Sisi Gelap Timor Tengah Selatan NTT, Kasus Stunting Terus Naik Tembus 36 Persen
Kenaikan angka stunting di Kabupaten TTS cukup signifikan
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) masih menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga bulan Agustus 2024, jumlah anak stunting di Kabupaten itu mencapai 13.441 orang atau 36,5 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Ria Tahun mengatakan, kenaikan angka stunting cukup signifikan karena pada Februari 2024 lalu, jumlahnya baru di angka 7.855 orang anak atau 20,2 persen.
"Ini perhitungan sesuai dengan sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) atau dihitung pakai Surveillance ya, sedangkan untuk SKI (survei kesehatan Indonesia) 50,1 persen," kata Ria, Selasa (8/10).
Sehingga Ria Tahun menyatakan, setengah dari anak-anak di seluruh Kabupaten TTS merupakan penderita stunting. Sehingga pihaknya bekerja sama dengan IDAI dan Bulog, karena penanganan stunting menurutnya, harus diobati oleh dokter spesialis anak.
"Hari ini kami dibantu oleh Bulog dengan memberikan bantuan berupa susu PKMK (Pangan Keperluan Medis Khusus) dan akan dievaluasi oleh dokter spesialis anak setiap dua minggu," jelasnya.
Upaya Pencegahan
Selain susu PKMK, Bulog juga memberikan bantuan lain berupa beras Fortivit. Beras Fortivit diklaim bisa menurunkan stunting karena mengandung banyak vitamin seperti, A, B1, B3, B12, B9 (asam folat), zat besi, dan zinc.
Direktur Human Capital Bulog, Sudarsono Hardjosoekarto pun turun langsung ke Desa Oinlasi, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten TTS untuk melihat dan memberikan bantuan secara langsung kepada anak-anak stunting, Selasa (8/10).
"Alokasi bantuan TJSL program Bulog Peduli untuk 175 balita stunting dan gizi buruk di Desa Oinlasi berupa, pemberian beras bervitamin (Beras Fortivit Bulog) sebanyak 10 kilogram, serta susu formula per bulan dengan total pemberian bantuan selama tiga bulan," ungkapnya.
Menurut Sudarsono Hardjosoekarto, Desa Oinlasi dipilih Bulog karena anak-anak yang mengalami stunting berjumlah 166 orang. Dengan rincian, sembilan orang balita berpotensi stunting, 67 orang anak memiliki berat badan kurang, 21 orang anak memiliki berat badan sangat kurang, tujuh orang anak memiliki gizi kurang, serta satu orang anak mengalami gizi buruk.
"Kami ingin Kabupaten TTS ini bisa mengkonsumsi beras Fortivit menggunakan program dana desa, sehingga angka stunting di TTS ini bisa terus turun ke angka nol," tutupnya.