadang dapat Rp 3 juta pernah sampai Rp 7 juta. Setiap membanting glogok ke lantai saya nelangsa, nangis," kata Rumiati kepada merdeka.com, Jumat (20/4) sore.
-
Apa yang dialami pemobil wanita itu? Kewaspadaan seorang wanita pengendara mobil tiba-tiba diuji saat ia menjumpai 5 pengendara sepeda motor yang ingin membegal mobilnya. Sepanjang perjalanan kelima motor tersebut membuntuti pemobil dan menunggu momen yang pas untuk menghentikannya.
-
Mengapa warganet menyayangkan tindakan tukang parkir tersebut? Sebagian besar mereka menyayangkan perilaku juru parkir tersebut.
-
Kapan tukang parkir muncul di Jakarta? Sejumlah sumber menyebut jika kehadirannya berlangsung pada tahun 1950-an, ketika warga Jakarta mulai mampu membeli kendaraan.
-
Mengapa Ummu Hani berpose di jalan rusak? Ia menambahkan, 'Sudah banyak dampak merugikan yang dirasakan karena jalan rusak ini, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan 🥹. Cukup jalan ini aja yang rusak, jangan sampai kepercayaan warga ikut rusak juga 😊 Yok bisa yokkkk Lampung Selatan lebih baik lagi ☺️💪🏻 📍 Kec. MERBAU MATARAM (dan menurut saya, akses jalan hampir rata rusak parah).'
-
Apa saja etika saat parkir mobil? Berikut 8 tips penting mengenai etika parkir di tempat umum, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, pada hari Rabu (29/5/2024).
-
Kenapa pemobil wanita itu tidak mau turun dari mobilnya? 'Udah mulai yakin nih begal karna di Jakarta ni dapat orang yang perhatian banget di jalan malah seringnya kalau kita minta tolong kebanyakan cuek. Kok ini ada orang bersikeras nawarin pertolongan,' tulis wanita tersebut
Puluhan tahun hidup di jalanan jadi juru parkir, Rumiati menilai mesti sabar sebab tak jarang dipandang hina. Sesekali ia mendapati pengemudi mobil yang melemparkan uang dan mengusik martabat kemanusiaannya direndahkan. Lain pengemudi baik motor atau mobil, ada yang mencelanya lambat dan tak becus memarkir. Mengenang semua itu Rumiati hanya mengelus dada.
"Seni hidup di jalanan satu saja, sabar, sabar dan sabar," tegasnya.
Di tahun 1988, di usia 16 tahun, Rumiati menikah. Di usia belia itu, ia mengikuti suaminya merantau ke Jakarta. Selama di ibu kota, Rumiati bekerja sebagai rewang (pembantu rumah tangga) sedang suaminya bekerja sebagai buruh serabutan.
Lima tahun hidup di Jakarta, Rumiati tak betah. Ia ingin pulang ke Banyumas kembali ke kampung halamannya di Desa Bantarsari, Kecamatan Sumbang.
"Saya sama suami akhirnya cerai. Anak saya saat itu kelas 2 SD," kata Rumiati.
Pulang ke Banyumas, Rumiati mencari-cari pekerjaan ke toko-toko di perkotaan Purwokerto. Ia mengenang, tak satupun toko yang saat itu membutuhkan pelayan. Kurang lebih 3 bulan menganggur, Rumiati lalu melihat seorang juru parkir. Ia lalu berkeluh kesah lantas diminta untuk menjaga parkir di halaman rumah makan di Jl dr Angka.
Dari sinilah, kisah Rumiati mulai menjadi juru parkir sampai hari ini. "Ya beginilah jerih payah cari duit. Awalnya saya malu, seakan-akan mengemis. Tapi saya pikir lagi ini kan cara halal cari duit," ujarnya lalu tercenung.
Dua puluh lima tahun hidup di jalanan, Rumiati yang kini berusia 46 tahun bersyukur untuk pekerjaan yang ia jalani. Pendapatan dari parkir dari peluh keringatnya sejak pukul 09.00 WIB sampai 19.00 WIB saban hari, mampu ia gunakan untuk membiayai sekolah putrinya. Ada rasa bangga, putrinya berhasil menuntaskan sekolah sampai tingkat strata satu di salah satu perguruan tinggi di Semarang.
"Sekarang anak saya sudah jadi guru SD. Doa saya dikabulkan Tuhan. Beberapa bulan yang lalu anak saya menikah," ujar Rumiati.
Kini anak semata wayang Rumiati tinggal di seberang desa tak jauh dari kediaman Rumiati. Rumiati saat ini tinggal sendiri di kediamannya dan dia bercerita ada rasa kesepian yang sesekali muncul dalam benaknya.
Tapi tiap pagi, saat ia melihat anaknya berseragam guru, melewati kediamannya dan bersalaman, Rumiati bersyukur. Menjadi ibu yang membuka jalan bagi cita-cita anaknya, membuat ia menemukan martabatnya sebagai manusia.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi tukang parkir itu mencuri perhatian serta dibanjiri pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaPengendara motor pukul tukang parkir hingga tersungkur karena tak mau bayar Rp1.000, hampir dikeroyok warga.
Baca SelengkapnyaAksi pria membantu wanita lansia ini viral hingga banjir pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang wanita cantik yang bekerja sebagai sopir truk demi mencari nafkah.
Baca SelengkapnyaBukan untuk ditilang sopir ini mendapat peringatan. Di balik peristiwa itu, terdapat sebuah fakta yang berhasil diungkap dan menyentuh hati.
Baca SelengkapnyaBegini cerita janda cantik sopir truk wanita yang rela banting tulang kerja di tambang demi nafkahi anaknya.
Baca SelengkapnyaWajah si tukang parkir begitu bahagia ketika diberi izin untuk berfoto dengan motor besar yang terparkir.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah seorang wanita yang bangga sang kekasih selalu baik kepada orang lain.
Baca SelengkapnyaSayangnya juru parkir liar tersebut tidak mengungkapkan siapa oknum yang menerima setoran dari mereka.
Baca Selengkapnya