Profil
Sofyan Basyir
Sofyan Basir mengawali karir di dunia perbankan sejak tahun 1981 di Bank Duta. Pada 1985 dia bergabung dengan Bank Bukopin dan menduduki beberapa posisi sebagai manajerial di Bank Bukopin khususnya menjadi Direktur Komersial, Group Head Line of Business, dan Pimpinan Cabang di beberapa kota besar Indonesia.
Setelah itu dia menjadi pimpinan Bank BRI pada Mei 2005. Di tangan Sofyan, BRI yang dulu kerap diidentikkan dengan bank pasar dan desa. Tetapi kini, bank pelat merah itu telah berubah menjadi bank modern yang siap bersaing dengan bank umum lain.
Beberapa keputusan strategis Sofyan terbukti berdampak baik terhadap kinerja dari BRI. Dia mampu mengubah BRI menjadi bank yang mampu bersaing dengan bank-bank nasional bahkan internasional. BRI berhasil menjadi sejajar dengan berbagai Bank lainnya yang ada di Indonesia. Berkat adanya semangat dan kegigihannya juga, berbagai penghargaan telah diberikan kepada dirinya dan juga BRI sebagai bank terbaik.
Pencapaian tersebut memang tidak terlepas dari pengalaman yang dimiliki, berpengalaman di sektor ini sejak 1980 dengan bekerja di Bank Duta.
Menurutnya, sejak lama BRI sudah menguasai pangsa pasar hingga ke pedesaan. Seiring persaingan ketat di sektor perbankan, pedesaan tidak lagi menjadi monopoli BRI. Lantaran hal tersebut, Sofyan tergerak hatinya untuk memperluas jangkauan di perkotaan.
Dibalik segala prestasi yang diraihnya, Sofyan memiliki kepribadian yang sederhana. Sifat dirinya maupun filosofi perusahaan yang selalu mendekatkan diri dengan wong cilik ternyata berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari Sofyan, misalnya dalam hal gaya berpakaian yang sangat sederhana.
Biasanya Sofyan mengenakan baju batik, jas, atau kemeja plus dasi yang bergaya konservatif atau menyesuaikannya dengan pertemuan yang akan dikunjungi.
Tren gadget yang terus berkembang juga tidak membuat Sofyan tergiur untuk gonta-ganti telepon seluler (ponsel) layaknya bankir-bankir lain. Dia masih mempertahankan ponsel lawasnya.
Tidak hanya itu, saat melakukan kunjungan ke daerah, dia juga tak pilih-pilih hotel. Dia tidak mempermasalahkan apakah hotel tersebut berkelas atau tidak. Yang penting, dia dapat mengunjungi karyawan hingga pelosok.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic