Mengapa Orang-orang di Negara Panas Cenderung Lebih Menyukai Makanan Pedas? Ini Alasannya
Masyarakat Indonesia yang tinggal dengan kondisi panas, cenderung menyukai makanan pedas yang justru bikin berkeringat. Mengapa?
Bagi sebagian besar orang, mengonsumsi makanan pedas bisa menjadi pengalaman yang menggetarkan akibat mulut terbakar, keringat mengucur, dan jantung berdetak lebih cepat. Namun, bagi orang-orang yang tinggal di negara-negara panas seperti Indonesia, Meksiko, dan Thailand, makanan pedas bukan sekadar pilihan, melainkan bagian integral dari budaya dan kebiasaan sehari-hari. Mengapa begitu banyak orang di wilayah ini lebih menyukai rasa pedas yang membakar? Beberapa teori menarik telah muncul untuk menjelaskan fenomena ini.
Efek Pendinginan dari Makanan Pedas
Dilansir dari The Hidnu, meski terdengar bertentangan dengan logika, makanan pedas justru membantu menyejukkan tubuh dalam cuaca panas. Menurut ahli gizi Rachael Ajmera, "Anda mungkin mendambakan makanan pedas ketika merasa panas atau kepanasan." Ini karena cabai, yang menjadi bintang dalam banyak masakan pedas, mengandung senyawa bernama capsaicin.
-
Kenapa orang senang makan pedas? Bagi sebagian besar orang, menikmati makanan pedas adalah sebuah pengalaman yang penuh tantangan. Rasa pedas yang membakar lidah serta keringat yang mengucur deras ini menjadi kenikmatan bagi banyak orang.
-
Kenapa orang suka makan pedas? Meskipun sensasi ini sering kali dianggap menyiksa, banyak orang masih menyukai makanan pedas. Alasan utama di balik hal ini tampaknya berkaitan dengan teori risiko dan penghargaan.
-
Apa saja manfaat makanan pedas? Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa makanan pedas memiliki sifat antimikroba dan antijamur.
-
Siapa yang suka makan pedas? Namun, tidak semua orang menikmati rasa pedas. Preferensi rasa adalah hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk jumlah papillae di lidah, genetik, pengalaman masa kecil, dan interaksi antara budaya dan preferensi rasa.
-
Siapa yang lebih suka makanan pedas? Sebuah studi tahun 2015 dalam jurnal Food Quality and Preference menemukan bahwa preferensi makanan pedas di kalangan pria lebih dipengaruhi oleh motivasi sosial dibandingkan wanita.
-
Apa dampak konsumsi makanan pedas berlebihan? Konsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Dampak konsumsi makanan pedas berlebihan patut diwaspadai oleh Anda para pencinta makanan dengan cita rasa ini. Pasalnya, terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan rasa pedas diketahui dapat membawa dampak buruk bagi tubuh.
Capsaicin inilah yang memberikan sensasi pedas dan merangsang produksi keringat. Meskipun keringat ini mungkin membuat Anda merasa semakin panas sejenak, saat menguap, tubuh akan terasa lebih sejuk. Proses ini disebut thermoregulation, di mana tubuh mencoba menurunkan suhu internal melalui keringat.
Efek pendinginan inilah yang membuat makanan pedas begitu populer di negara-negara beriklim panas. Selain itu, rasa yang kuat dari makanan pedas juga dapat meningkatkan nafsu makan, sebuah keuntungan besar di daerah di mana suhu ekstrem seringkali membuat orang kehilangan selera makan.
Rempah sebagai Alat Pengawet
Teori lain yang sangat menarik berkaitan dengan sifat antimikroba yang dimiliki oleh rempah-rempah, terutama di daerah yang panas. Di lingkungan dengan suhu tinggi, makanan lebih cepat basi dan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Rempah-rempah seperti cabai, bawang putih, jahe, dan lada hitam memiliki sifat antimikroba yang efektif dalam memperlambat pembusukan makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Cornell University menemukan bahwa penggunaan rempah-rempah dalam masakan tradisional di negara-negara beriklim panas berfungsi sebagai pengawet alami. Mereka menganalisis penggunaan rempah dalam resep daging dari 36 negara dan menemukan bahwa negara-negara dengan iklim lebih panas cenderung menggunakan lebih banyak rempah yang memiliki sifat antimikroba. Peneliti menyimpulkan bahwa rempah-rempah ini membantu membunuh patogen yang mungkin ada dalam makanan, sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Budaya dan Sensasi Adrenalin
Budaya memiliki peran besar dalam menentukan preferensi rasa seseorang, termasuk dalam hal makanan pedas. Di negara-negara seperti India, Meksiko, dan Thailand, cabai sudah menjadi bagian dari pola makan sehari-hari sejak kecil. Rasa pedas bukan lagi hal yang mengejutkan, melainkan rasa yang akrab dan memberikan kenyamanan. Bagi mereka yang sudah terbiasa, sensasi pedas justru menjadi bagian yang menyenangkan dari makanan.
Namun, bagi mereka yang tidak terbiasa, sensasi pedas dari capsaicin dapat memicu respons tubuh yang mirip dengan situasi darurat. Capsaicin meniru sensasi terbakar, yang mengaktifkan reaksi "fight or flight" dalam tubuh. Keringat, wajah memerah, dan terkadang reaksi yang lebih ekstrem adalah tanda tubuh mencoba melindungi diri dari apa yang dianggap sebagai ancaman.
Menariknya, beberapa orang justru menikmati respons ini. Sama halnya seperti seseorang yang menyukai sensasi naik roller coaster, mengonsumsi makanan pedas bisa menjadi pengalaman yang memacu adrenalin. Sensasi terbakar dan tantangan yang diberikan oleh makanan pedas memberikan rasa kepuasan dan pencapaian tersendiri, terutama bagi mereka yang menyukai tantangan kuliner.
Makanan Pedas dan Kesehatan
Tidak hanya membantu menjaga makanan tetap segar dan meningkatkan nafsu makan, makanan pedas juga memiliki manfaat kesehatan yang menarik. Capsaicin, senyawa utama dalam cabai, diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu meningkatkan metabolisme tubuh. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas secara teratur dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa konsumsi makanan pedas harus dilakukan dengan bijak. Mengonsumsi terlalu banyak makanan pedas dapat menyebabkan iritasi lambung atau masalah pencernaan lainnya. Jadi, meskipun makanan pedas menawarkan banyak manfaat, ada baiknya untuk mengonsumsinya dalam batas yang wajar.