Pidato Tiga Jam Megawati di HUT PDIP, Ucap Terima Kasih ke Prabowo hingga Sindir Pihak Ingin Rebut Kursi Ketum
Tak seperti pidato politik pada biasanya, kali ini Megawati menyuguhkan durasi yang lebih panjang bahkan mencapai total tiga jam.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya saat HUT ke-52 partainya, hari ini, Jumat (10/1). Tak seperti pidato politik pada biasanya, kali ini Megawati menyuguhkan durasi yang lebih panjang bahkan mencapai total tiga jam. Pidato politik Megawati diawali pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB.
“Merdekaa!!!!,” ujar Megawati mengawali pidatonya yang membakar semangat para kader yang menyaksikannya baik secara langsung maupun daring.
Selama tiga jam, tidak terlihat rasa lelah dari Megawati saat menyampaikan sejumlah arahan kepada para kadernya. Bahkan, suaranya tetap tenang dan lantang dengan intonasi penegasan di sejumlah poin krusial. Salah satunya soal aturan untuk taat dan patuh terhadap perintah partai.
“Makanya hati-hati, siapa tidak mau nurut dengan ketua umum, perintahnya, saya minta keluar. Untuk apa? saya ini adalah orang yang disuruh membonding kamu, solid untuk bergerak. tahu-tahu ada yang mencla ke sana-ke sono, mencle ke sana ke sini,” tegas putri proklamator Bung Karno kelahiran 23 Januari 1947 ini.
Ucapkan Terima Kasih ke Prabowo
Megawati mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah merespons surat MPR perihal TAP Soekarno.
Mulanya, Megawati mengaku sangat istimewa atas keputusan tidak berlakunya TAP MPRS nomor 33 Tahun 1967. Sehingga, tuduhan bahwa Soekarno mengkhianati negara dan mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) tak terbukti.
"Sungguh istimewa, setelah berjuang dengan penuh kesadaran revolusioner, 57 tahun, sejak 1967 sampai 2024, akhirnya atas kehendak, keputusan luar biasa, surat penegasan. Tidak berlaku TAP MPRS 33 Tahun 1967 tentang pencabutan kekuasaan negara dari presiden pertama, Bung Karno. Tuduhan Bung Karno pernah berkhianat, tidak terbukti, dan batal demi hukum," kata Megawati, dalam pidato politik di acara HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Megawati menegaskan, tuduhan kepada Soekarno memang tidak pernah ada. Sehingga, dia pun mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan MPR RI.
"Karena tidak pernah ada proses hukum apa pun yang dilaksanakan untuk membuktikan tuduhan tersebut, hingga wafat 21 Juni 1970. Lama ya, untung keluargaku sabar, jangan begini lagi, tapi kalau memang salah, ya harus salah. Ini politisasi," tegas dia.
"Saya atas nama pribadi dan keluarga besar PDIP mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan dan seluruh anggota MPR 2019-2024. Kita ketahui MPR itu adalah singkatan dari Majelis Permusyawarat Rakyat jadi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, karena itu, ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada rakyat Indoensia atas pelurusan sejarah Bung Karno tersebut," ucapnya.
Tak hanya itu, Megawati juga menyampaikan, ucapan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto karena telah menindaklanjuti surat MPR RI terkait TAP Soekarno.
"Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Presdien Prabowo Subianto yang telah merepons surat pimpinan MPR RI terkait tidak lanjut pemulihan nama baik dan hak-hak Bung Karno sebagai presiden RI pertama," imbuh Megawati.
Pertanyakan Tagline Indonesia Emas
Megawati juga mempertanyakan soal banyaknya tagline yang digunakan pada zaman sekarang. Dia pun heran mengapa tidak ada yang menuliskan tagline Indonesia Raya dan justru nama-nama yang berbeda.
