Konsumsi Garam Berlebih Bisa Picu Munculnya Penyakit Ginjal Kronis
Konsumsi garam berlebih bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Salah satunya adalah penyakit ginjal kronis.
Konsumsi garam berlebih bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Salah satunya adalah penyakit ginjal kronis.
-
Kenapa konsumsi garam berlebih bahaya untuk ginjal? Konsumsi garam yang berlebihan memaksa ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuh. Akibatnya, ginjal dapat mengalami kerusakan yang serius.
-
Bagaimana garam berlebih merusak ginjal? 'Akibat kelebihan garam, ginjal akan dipaksa bekerja lebih keras untuk mengeluarkan garam dan membuat jantung harus memompa darah lebih cepat. Tekanan darah yang tinggi kemudian akan merusak pembuluh darah pada ginjal sehingga kemampuan ginjal untuk menyaring berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh makin berkurang,' jelas Anton.
-
Bagaimana garam berdampak pada ginjal? Ketika asupan garam melebihi batas yang disarankan, ginjal harus bekerja lebih keras untuk mengeluarkan natrium yang berlebihan. Hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada organ tersebut dan mengganggu fungsinya, berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal dalam jangka panjang.
-
Kapan garam berbahaya untuk kesehatan ginjal? Garam berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit ginjal.
-
Kapan gagal ginjal karena garam berlebih terjadi? Banyak penderita gagal ginjal kini ditemukan pada usia yang semakin muda, bahkan di bawah 27 tahun.
-
Apa dampak buruk konsumsi garam berlebih? Konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah, yang pada gilirannya akan merusak pembuluh darah di ginjal.
Konsumsi Garam Berlebih Bisa Picu Munculnya Penyakit Ginjal Kronis
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI), dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, mengingatkan bahwa kelebihan garam dapat menjadi pemicu serius terhadap kesehatan, bahkan dapat berujung pada penyakit ginjal kronis (PGK).
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi ini menjelaskan bahwa konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi, yang pada akhirnya menjadi salah satu pemicu utama PGK.
“Kebanyakan makan garam itu hubungannya dengan hipertensi, jadi kandungan garam yang tinggi di dalam pembuluh darah itu akan menarik cairan lebih banyak di dalam pembuluh darah, tekanan darah jadi meningkat dan terjadi hipertensi, lama kelamaan menjadi penyakit ginjal kronik,” terang Pringgodigdo dilansir dari Antara.
Menurut Pringgodigdo, hubungan antara kelebihan garam dan hipertensi terjadi karena kandungan garam yang tinggi dalam pembuluh darah menarik lebih banyak cairan, sehingga meningkatkan tekanan darah.
Hal ini, jika dibiarkan terus-menerus, dapat berkembang menjadi hipertensi dan akhirnya menjadi penyakit ginjal kronik. Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat, terutama mereka yang telah memiliki riwayat penyakit ginjal, untuk mengurangi konsumsi garam harian.
Pendekatan yang disarankan Pringgodigdo adalah membatasi asupan natrium dari garam, dengan rekomendasi tidak melebihi dua gram per hari atau takaran garam dapur kurang dari lima gram per hari. Selain itu, olahraga juga dianggap sebagai salah satu kunci penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk dalam mengatasi masalah hipertensi dan mencegah penyakit ginjal.
Pringgodigdo menyarankan untuk berolahraga secara rutin, walaupun tidak harus yang berat, seperti dengan berjalan kaki minimal 10 ribu langkah setiap hari.
“Tidak harus olahraga berat, yang penting rutin melakukan aktivitas fisik, misal berjalan 10 ribu langkah per hari,” kata dia.
Pentingnya pencegahan penyakit ginjal menjadi sorotan utama, terutama karena gejala penyakit ini seringkali sulit terdeteksi pada tahap awal. Pringgodigdo mencatat bahwa penderita hipertensi dan penyakit ginjal pada usia muda semakin meningkat, dan perlunya kehati-hatian dan kesadaran akan kondisi ginjal.
Ia menekankan bahwa pemeriksaan rutin ke dokter diperlukan, mengingat penyakit ginjal seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas sampai mencapai stadium yang lebih tinggi.
“Belum, belum ada (gejala yang terlihat untuk penyakit ginjal), salah satu gejalanya kalau urin berbusa, tapi kalau sudah berbusa itu sudah terlambat, kalau yang belum parah biasanya tidak ada tanda-tandanya, makanya perlu pemeriksaan rutin ke dokter,” imbuh Pringgodigdo.
Meski demikian, Pringgodigdo memberikan peringatan bahwa jika urin sudah berbusa, itu mungkin sudah terlambat. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pemeriksaan rutin sebelum gejala menjadi nyata.
Hipertensi, sebagai pemicu utama penyakit ginjal, dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, menjaga pola makan yang sehat, mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih, menghindari obesitas, meningkatkan aktivitas fisik, serta mengelola stres.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018 menunjukkan adanya faktor risiko yang perlu menjadi perhatian. Proporsi masyarakat yang kurang mengonsumsi sayur dan buah sebesar 95,5 persen, kurang aktivitas fisik 35,5 persen, merokok 29,3 persen, obesitas sentral 31 persen, dan obesitas umum 21,8 persen.
Angka-angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat, termasuk pengaturan konsumsi garam, menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan penyakit ginjal kronis.