Mengapa Umumnya Hanya Pria yang Memiliki Kumis dan Cambang dan Wanita Tidak?
Secara umum, kumis dan cambang atau jenggot biasanya ditemui hanya pada pria dan tidak di wanita, mengapa?
Secara umum, kumis dan cambang atau jenggot biasanya ditemui hanya pada pria dan tidak di wanita, mengapa?
-
Apa penyebab kumis pada wanita? Berbagai penyebab wanita berkumis meliputi:Faktor Genetik atau Keturunan: Wanita yang memiliki keluarga dengan kondisi serupa lebih mungkin mengalami pertumbuhan rambut berlebihan, termasuk kumis.Kadar Hormon Androgen yang Tinggi: Produksi hormon androgen yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan rambut berlebihan, termasuk kumis.
-
Kenapa kumis tumbuh pada wanita? Kumis pada wanita dipengaruhi faktor genetik hingga hormon. Tumbuhnya kumis pada wajah, memang hal wajar yang terjadi pada kaum pria. Meski begitu, sebagian wanita juga mungkin mengalami pertumbuhan kumis di wajah.
-
Apa bedanya struktur kulit pria & wanita? Kulit pria cenderung lebih tebal dan memiliki lebih banyak kelenjar minyak daripada kulit wanita. Kelenjar minyak yang lebih aktif pada pria dapat menyebabkan masalah seperti kulit berminyak, jerawat, dan komedo.
-
Apa yang membedakan sampo pria dan wanita? Tidak ada masalah dalam memilih sampo berdasarkan jenis kelamin, tetapi pada dasarnya, sampo untuk pria dan wanita memiliki komposisi yang serupa.
-
Bagaimana kulit pria dan wanita berbeda? Meskipun setiap individu memiliki kulit yang unik, ada beberapa perbedaan antara kulit pria dan wanita. Beberapa perbedaan ini disebabkan oleh variasi hormon, genetika, dan gaya hidup.
-
Mengapa pria lebih rentan botak? Meskipun wanita juga dapat mengalami kebotakan genetik, pria cenderung lebih cepat dan lebih sering mengalaminya, terutama pada masa awal pubertas.
Mengapa Umumnya Hanya Pria yang Memiliki Kumis dan Cambang dan Wanita Tidak?
Kumis dan cambang adalah fitur wajah yang sering kali membedakan pria dari wanita. Namun, mengapa hanya pria yang umumnya memiliki rambut wajah sementara wanita tidak?
Dilansir dari Livescience, jawabannya terletak pada hormon seks yang disebut androgen, yang memainkan peran utama dalam perkembangan ciri-ciri seksual sekunder pada pria.
Androgen, seperti testosteron dan dihidrotestosteron (DHT), adalah hormon yang mendorong perkembangan karakteristik pria, termasuk pertumbuhan rambut wajah. Pada masa pubertas, baik pria maupun wanita mengalami peningkatan produksi androgen, tetapi jumlah yang dihasilkan oleh tubuh pria jauh lebih banyak dibandingkan dengan wanita.
Androgen ini merangsang folikel rambut untuk menghasilkan rambut yang lebih gelap dan tebal, yang pertama kali muncul sebagai "peach fuzz" di bibir atas. Seiring waktu, stimulasi androgen ini mendorong produksi rambut terminal yang lebih gelap dan tebal, seperti yang terlihat di kulit kepala.
Namun, cerita tentang folikel rambut tidak sesederhana itu. "Realitasnya adalah saat ini masih cukup menantang bagi para peneliti untuk memberikan jawaban yang konklusif," kata Ben Miranda, seorang konsultan bedah plastik dan tangan di St. Andrew's Centre for Plastic Surgery & Burns dan profesor tamu di Anglia Ruskin University di Inggris.
"Tetapi ada perbedaan dalam folikel rambut itu sendiri yang dipertahankan tergantung pada bagian tubuh dari mana mereka berasal," sambungnya.
Sebelum pubertas, folikel rambut di tubuh hanya menghasilkan vellus hair, yaitu rambut halus dan pendek yang terlihat pada punggung tangan wanita. Pada masa pubertas, peningkatan androgen menyebabkan folikel rambut menghasilkan rambut intermediate, yang kemudian berkembang menjadi rambut terminal. Pada pria, proses ini terjadi di wajah, menciptakan kumis dan cambang.
Pada wanita, perubahan ini tidak begitu dramatis, dan rambut wajah mereka umumnya tetap halus dan pendek.
Perubahan ini tidak hanya berlaku pada masa pubertas alami, tetapi juga pada terapi hormon maskulinisasi yang kadang-kadang digunakan oleh individu transgender. "Dalam beberapa tahun setelah memulai terapi testosteron, rambut tubuh dan wajah akan menjadi lebih gelap dan tebal," menurut University of California, San Francisco.
Namun, folikel rambut merespons androgen dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada lokasi di tubuh. Misalnya, di kulit kepala, androgen dapat memicu pola yang berlawanan dengan di tubuh, di mana androgen menyebabkan rambut terminal menjadi rambut intermediate, dan kemudian menjadi vellus hair, fenomena yang dikenal sebagai alopecia androgenik atau kebotakan pola pria.
"Hal yang benar-benar aneh adalah, mengapa satu folikel rambut di kulit kepala yang berada di satu area sensitif terhadap androgen, sementara yang di sebelahnya tidak?" kata Miranda. "Ini tidak masuk akal."
Secara keseluruhan, kehadiran kumis dan cambang pada pria dan ketiadaannya pada wanita adalah hasil dari interaksi kompleks hormon, genetik, dan epigenetik yang mengatur pertumbuhan rambut. Pemahaman lebih lanjut tentang mekanisme ini tidak hanya memberikan wawasan tentang ciri-ciri seksual sekunder, tetapi juga membuka peluang untuk intervensi medis dalam berbagai kondisi yang berkaitan dengan pertumbuhan rambut.