“Saya orang yang senang melihat segala macam, saya pikirkan kenapa kok banyak sekali tagline seperti orang lupa kita itu namanya Indonesia Raya, jadi saya mempertanyakan kepada diri saya sendiri tolong dijawab oleh kalian kok banyak sekali tagline seperti Indonesia Kerja? Indonesia Emas dan lain-lain dan lain-lain itu kan tidak jelas menurut saya loh dan saya dapat pertanggungjawab kan,” heran Megawati saat menyampaikan pidato politik saat HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Jalan Lenteng Agung Jakarta, Jumat (10/1).
Megawati ingin, seharusnya tagline yang digunakan adalah Indonesia Raya saja dan tidak ada yang lain. Sebab ketika mendengar kata tersebut maka rasa kebanggaan yang dirasakan masuk ke dalam hati.
“Saya inginnya Indonesia Raya, karena itu kan berkibarnya rasanya sampai ke sini (hati), tapi dengan itu ada yang masih pesimis apakah bisa Indonesia?,” tutur Megawati.
Megawati pun mengingatkan, Indonesia adalah negeri yang kaya raya dan hal itu tercermin dalam lagu kebangsaan yang mencapai tiga stanza ciptaan WR Supratman.
“Indonesia ini kaya raya, tolong menyanyikan Indonesia raya tiga Stanza mengapa PDI perjuangan saya minta kalau tidak naikkan mendera maka harus tiga Stanza? karena apa itu luar biasa menurut saya WR Supratman itu berani butuh sebuah ekstraksi dari sebuah pemikiran dan sanubari,” ungkap Megawati.
Megawati berpesan, apa yang disampaikannya bertujuan sebagai pengingat kepada anak-cucu hingga cicitnya karena apa yang diperjuangkan PDIP adalah untuk masa depan mereka dan bukan mencari kuasa apalagi harta.
“Sebetulnya untuk apa saya justru membuat pembukaan pidato ini? Kita ini tidak hidup untuk di sini, tapi jauh for the future our nation jadi untuk anak-anak dan cucu-cucu cicit-cicit karena kalau tidak begitu siapa yang akan meneruskan? apakah hanya cari kekuasaan saja? apakah hanya akan mencari duit saja? ini sebuah pertanyaan besar! saya wariskan ini bukan hanya sekedar untuk anak-cucu kita namun bagaimana Indonesia mencapai kejayaan dan abadi sepanjang masa,” Megawati menandasi.
Sindir Pihak Ingin Rebut Kursi Ketum PDIP
Megawati juga menyindir ada pihak yang ingin merebut kursi partai berlambang banteng moncong putih. Menjelang kongres PDIP, muncul isu pihak yang ingin mengganggu jalannya kongres. Salah satunya merebut jabatan Ketua Umum PDIP dari tangan Megawati.
Mulanya, Megawati mengungkapkan keinginan kader PDIP agar dirinya menjadi ketua umum lagi. Namun dia mengaku menolak maju bila kader tidak bersemangat.
Megawati lantas menyentil ada pihak yang sangat berambisi menjadi ketua umum PDIP. Ucapan Megawati ini membuat kader PDIP yang hadir tertawa.
"Katanya minta saya ketum lagi, ketum lagi tapi anak buahnya ngene kabeh (begini semua), moh (enggak mau). Wah terus ada yang kepengen. Gile. Mau enggak sama yang kepengen itu?," kata Megawati dalam pidato politik di acara HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
"Enggak," teriak kader PDIP.
"Gitu aja di sana ada yang enggak ngomong, berarti dia mau. Alah gila dah," tegas Megawati.
Megawati Heran Ganjar-Mahfud Kalah di Pilpres 2024
Megawati juga mengaku heran pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD kalah di Pilpres 2024. Bahkan, Ganjar-Mahfud berada di posisi buncit. Padahal, Megawati mengaku sempat percaya diri jagoannya bisa memenangkan Pilpres 2024.
"Wih kok bisa kalah ya, udah gitu dih nomor tiga lagi, gile saya bilang. Ini rekayasa dari mana nih pelajarannya?" kata Megawati, saat pidato politik di HUT ke-52 PDIP, di Partai Sekolah, Jakarta, Jumat (10/1).
