Pelatih Bahrain Luncurkan Psywar di Jakarta: Strategi Licik atau Bumerang?
Pelatih Bahrain, Dragan Talajic, melancarkan psywar di Jakarta jelang laga melawan Timnas Indonesia.

Jelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Bahrain di Jakarta, pelatih Bahrain, Dragan Talajic, telah melancarkan serangkaian pernyataan yang dinilai sebagai strategi psywar. Pernyataan-pernyataan tersebut menyasar kebijakan naturalisasi pemain Indonesia, merendahkan peluang kemenangan Indonesia, dan mengabaikan kontroversi pertandingan sebelumnya di Bahrain. Pertanyaan besarnya adalah: akankah strategi ini efektif, atau justru berbalik menjadi bumerang bagi timnya sendiri?
Strategi psywar yang dilancarkan Talajic salah satunya ketika Ia mempertanyakan kebijakan naturalisasi pemain Timnas Indonesia, yang menurutnya tidak mencerminkan kemampuan sepak bola Indonesia yang sebenarnya dengan populasi penduduk mencapai 300 juta jiwa.
Tujuan dari strategi psywar ini jelas: mengganggu mental dan konsentrasi pemain serta pendukung Timnas Indonesia. Dengan merendahkan kemampuan dan peluang kemenangan Indonesia, Talajic berharap dapat menurunkan kepercayaan diri tim dan menciptakan suasana psikologis yang menguntungkan bagi Bahrain. Namun, strategi ini memiliki potensi risiko yang signifikan, karena bisa berbalik menjadi bumerang.
Dampak Psywar: Antara Motivasi dan Demoralisasi
Dampak dari psywar Talajic terhadap Timnas Indonesia bisa bersifat ganda. Di satu sisi, pernyataan-pernyataan tersebut berpotensi menurunkan moral dan konsentrasi pemain jika mereka terpengaruh. Hal ini tentu dapat berdampak negatif pada performa di lapangan. Namun, di sisi lain, psywar ini juga bisa menjadi motivasi tambahan bagi Timnas Indonesia untuk membuktikan kemampuan mereka dan membungkam kritik dari pelatih Bahrain.
Reaksi Timnas Indonesia dan pendukungnya akan menjadi penentu utama efektivitas psywar ini. Jika tim mampu menjaga fokus, mental yang kuat, dan menerapkan strategi yang tepat, maka psywar ini akan menjadi sia-sia. Sebaliknya, jika tim terpancing emosi dan kehilangan konsentrasi, maka strategi Talajic akan membuahkan hasil.
Kemampuan tim untuk mengelola tekanan dan tetap fokus pada permainan menjadi kunci keberhasilan. Dukungan penuh dari para pendukung juga sangat krusial untuk menjaga semangat juang tim. Pernyataan-pernyataan Talajic hendaknya dilihat sebagai tantangan, bukan sebagai penghinaan.
Asal Usul Psywar dalam Dunia Sepak Bola dan Tujuannya
Psywar (Psychological Warfare) dalam sepak bola adalah strategi perang psikologis yang digunakan untuk mempengaruhi mental lawan sebelum atau selama pertandingan. Bentuknya bisa berupa komentar di media, gestur di lapangan, hingga aksi provokatif yang bertujuan untuk melemahkan kepercayaan diri lawan, membuat mereka gugup, atau mengalihkan fokus mereka dari permainan.
Konsep psywar dalam olahraga, khususnya sepak bola, mulai terlihat sejak era kompetisi awal, tetapi benar-benar berkembang pada pertengahan abad ke-20, terutama ketika sepak bola mulai mendapatkan perhatian media secara luas.
- Era Awal (1930-an – 1950-an): Kompetisi dan Rivalitas Meningkat
- Pada Piala Dunia 1930, tim Uruguay menggunakan media untuk menekan Argentina dengan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi atmosfer panas di Montevideo.
- Seiring berkembangnya kompetisi antarnegara dan antar klub, strategi mental mulai menjadi bagian penting dalam persiapan tim.
- Era Modern (1970-an – 1990-an): Media dan Perang Kata-Kata
- Pada Piala Dunia 1974, legenda Belanda Johan Cruyff sering menggunakan psywar sebelum laga dengan mengomentari kelemahan lawan di depan media.
- Sir Alex Ferguson, mantan manajer Manchester United, dikenal dengan "Mind Games", sering kali memberikan komentar kontroversial untuk mengganggu lawan, seperti yang terjadi dalam persaingannya dengan Arsène Wenger dan José Mourinho.
- Diego Maradona juga kerap menggunakan psywar, seperti saat Piala Dunia 1990, di mana ia sengaja memprovokasi pemain Brasil sebelum pertandingan babak 16 besar.
- Era Digital dan Media Sosial (2000-an – Sekarang): Psywar Lebih Masif
- Media sosial menjadi alat baru untuk psywar. Pemain dan klub menggunakan Twitter, Instagram, atau konferensi pers untuk menebar perang kata-kata.
- Contohnya adalah perang komentar antara Sergio Ramos dan Mohamed Salah setelah final Liga Champions 2018, serta rivalitas di Premier League antara Pep Guardiola dan José Mourinho yang sering menggunakan strategi ini dalam konferensi pers.