Cara Mengenali Makanan Berpengawet dan Fakta Yang Perlu Diketahui
Meski beberapa pengawet makanan diijinkan, namun perlu bijak dalam mengonsumsinya, karena jika terlalu berlebihan akan merusak kesehatan.
Cara Mengenali Makanan Berpengawet dan Fakta Yang Perlu Diketahui
Salah satu metode yang umum digunakan adalah pengawetan. Pengawet adalah zat yang ditambahkan pada makanan untuk mencegah atau memperlama proses makanan menjadi basi atau busuk.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Namun, dengan perkembangan zaman dan teknologi, makanan juga mengalami berbagai proses pengolahan untuk menjaga kesegaran dan daya tahan.
Penggunaan pengawet ini telah ada sejak zaman dahulu dengan berbagai metode seperti pengeringan, pengasinan, dan fermentasi.
Meskipun ada pandangan negatif terhadap makanan berpengawet, sebenarnya tidak semua makanan dengan pengawet berbahaya. Artikel ini akan membahas cara mengenali makanan berpengawet dan fakta yang perlu diketahui terkait hal ini.
-
Bagaimana mengenali jajanan dengan bahan pengawet? Bahan pengawet berbahaya seperti boraks atau formalin sering kali digunakan untuk memperpanjang umur simpan jajanan.
-
Apa itu zat pengawet makanan? Pengawet makanan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke produk makanan untuk memperpanjang umur simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme, dan mempertahankan kualitas produk.
-
Apa saja pengawet makanan alami? Selain pengawet buatan yang sering ada di makanan kemasan, ada juga pengawet makanan alami yang lebih sehat. Mereka membantu melawan pembusukan makanan akibat mikroba seperti jamur, ragi, dan bakteri.
-
Mengapa zat pengawet makanan sering dipertimbangkan? Namun, penggunaan zat pengawet makanan sering kali mendapatkan perhatian dan kontroversi karena kekhawatiran tentang dampak kesehatan jangka panjang.
-
Siapa yang mengkonsumsi zat pengawet makanan? Beberapa zat pengawet tersebut juga sering dijumpai di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
-
Bagaimana zat pengawet makanan bekerja? Ini efektif dalam menarik kelembaban dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Pengawet makanan telah mengalami perkembangan pesat, terutama dalam hal jenis dan fungsi zat kimia yang digunakan. Beberapa jenis pengawet yang umum digunakan meliputi:
1. Sulphite (Sulfur Dioxide): Digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan sering ditemukan dalam produk wine, buah kering, dan produk kentang.
2. Sorbic Acid dan Sorbat Lainnya: Sering digunakan dalam pengawetan keju, wine, dan buah kering.
3. Nitrit dan Nitrat: Digunakan dalam produk daging olahan untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya. Contohnya adalah sosis, bacon, ham, dan keju.
5. Natamycin: Sering digunakan pada produk sosis dan keju.
4. Benzoic Acid dan Benzoat: Berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur dalam produk makanan seperti acar sayuran, selai, dan manisan buah.
Tidak semua makanan yang mengandung pengawet itu berbahaya. Penggunaan bahan pengawet dalam makanan telah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan dosis yang aman.
Meskipun demikian, mengonsumsi makanan berpengawet secara terus-menerus tidak memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Pengawetan makanan memiliki sejarah panjang, mulai dari metode alami seperti pengeringan dan pengasapan hingga pengawetan dengan bantuan zat kimia.
Di masa kini, pengawetan alami masih digunakan dalam skala kecil atau industri rumahan, sementara industri besar menggunakan zat kimia yang diizinkan oleh BPOM.
Bahan pengawet yang diizinkan seperti asam benzoat dan asam sorbat memiliki peran penting dalam menjaga kesegaran makanan.
Penggunaan makanan berpengawet, baik alami maupun buatan, memungkinkan makanan tetap tahan lama dan bisa dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Namun, konsumsi berlebihan makanan berpengawet dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan bahkan diare.
Bahan pengawet seperti formalin, yang dapat ditemukan dalam beberapa jenis makanan, memiliki potensi karsinogenik jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Bahkan bahan pengawet alami seperti garam juga dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi.
Proses pengawetan makanan melibatkan evaluasi risiko oleh berbagai lembaga seperti Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) yang menilai risiko bahan pengawet yang beredar di pasaran.
Pemerintah mengizinkan penggunaan bahan pengawet tertentu berdasarkan hasil penilaian ini, dengan memperhatikan Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah pengawet yang dapat dikonsumsi setiap hari secara aman.
Produsen diwajibkan mencantumkan bahan pengawet pada label produk makanan, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengetahui apa yang terkandung dalam produk yang mereka beli.
Banyak negara menggunakan standar Codex Alimentarius Commission (CAC) untuk menetapkan batas penggunaan bahan pengawet yang aman.
Meskipun nutrisi makanan bisa mengalami sedikit perubahan selama pembekuan, proses ini tetap lebih alami dibandingkan dengan pengawetan panas.