Bagaimana Cuci Darah atau Hemodialisis Bisa Memperpanjang Hidup Seseorang?
Cuci darah merupakan salah satu metode pengobatan ginjal stadium akhir yang bisa menjadi cara memperpanjang usia pasien.
Cuci darah merupakan salah satu metode pengobatan ginjal stadium akhir yang bisa menjadi cara memperpanjang usia pasien.
-
Bagaimana cuci darah menggantikan fungsi ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Menjaga kesehatan ginjal adalah langkah penting untuk mencegah penyakit ginjal dan memastikan fungsi ginjal tetap optimal.
-
Bagaimana cara Ali cuci darah? Karena parasetamol tersebut, Ali sampai harus melakukan cuci darah di rumah sakit dan secara mandiri dengan CAPD.'Sudah diambil sampelnya emang gara-gara parasetamol. Karena sampel ginjalnya udah pernah diambil. Sakitnya udah jalan 4 tahun. Harus cuci darah tapi dalam seminggu itu gak surut-surut cuci darahnya jadi bengkak terus. Akhirnya diputuskan untuk CAPD. Jadi cuci darahnya hanya seminggu,' tambahnya.
-
Apa yang dapat memperpanjang usia seseorang? Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine, ditemukan bahwa aktivitas fisik dapat memperpanjang usia seseorang hingga minimal lima tahun.
Bagaimana Cuci Darah atau Hemodialisis Bisa Memperpanjang Hidup Seseorang?
Hemodialisis, sering dikenal sebagai cuci darah, adalah prosedur yang menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah ketika ginjal tidak lagi mampu melakukannya.
Prosedur ini penting untuk pasien dengan gagal ginjal tahap akhir (End-Stage Renal Disease, ESRD), yang tidak memiliki pilihan lain selain transplantasi ginjal atau hemodialisis untuk bertahan hidup. Meski tidak seefektif transplantasi ginjal dalam jangka panjang, hemodialisis tetap menjadi penyelamat hidup bagi banyak pasien dengan ESRD.
Hemodialisis bekerja dengan mengalirkan darah pasien melalui mesin dialisis yang memiliki filter khusus (dialisator) untuk membersihkan darah dari limbah dan cairan berlebih. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Proses ini biasanya dilakukan tiga kali seminggu, setiap sesi berlangsung sekitar 3-5 jam di pusat dialisis atau di rumah dengan peralatan yang sesuai.
Memperpanjang Umur dengan Hemodialisis
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hemodialisis secara signifikan dapat memperpanjang hidup pasien dengan ESRD. Menurut data dari National Institutes of Health, tingkat kelangsungan hidup lima tahun bagi pasien yang menjalani hemodialisis adalah sekitar 35 hingga 50 persen.
Sementara transplantasi ginjal menawarkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, yaitu sekitar 80% setelah lima tahun, kekurangan donor ginjal membuat hemodialisis menjadi pilihan utama bagi banyak pasien.
Para peneliti di University of California mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien hemodialisis adalah adanya komorbiditas atau penyakit penyerta seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit paru-paru.
Oleh karena itu, pengelolaan komprehensif dari kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan sangat penting untuk meningkatkan hasil perawatan.
Tantangan dan Kualitas Hidup
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang hidup, prosedur ini bukannya tanpa halangan. Proses yang sering dan memakan waktu ini bisa melelahkan bagi pasien, menyebabkan berbagai komplikasi seperti tekanan darah rendah, infeksi, dan gangguan elektrolit.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Stanford University mengungkapkan bahwa pasien lanjut usia di panti jompo sering mengalami penurunan kemampuan fungsional setelah memulai hemodialisis, yang berdampak negatif pada kualitas hidup mereka. Walau begitu patut diketahui bahwa pasien jompo ini biasanya juga memiliki kondisi penyerta lainnya.
Beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko kematian pada pasien hemodialisis. Misalnya, penggunaan defibrillator yang dapat dikenakan untuk memantau dan mengatur ritme jantung pasien bisa menjadi solusi.
Penelitian menunjukkan bahwa alat ini dapat mengurangi risiko kematian jantung mendadak hingga 60 persen. Selain itu, penting untuk mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai risiko dan manfaat dialisis serta pilihan perawatan lainnya seperti transplantasi ginjal.