Dia pun bertanya-tanya, siapa yang merekayasa Pilpres 2024. Megawati ingin belajar dari sosok tersebut untuk merekayasa.
"Saya kepingin juga belajar kaya gituan," ucap Megawati sambil tertawa.
Megawati berpendapat, pihak yang merekayasa Pilpres 2024 seperti orang mabuk. Menurut teori psikologi, hal itu dinamakan Megalomania.
“Gila deh, itu namanya orang udah mabok, apa namanya kalau di psikologi? Meegalomania,” jelas Megawati.
Megawati mengatakan, ajaran dan pemikiran Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno perlu ditularkan negara kepada generasi penerus.
"Menurut saya, pembelajaran ajaran Bung Karno perlu. Perlu menurut saya. Kalau ada yang enggak setuju. Boleh datang ke saya. Boleh kita berargumentasi," kata Megawati.
Dia mengatakan, Bung Karno sudah mengabdikan seluruh hidup buat rakyat dalam membuat sebuah ajaran. Dari situ, segala buah pemikiran Bung Karno bisa menjadi petunjuk dalam menjalankan tata pemerintahan.
"Pemikirannya sangat relevan untuk dijabarkan menjadi lentera dalam tata pemerintahan negara. Lah, yang bikin tata pemerintahan negara yang namanya konstitusi itu, kan, semua pendiri bangsa," ujar dia.
Megawati kemudian berbicara soal pemikiran Bung Karno yang pernah disampaikan di Perserikatan Bangsa-Bangsa berjudul To Build the World a New.
"Itu, kan, luar biasa pikiran Bung Karno. Ini di dunia dipakai yang To Build the World a New. Itu di mana? Itu di PBB tahu," ujarnya.
Diketahui, pemikiran dalam To Build the World a New berisi gagasan penting bagi kelangsungan kehidupan berbangsa di dunia, terutama mengenai antiimperialisme dan antikolonialisme.
Namun, kata Megawati, pemikiran dan ajaran Bung Karno yang diakui dunia malah dimatikan era pemerintahan Orde Baru (Orba).
"Eh, sama kita sendiri, Orde Baru diplesekin-diplesekin, itu yang buat saya jengkel tahu, sebagai bukannya anak Bung Karno saja, tetapi sebagai anak negeri ini. Mau dijadikan apa negeri ini," kata dia.
Megawati kemudian teringat dengan sikap Ketua DPP PDIP Ganjar Pranowo yang mencoba membumikan pemikiran Bung Karno soal antikolonialisme melalui upaya menolak kehadiran Israel di Indonesia.
Israel memang sempat lolos ke Piala Dunia U-20 saat Indonesia menjadi tuan rumah turnamen tersebut. Ganjar ketika itu menolak Isreal bagian dari pembuktian loyalitas sebagai partai dan konstitusi Indonesia.
Menurut Megawati, langkah Ganjar dan Mahfud yang sudah benar menolak Israel, pada akhirnya membuat eks Gubernur Jawa Tengah (Jateng) itu dirundung.
"Ganjar dengan benar ngomong, dibilang, di-bully, aku denger, batin aku, anak itu udah benar, dia mau mengubah apa tidak? Ternyata alhamdulilah tidak, Pak Mahfud sama," katanya.
Megawati pun menyebut penting bagi setiap figur untuk konsisten mengikuti ajaran dengan tidak mengkritisi sikap menolak kehadiran Israel.
"Aku bilang kalau ngomong itu satu kata perbuatan," imbuhnya.
Sindir Orang Beli Gelar
Megawati bercerita bakal menerima gelar Honoris Causa kembali. Dia menyebut, saat ini sudah mendapat 11 gelar Honoris Causa.
