Seberapa Besar Peran Erling Haaland terhadap Keterpurukan Man City?
Menganalisis kontribusi Erling Haaland terhadap kesulitan yang dihadapi oleh Manchester City saat ini.
Manajer Manchester City, Pep Guardiola, kini menghadapi tantangan baru dalam perjalanan kariernya. Sebelum mengalami kekalahan dari Tottenham Hotspur di Premier League pada Minggu dini hari WIB lalu, Guardiola tidak pernah merasakan lima kekalahan berturut-turut sejak menjabat sebagai manajer klub ini selama delapan tahun. Ini menjadi periode terburuk yang dialami Guardiola sejak ia berkiprah di dunia sepak bola Inggris.
Banyak analis berpendapat bahwa absennya Rodri akibat cedera menjadi faktor utama penurunan performa tim. Tanpa pemenang Ballon d'Or yang biasanya berfungsi sebagai pengatur permainan di lini tengah, tampak jelas bahwa permainan The Citizens menjadi lebih rentan.
Selain itu, ada anggapan bahwa rata-rata usia pemain di skuad Manchester City terlalu tua untuk dapat terus bermain sesuai dengan filosofi yang diinginkan Guardiola. Namun, penting untuk menyoroti juga peran Erling Haaland dalam situasi yang sedang dihadapi oleh tim ini.
Mengurangi kebebasan dalam permainan
Meskipun Haaland merupakan salah satu pencetak gol terbaik di generasinya dengan catatan mengesankan 75 gol dari 78 penampilan di Premier League selama tiga musim terakhir, keberadaannya kadang-kadang mengurangi fleksibilitas permainan Manchester City, baik dalam penguasaan bola maupun saat tanpa bola. Dalam laga melawan Tottenham, Haaland hanya menyentuh bola sebanyak 24 kali sepanjang pertandingan.
Sebagai perbandingan, kiper City, Ederson, bahkan lebih sering terlibat dalam permainan. Tidak ada pemain utama lain yang lebih jarang berkontribusi dibandingkan striker asal Norwegia ini. Meskipun ia memiliki peluang untuk mencetak gol, Haaland sering kali terlihat terasing di lapangan.
Ketika tidak menguasai bola, ia dinilai kurang efektif dalam melakukan tekanan dari lini depan. Dalam kekalahan melawan Spurs, ia tidak mencatatkan satu pun tekel. Sebaliknya, para pemain Tottenham seperti James Maddison, Dejan Kulusevski, dan Brennan Johnson berhasil menciptakan tekanan tinggi yang menyebabkan kesalahan pada tim Man City. Situasi ini jelas bertentangan dengan harapan Guardiola terhadap penyerang-penyerangnya.
Permainan kehilangan ritmenya
Walaupun tampak tidak adil untuk menyalahkan Haaland atas masalah yang juga dialami oleh lini tengah dan belakang, kenyataannya Man City terlalu mudah ditembus oleh lawan. Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi adalah kurangnya tekanan dari lini depan, yang biasanya dipicu oleh pemain seperti Haaland.
Ketidakmampuan Haaland untuk menjadi penggerak utama di lini depan menyebabkan Man City kehilangan ritme permainan yang diharapkan. Saat ini, Guardiola menghadapi banyak tantangan. Kevin de Bruyne, yang merupakan salah satu pemain kunci, akan mengakhiri kontraknya di akhir musim ini.
Di sisi lain, Kyle Walker tidak menunjukkan performa yang sama seperti ketika ia menjadi andalan The Citizens. Selain itu, Rodri diperkirakan tidak akan kembali bermain hingga musim panas mendatang. Jika keadaan ini terus berlanjut, Man City berisiko kehilangan kesempatan besar di musim ini.
Meskipun Haaland telah mencetak 15 gol di semua kompetisi musim ini, yang bisa jadi penyelamat, striker berusia 24 tahun tersebut juga tidak boleh luput dari evaluasi. Ia mungkin menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi yang sedang dihadapi oleh Man City.
Klasemen
Kutipan langsung yang diminta tidak ada dalam teks yang diberikan, namun jika ada kutipan yang ingin disertakan, silakan berikan dan saya akan menambahkannya.