Siklus Negatif Kecanduan Internet yang Mengarah pada Depresi pada Dewasa Muda
Dibalik manfaat dan kegunaannya, internet merupakan salah satu faktor terbesar peningkatan risiko depresi pada dewasa muda di era digital ini
Di era digital ini, internet menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan internet membawa banyak manfaat, seperti mempermudah akses informasi, memfasilitasi komunikasi, dan menyediakan hiburan. Namun, penggunaan internet yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, terutama pada kelompok dewasa muda. Salah satu dampak negatif yang sering dibahas adalah kecanduan internet yang berkaitan dengan peningkatan risiko depresi. Artikel ini akan membahas hubungan antara kecanduan internet dan depresi pada dewasa muda berdasarkan penelitian dan jurnal yang relevan.
Kecanduan Internet pada Dewasa Muda
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Behavioral Addictions oleh Griffiths et al. (2016), kecanduan internet didefinisikan sebagai penggunaan internet yang kompulsif dan berlebihan sehingga mengganggu fungsi sehari-hari, baik secara sosial, akademik, maupun pekerjaan. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Behavioral Addictions, individu yang kecanduan internet sering kali mengalami kesulitan untuk mengendalikan penggunaannya dan merasa cemas atau gelisah jika tidak dapat mengakses internet. Penelitian yang dilakukan oleh Young (1998) mencatat bahwa prevalensi kecanduan internet lebih tinggi pada kelompok usia 18-24 tahun dibandingkan kelompok usia lainnya, karena pada usia ini individu lebih sering menggunakan internet untuk tujuan hiburan, komunikasi, dan jejaring sosial.
-
Siapa yang terdampak kecanduan internet? 'Temuan dari penelitian kami menunjukkan bahwa ini dapat menyebabkan perubahan perilaku dan perkembangan yang berpotensi negatif yang dapat memengaruhi kehidupan remaja. Misalnya, mereka mungkin kesulitan mempertahankan hubungan dan aktivitas sosial, berbohong tentang aktivitas online, serta mengalami pola makan yang tidak teratur dan gangguan tidur,' tambah Chang.
-
Apa dampak internet pada otak remaja? Kecanduan internet di kalangan remaja dapat menyebabkan perubahan signifikan pada otak mereka, demikian temuan terbaru dari sebuah studi yang dipublikasikan di Plus Mental Health. Dilansir dari Medical Daily, penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kecanduan internet memiliki gangguan signifikan dalam jaringan otak yang kritis, memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan, perhatian, ingatan, koordinasi, dan kesehatan mental.
-
Kenapa media sosial bisa bikin remaja depresi? Dalam konteks media sosial, remaja sering kali terpapar pada citra ideal dan kehidupan glamor orang lain, yang tidak mencerminkan realitas dan dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Remaja yang terpapar pada foto-foto dan status yang memperlihatkan kebahagiaan serta kesuksesan orang lain dapat menciptakan perasaan tidak percaya diri, yang dapat memicu atau memperburuk gejala depresi.
-
Kenapa judi online bisa menyebabkan depresi? Kecanduan judi online juga dapat memicu timbulnya gejala depresi. Individu yang kecanduan mungkin merasa putus asa, sedih, kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari, serta mengalami perubahan tidur dan nafsu makan.
-
Bagaimana cara internet memengaruhi otak remaja? Penelitian ini mengulas 12 artikel yang melakukan studi neuroimaging pada total 237 partisipan untuk mengkaji perubahan dalam konektivitas antara jaringan otak terkait kecanduan internet. Partisipan penelitian berusia antara 10 hingga 19 tahun dan didiagnosis dengan kecanduan internet antara tahun 2013 dan 2023. Hasil ulasan menunjukkan bahwa remaja dengan kecanduan internet memiliki gangguan signifikan pada daerah otak yang bertanggung jawab atas aktivitas kontrol eksekutif seperti perhatian, perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls, dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang tidak mengalami kecanduan internet.
-
Kenapa media sosial bisa mengganggu kesehatan mental remaja? 'Media sosial dapat mengubah cara remaja berteman dan menjalin hubungan, serta memengaruhi kesehatan mental mereka,' ungkap sebuah penelitian.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking oleh Kuss dan Griffiths (2011), dewasa muda yang menggunakan media sosial dan platform game online secara berlebihan memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecanduan internet. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor seperti keinginan untuk diakui, mencari validasi sosial, dan berusaha membangun identitas di dunia maya dapat mendorong individu untuk menghabiskan waktu lebih banyak di internet. Beberapa ciri kecanduan internet antara lain penggunaan internet yang berlebihan meskipun memiliki konsekuensi negatif, kegagalan untuk mengurangi atau mengendalikan penggunaan, serta penggunaan internet sebagai pelarian dari masalah emosional atau sosial. Peran media sosial, game online, dan platform hiburan digital memainkan peran penting dalam mendorong kebiasaan penggunaan internet yang tidak sehat. Studi oleh Anderson et al. (2017) dalam Computers in Human Behavior juga menemukan bahwa kecanduan game online sangat dominan pada kelompok dewasa muda laki-laki, sementara kecanduan media sosial lebih sering terjadi pada perempuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai platform online memiliki daya tarik yang berbeda-beda bagi individu, yang berkontribusi pada pola kecanduan yang spesifik pada masing-masing kelompok.