"Sampai saya kecipratan kan dari bapak saya, profesor saja saya tiga. Kaget dewek. Lho kok nopo dapat profesor, saya belajarnya dimana? Nanti dipikirnya saya jual beli lagi udah begitu apa lagi? Honoris causanya ini mau nambah lagi, sekarang sudah 11 masih mau ditambah," kata Megawati, saat pidato politik di acara HUT ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Namun, dia menegaskan tak pernah bayar demi mendapatkan gelar-gelar tersebut. Megawati menyinggung saat ini banyak pihak yang membeli gelar Honoris Causa.
"Tapi saya enggak bayar lho, karena banyak sekarang kan yang beli ya, sorry. Gitu loh. Kalau mau ketawa-ketawa saja," ujar dia sambil tertawa.
Lebih lanjut, dia pun menyebut, pencapaian yang dirinya peroleh merupakan kemerdekaan diri. Selain itu, Megawati juga mengatakan, lebih banyak diam ketimbang berbicara yang tidak jelas.
"Itu kemerdekaan diri, tahu enggak. Makanya kalau lihat ibu Mega, kan banyak yang bilang. Ibu Mega ini lho kok diam saja. Lho memang saya ambil posisi emang begitu, timbang saya marah-marah enggak jelas, lebih baik saya ngomong jelas, atau ya meneng wae," imbuhnya.
Megawati Geram KPK Hanya Tuding Hasto
Megawati juga menyinggung kinerja KPK yang belakangan hanya menangani hal remeh temeh. Padahal, sebagai sosok yang membangun badan antirasuah tersebut, Megawati berharap KPK dapat mencari kerugian negara yang bernilai triliunan.
“Saya bikin KPK. Loh ngopo kok nde'e yang digoleki kok kroco-kroco ngono loh? Mbok yang bener! sing jumlahe T, T, T, T gitu loh, lah endi (saya bikin KPK lalu kenapa yang dicari kok yang kecil-kecil gitu? Harusnya yang bener yang jumlahnya triliun),” heran Megawati saat menyampaikan pidato politik saat HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Jalan Lenteng Agung Jakarta, Jumat (10/1).
"Nanti kalau saya ngomong gini, tuh Bu Mega mengritik saja? Lah enggak! Orang benar,” imbuh dia.
Megawati menegaskan, dirinya ingin KPK befungsi sebagaimana seharusnya. Sebab sebagai pendiri dan penggagas terbentuknya KPK, Megawati mengaku memiliki andil.
"Saya ingin KPK itu yang benar. Loh yang bikin saya juga. Bingung saya. Kecuali orang lain. Lah untuk membikin KPK itu dipikir gampang? Enggak. Saya aja berantem dulu. Karena itu sifatnya ad hoc," jelas Megawati.
Menurut dia, KPK pada awalnya sengaja dibentuk dengan tujuan memaksimalkan kerja-kerja penegak hukum yang tidak maksimal ditangani polisi dan kejaksaan.
"Polisi dan kejaksaan karena dalam menjalankan tugasnya tidak maksimal. Loh kok sampe saiki ngono?" dia menandasi.
Megawati mengatakan, KPK kekurangan pekerjaan. Sebab, saat ini KPK hanya membidik Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.
"(KPK) Mosok nggak ada kerjaan lain, yang dituding, yang diubrek-ubrek Pak Hasto ae, ayo wartawan tulis itu. Padahal banyak yang lain," kata Megawati.
Megawati pun mengaku, memantau kasus Hasto melalui koran setiap hari. Dia memeriksa apakah ada bukti tambahan dan ternyata tak ada.
"Aku tiap-tiap hari buka koran mungkin ada tambahan enggak tadi aja sebelul ke sini yo ngono e kali-kali yang rentep-rentep nanti kalau saya ngomong nanti tidak sopan. Masa kalian gitu aja takut, takut itu opo? Itu ilusi," imbuh dia.
Bongkar Siasat Menangkan Pramono-Rano di Pilkada Jakarta
Megawati juga mengungkap awal mula penunjukan Pramono Anung dan Rano Karno untuk maju Pilkada Jakarta 2024. Megawati mengaku saat itu memanggil langsung Pramono untuk dicalonkan sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024.
