Usai Tragedi Penembakan Guru, Tenaga Kesehatan Minta Dievakuasi dari Beoga Papua
Merdeka.com - Pengungsi di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, mulai kesulitan bahan makanan. Mereka tidak lagi bisa berbelanja setelah insiden penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan menewaskan dua guru.
Kini mereka berharap dievakuasi keluar dari Beoga. Jika kondisi keamanan sudah kondusif, mereka akan kembali ke Beoga.
"Memang benar, kami mulai mengalami kesulitan karena kios atau warung tutup sejak terjadinya penembakan, Kamis (8/4)," kata Maria nama samaran yang bertugas di Puskesmas Beoga, Kabupaten Puncak kepada Antara, Minggu (11/4).
-
Bagaimana proses evakuasi dilakukan? 'Enggak ada pakai alat berat, kita pakai tali mantel aja untuk melakukan proses evakuasi, kalau kesulitan Alhamdulillah tidak ada kesulitan sama sekali,' ucapnya.
-
Apa yang sedang dievakuasi ke Indonesia? Sebuah video beredar di media sosial Snack Video menampilkan narasi bahwa Indonesia sedang mengevakuasi 1.000 warga Palestina menggunakan kapal.
-
Dari mana orang Bekasi diberangkatkan? Pemberangkatan orang-orang Bekasi ini dilakukan melalui beberapa gelombang antara tahun 1897 hingga 1929. Seluruhnya diseberangkan menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok maupun Semarang.
-
Bagaimana evakuasi warga Palestina ke Indonesia direncanakan? '1.000 pasien itu akan dirawat di rumah sakit-rumah sakit Indonesia, dan akan dipulangkan ke Gaza saat situasi di sana kembali normal,' tutur Prabowo dalam KTT terkait Gaza di Amman, Jordania, Selasa (11/6).
-
Di mana WNI dievakuasi ke? Pagi ini, saya menerima laporan bahwa mereka telah sampai di Suriah, melalui Damaskus dengan selamat.
-
Mengapa evakuasi WNI dilakukan melalui jalur darat? Proses evakuasi pertama WNI dari Lebanon dilakukan melalui jalur darat dan difokuskan kepada mereka yang memang ingin dievakuasi.
Sejak kasus penembakan, Maria beserta rekan-rekannya mengungsi ke rumah warga yang berdekatan dengan Koramil. Mereka berharap dapat segera dievakuasi keluar dari Beoga.
"Kami tidak mungkin bertugas dalam kondisi seperti ini karena diliputi ketakutan," kata tenaga medis yang mengaku masih honorer di Puskesmas Beoga dan kini bersama lima rekannya beserta dua anak balita mengungsi.
Maria yang dihubungi melalui telepon dari Jayapura itu menceritakan ketakutan yang dialaminya beserta rekannya walaupun sebetulnya dirinya sudah membaur dengan warga karena saat ini hampir tiga tahun di Beoga.
Untuk diketahui, KKB menembak Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden. Keduanya guru di Distrik Beoga. Oktovianus Rayo (42) seorang guru yang tinggal di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Intan Jaya, Papua ditembak KKB hingga tewas pada Kamis (8/4).
Sementara korban kedua yakni Yonatan Randen seorang guru SMP Negeri 1 Beoga yang beralamat di Kampung Julukoma yang juga tewas ditembak oleh KKB pada Jumat (9/4) petang.
Baku tembak antara aparat kepolisian dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terjadi pasca insiden penembakan terhadap dua guru dalam sepekan di distrik Distrik Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
"Kami masih melakukan pengejaran, dan semalam terjadi kontak tembak pasca penembakan kedua (kepada guru). Kemarin malem terjadi kontak tembak," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal ketika dihubungi merdeka.com, Minggu (11/4).
Sampai sekarang, lanjut dia, pihaknya juga telah menambah personel guna memaksimalkan pengejaran terhadap para anggota KKB yang terus melakukan aksi teror.
"Sampai sekarang masih diburu, dan kita sudah tambahkan kekuatan lagi untuk pemburuan," terangnya.
Selain melakukan pengejaran, Mustofa menyampaikan bahwa pihaknya sedang melakukan evakuasi terhadap para warga yang berada di distrik Beoga untuk dibawa ke tempat yang lebih aman.
"Selain melakukan pengejaran, kita juga sedang konsentrasi untuk mengevakuasi masyarakat dari Boega ke Intan jaya. Karena Beoga ke Intan Jaya lebih dekat, dari pada dari Beoga ke Puncak," tuturnya.
Proses evakuasi juga dilakukan terhadap masyarakat pendatang yanh berada di Distrik Beoga. Dia mengatakan alasan dievakuasinya para penduduk ke Intan Jaya, karena akses yang tidak mendukung untuk ke Puncak Jaya.
"Pasalnya tidak ada akses mumpuni untuk ke Puncak. Kita juga evakuasi warga masyarakat pendatang, karena korban kemaren itu juga warga pendatang ya," jelasnya.
"Maka warga disana kita evakuasi ke tempat yang paling aman, tempat yang paling deket ke Intan Jaya," tambahnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proses evakuasi tersebut menggunakan helikopter gabungan TNI Angkatan Darat, Polri, serta pesawat TNI Angkatan Udara.
Baca SelengkapnyaImbauan itu sebagai bentuk antisipasi penembakan yang dilakukan KKB
Baca SelengkapnyaKKB juga membakar bangunan pelayanan kesehatan dan tempat ibadah. Hal ini juga menambah rasa takut dan trauma warga Sugapa.
Baca SelengkapnyaOPM belum jera dalam mengganggu keamanan serta situasi kondusif di wilayah Bibida
Baca SelengkapnyaBantuan itu dilakukan setelah warga yang sebelumnya sempat mengungsi akibat penyerangan OPM.
Baca SelengkapnyaTeror KKB membuat warga yang menghuni lima kampung di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Tengah, mengungsi.
Baca SelengkapnyaPuan pun menginstruksikan kepada seluruh Anggota DPR RI yang berasal dari dapil yang wilayahnya terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki untuk ikut membantu.
Baca SelengkapnyaTNI mengungkapkan operasional bandara Bilorai, Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah masih belum normal usai penembakan KKB.
Baca SelengkapnyaAnggota KKB bernama Definus Kogoya itu sebelumnya disiksa prajurit TNI di Pos Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Baca SelengkapnyaKini saatnya semua masyarakat Papua untuk fokus pada kerja keras, kerja bersama untuk mengisi kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaBegini momen menegangkan prajurit TNI baku tembak dengan KST di Papua. Tetap tenang walau diberondong peluru.
Baca SelengkapnyaSaat ini situasi di Distrik Bomakia kembali aman dan kondusif masyarakat kembali aktivitas seperti biasanya.
Baca Selengkapnya