AHY Sentil Pemimpin Cawe-cawe di Pemilu 2024: Nasib Demokrasi Dalam Bahaya
AHY menilai praktik cawe-cawe harus dicegah bersama agar demokrasi tidak mundur.
AHY menilai praktik cawe-cawe harus dicegah bersama agar demokrasi tidak mundur
AHY Sentil Pemimpin Cawe-cawe di Pemilu 2024: Nasib Demokrasi Dalam Bahaya
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyinggung soal pemimpin bangsa yang ikut cawe-cawe dalam Pemilu 2024.
Dia menilai, instrumen kekuasaan negara yang ikut cawe-cawe akan sangat berbahaya bagi demokrasi.
"Kalau cawe-cawe itu melibatkan instrumen kekuasaan negara dan dinilai tidak adil, jelas nasib demokrasi kita dalam bahaya,"
kata AHY dalam pidato kebangsaan, Jumat (14/7).
Merdeka.com
AHY mengatakan, praktik cawe-cawe harus dicegah bersama. Sebab, cawe-cawe seorang pemimpin itu akan membuat demokrasi Indonesia mundur. "Jangan biarkan kemunduran demokrasi semakin dalam. Jangan terulang prahara besar, seperti tahun 1965-1966; dan tahun 1998-1999 dulu. Jangan kita lukai perasaan rakyat, agar mereka tidak menempuh caranya sendiri, dalam memperjuangkan keadilan dan hak politiknya," ujarnya.
Untuk itu, dia mendorong adanya kebebasan untuk masyarakat dan menjadi hak rakyat di Pemilu 2024 mendatang. "Untuk itu, kita harus mengembalikan ruang kebebasan untuk rakyat, termasuk kemerdekaan pers. Kita juga harus menjamin hak rakyat untuk berbicara dan berpartisipasi dalam kehidupan bangsa, sesuai konstitusi. Hentikan represi negara terhadap rakyat. Tingkatkan kualitas demokrasi, berdasarkan nilai kebebasan, keadaban dan kemanfaatan," imbuh AHY.Presiden Jokowi menyatakan bakal cawe-cawe di Pemilu 2024.
Menurutnya, cawe-cawe itu menjadi tanggung jawab moralnya dalam masa transisi kepemimpinan nasional di tahun 2024.
"Cawe-cawe saya sudah sampaikan, bahwa saya menjadi kewajiban moral menjadi tanggung jawab moral saya sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional di 2024,"
kata Jokowi di Sekolah DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/6).
Jokowi merasa perlu cawe-cawe untuk menjaga transisi kepemimpinan nasional agar berjalan baik tanpa ada riak-riak yang membahayakan negara dan bangsa. Maka dari itu, dirinya tidak akan diam dan memilih cawe-cawe. "Harus menjaga agar visi kepemimpintan nasional serentak, pilpres bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak-riak yang membahayakan negara dan bangsa. Masa riak-riak yang membahayakan saya disuruh diam, enggak lah," ujarnya.
Sikap Jokowi tersebut direspons Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan sebuah buku berjudul 'Pilpres 2024 & Cawe-cawe Presiden Jokowi.
Salah satu isu yang diulas SBY yakni dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap sejumlah capres, akan menjadi masalah jika capres lain tidak bisa maju dalam pilpres 2024.
Peringatan SBY
SBY mengatakan cawe-cawe itu akan bermasalah apabila meminta para ketum partai politik dengan ancaman untuk mencegah munculnya Capres dan Cawapres ketiga. "Apabila Pak Jokowi bersama pembantunya-pembantunya bekerja secara all out agar para pemimpin parpol yang berada dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi tidak membentuk pasangan ketiga disertai se-macam ancaman, ya inilah yang bisa menjadi masalah," kata SBY dalam buku berjudul 'Pilpres 2024 & Cawe-cawe Presiden Jokowi' dikutip merdeka.com, Senin (26/6).
SBY mendengar, ada ancaman kepada pimpinan partai bakal ditersangkakan oleh kasus hukum bila tidak ikut perintah Jokowi tersebut.
Informasi itu muncul dari pengakuan elite-elite partai politik.