Megawati bercerita, semula Pramono menolak ditunjuk sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024. Namun saat itu, dia meminta menghubungi istrinya untuk mendiskusikan mengenai pencalonan tersebut.
"Saya minta kamu untuk calon DKI gitu. Tanya sama dia (-Pramono) kalau bohong. Langsung dia merah, bu saya enggak mau. Ini perintah ketua umum gitu. udah gitu kayak mau nangis, terus aku bilang keluar-keluar sana telepon istrimu," kata Megawati saat membacakan pidato peringatan HUT ke-52 PDIP di sekolah partai, Lenteng
Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/1).
Megawati menuturkan, Pramono pun akhirnya menerima penunjukkannya untuk dicalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta setelah menghubungi istrinya.
"Wow aku senang kenapa, tahu-tahu datang lagi namanya istrinya mbak Hani. Loh kalua itu perintah ibu kamu harus nurut. Jadi dia," kata Megawati menceritakan percakapan istri Pramono.
Bukan hanya memikirkan jagoan PDIP di Jakarta, Megawati juga mengungkap siasat untuk meraih kemenangan. Saat itu, Megawati memilih Rano Karno untuk mendampingi Pramono di Pilkada Jakarta.
Tak cuma meminta Rano Karno mendampingi Pramono, Megawati mengaku juga memerintahkan mantan Gubernur Banten tersebut untuk mendekati para jawara Betawi. Menurut Megawati, strateginya itu terbukti tak sia-sia dan mengantarkan Pramono-Rano memenangkan Pilkada Jakarta 2024.
"Udah gitu sama si Rano. Si Doel itu. Aku pikir ah siasat apa nih yang enggak dilihat tuh sama yang suka ganggu-ganggu gua. Oh iya dah, saya kan kenal banyak sama orang Betawi, ah si Doel aja dah gua jadiin," tutur Megawati.
"Doel sini lu. Gua pasangin lu mau enggak sama si Pram. Oh yang benar bu. Masa gua bohong sih. Jadi lu ya dekatin itu dah jawara," kata Megawati.
Megawati Marah Didatangi Orang Diam-Diam Karena PDIP Tak Gabung KIM
Megawati bercerita didatangi banyak orang secara sembunyi-sembunyi. Dia menyebut, orang-orang tersebut berkonsultasi berbagai masalah, mulai dari hukum hingga pertanian.
"Sekarang aku ditanyai orang, aku tuh bilang saya ini pemerintah bagian mana toh, lah kok kamu datang ke saya toh, urusan hukum, urusan pertanian, betul loh," kata Megawati dalam acara HUT ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Akan tetapi, Megawati menyebut orang-orang tersebut datang sembunyi-sembunyi karena PDIP tidak masuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), koalisi pendukung Prabowo-Gibran.
"Diem-diem loh, ngumpet-ngumpet loh. 'Loh kok enggak ada merdekanya ya, ya mbok dateng ae loh'. Karena katanya iya kalau nanti saya dateng ibu kan enggak masuk ke KIM," tegas dia.
Suara Presiden ke-5 RI ini meninggi. Dia menegaskan tidak ada urusan PDIP masuk KIM.
"Lah apa urusannya aku musti masuk ke KIM atau saya enggak masuk ke KIM. Gile. Ayo tepuk tangan yang hebat," tegas Megawati.
Megawati Minta Pihak Tak Cocok Keluar PDIP
Megawati menegaskan jika tidak cocok dengan partainya maka keluar saja. Sebab, Megawati mengaku capek mengurusi orang yang tidak punya prinsip atau 'plitat-plitut'.
"Makanya Ibu itu minta seluruh yang mendengarkan omongan Ibu kalau enggak cocok sama PDIP keluar saja gitu gampang, bukannya terus plintat-plintut aku tuh capek tahu enggak ngurusin orang plintat-plintut," kata Megawati, saat pidato politik di HUT ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Sebab, Megawati mengatakan ada beberapa pihak yang mengaku PDIP tapi malah ngomongin hal-hal negatif tentang PDIP.