Depresi pada Dewasa Muda
Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, dan gangguan pada fungsi harian. Dewasa muda adalah kelompok yang rentan terhadap depresi karena mereka berada pada fase transisi menuju kedewasaan, di mana mereka menghadapi berbagai tekanan seperti tuntutan akademis, masalah keuangan, pencarian identitas, dan perkembangan hubungan interpersonal. NIMH mencatat bahwa dewasa muda (usia 18-25 tahun) memiliki risiko tinggi mengalami depresi. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi depresi dalam kelompok usia ini meningkat, dengan hampir 13% dewasa muda mengalami episode depresi mayor setiap tahunnya.
Menurut American Psychological Association (APA), tingkat depresi pada dewasa muda meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Survei kesehatan mental menunjukkan bahwa tingkat depresi di kalangan mahasiswa meningkat. Dalam laporan mereka, 30% mahasiswa melaporkan gejala depresi yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa depresi adalah masalah kesehatan mental yang umum di kalangan dewasa muda, terutama di lingkungan pendidikan tinggi. (ACHA National College Health Assessment, 2021). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial, lingkungan, serta penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menjadi pemicu meningkatnya tingkat depresi pada kelompok usia ini. Dalam studi yang diterbitkan di Journal of Affective Disorders, peneliti menemukan bahwa faktor-faktor seperti penggunaan internet yang berlebihan, kesepian, dan kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk gejala depresi pada dewasa muda. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang merasa terisolasi cenderung mengalami depresi lebih parah dibandingkan dengan mereka yang memiliki jaringan sosial yang kuat. (González-Cabrera et al., 2019).
Mekanisme Psikologis di Balik Hubungan Kecanduan Internet dengan Depresi
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan banyak waktu di internet, terutama di media sosial, cenderung memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi. Ada beberapa mekanisme psikologis yang dapat menjelaskan hubungan antara kecanduan internet dan depresi pada dewasa muda. Pertama, penggunaan internet yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur. Studi oleh Liu dan Ma (2018) menemukan bahwa penggunaan internet yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur, dan meningkatkan gejala depresi. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, meningkatkan iritabilitas, dan memperburuk suasana hati secara keseluruhan.
Kedua, kecanduan internet sering kali dikaitkan dengan perasaan kesepian dan isolasi sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menimbulkan perasaan keterasingan karena interaksi online tidak selamanya dapat menggantikan hubungan sosial yang nyata. Penelitian dalam Journal of Youth and Adolescence menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan lebih banyak waktu di internet cenderung merasa lebih kesepian dan kurang puas dengan hubungan sosial mereka di dunia nyata. Interaksi yang tidak memadai di dunia nyata dapat mengurangi dukungan emosional yang diperlukan untuk mengatasi stres dan tekanan, yang dapat memperburuk gejala depresi.
Ketiga, kecanduan internet dapat mempengaruhi fungsi otak, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan pengaturan emosi. Area otak seperti korteks prefrontal dan amigdala dapat mengalami perubahan volume atau aktivitas, yang dapat berkontribusi pada perilaku impulsif dan kesulitan dalam mengatur emosi. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Addiction Biology menunjukkan bahwa individu yang kecanduan internet memiliki aktivitas abnormal pada bagian otak yang terkait dengan kontrol impuls, yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi. Penelitian dalam Frontiers in Human Neuroscience menunjukkan bahwa kecanduan internet dapat mengganggu kemampuan individu untuk mengatur emosi mereka. Penggunaan internet yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk mengelola stres dan meningkatkan gejala kecemasan dan depresi. Peneliti menemukan bahwa individu yang kecanduan internet memiliki keterbatasan dalam mengembangkan keterampilan pengaturan emosi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Kecanduan internet memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dewasa muda, dan dapat meningkatkan risiko depresi. Hubungan antara kecanduan internet dan depresi dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan fisiologis. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif dari individu, keluarga, komunitas, dan profesional kesehatan mental. Dengan pendekatan yang tepat, risiko depresi yang berkaitan dengan kecanduan internet dapat diminimalisir, sehingga dewasa muda dapat hidup sehat dan produktif di era digital ini.