"Kaya PDIP tapi nang mburi ne dee (di belakang dia) ngomongin opo ngono-ngono lho," ujar Megawati.
Oleh sebab itu, Megawati menegaskan kalau tidak suka PDIP segera keluar di partai yang dipimpinnya.
"Udah tegas saja cari partai lain orang ada berapa ya partai sekarang piro bukan yang KIM aja kan ada yang nambah itu piro? 18 iya baru? Oh yang baru aja yang masuk yang ikut pemilu sekarang yang baru partai baru piro? 8? Iyo lah mbok saiki nang ndi (sekarang di mana) gitu loh," ucap Megawati.
"Nah makanya ayo kalau mau ikut PDI yo ikut, kalau enggak ya metu mono wae. Lah kok susah men to. Ada yang mikir-mikir keluar opo enggak ya, keluar opo enggak, keluar opo enggak. Gitu loh, benar loh. Loh kok bilang loh kok kamu mencla mencle," imbuh Megawati.
Megawati Ragukan Program Tiga Juta Rumah
Megawati juga mempertanyakan, program yang digagas pemerintah yakni membangun tiga juta rumah dan membangun sekolah untuk rakyat miskin. Megawati menyebut, yang menjadi pertanyaan bagaimana terkait pelaksana program tersebut.
"Ini denger saya mau buat sekolah untuk rakyat miskin, bagus ya. Persoalannya yang saka mikirin duitnya ono opo ora yo. Nanti dibilang 'oh Bu Mega tidak sejalan dengan pemerintahan'. Lok kok enak wae, orang gosok kok ebak banget. Coba kamu rasain kalau dipecah belah," kata Megawati, saat pidato politik di HUT ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Megawati pun mempertanyakan program pembangunan tiga juta rumah terkait kesediaan tanah dan cara membangunnya.
"Kalau seperti mau bikin tiga juta rumah saya hanya ingin tahu cara bangunnya gimana, tanahnya tanah siapa kan gitu. Cicilannya piro dengan korelasinya apa? Perekonomian kita bagaimana," imbuhnya.
Megawati Ungkap Hubungan dengan Prabowo
Megawati juga menegaskan, tidak pernah bermusuhan dengan Presiden sekaligus Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
"Pak Prabowo nih, orang mikir saya sama Pak Prabowo musuhan apa enggak? Enggak," kata Megawati, saat pidato politik di HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1).
Tak hanya itu, Megawati mengungkapkan, memiliki perasaan yang sama dengan Prabowo. Lantaran, sama-sama mengemban sebagai ketua umum di partai politik.
“Saya bilang ‘Mas kita kan boleh dong saya ketua umum, kamu ketua umum. Kalau kamu dibegitukan melihat anak buah kamu dibegitukan apa rasanya sebagai ketum? Pasti perasaan kita sama," jelas dia.
Megawati pun mengungkapkan, ada sosok yang menyampaikan Prabowo menginginkan nasi goreng yang dimasaknya. Namun, dia menolak, karena sudah pusing mengurus anak-anaknya di PDIP.
"Bukan sombong, padahal dia senang, saya masakin nasi goreng, udah lama. Ada yang ngomong, ada yang ngomong minta dimasakin nasi goreng. Loh aku aja lagi mumet anak-anak ku banyak," ujarnya.
Dia memastikan, PDIP tak bergabung dengan koalisi Prabowo. Perihal pertemuan dengan dirinya bisa melalui orang lain.
"Ya gitu loh, emangnya enggak boleh? Boleh. Tapi kan prinsip. Mas, ben ne wae aku neng kene wae (biar saja saya berada di sini), situ sono lah rame-rame," ucap Megawati.
'"Apa aku ngerusuhi situ? Kan enggak toh, kalau aku perlu situ yo enggak perlu ketemu toh aku bisa kok ngirim orang, sampe. Gitu loh. Itu apa namanya? Strategi politik. Ngono wae ko ora iso mikir (seperti itu saja kok tidak bisa mikir),” tutupnya.