Ada Plakat untuk Mengenang Pendaki yang Hilang, Ini 4 Fakta Gunung Singgalang Sumatra Barat
Di balik pesonanya, tersimpan cerita tragis yang dialami oleh para pendaki Gunung Singgalang ini.

Di balik pesonanya, tersimpan cerita tragis yang dialami oleh para pendaki Gunung Singgalang ini.

Ada Plakat untuk Mengenang Pendaki yang Hilang, Ini 4 Fakta Gunung Singgalang Sumatra Barat
Indonesia dikelilingi oleh puluhan gunung dengan kategori aktif dan tidak aktif. Banyak pecinta alam yang berbondong-bondong mendaki dan menjelajah gunung di berbagai daerah.
Pulau Sumatra tepatnya di Provinsi Sumbar, terdapat sebuah gunung yang menjadi spot favorit para pendaki, yaitu Gunung Singgalang. Memiliki ketinggian 2.877 meter di atas permukaan laut, Gunung Singgalang dianggap mirip dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah.
Selain memiliki pemandangan alam yang indah, Gunung Singgalang termasuk dalam golongan gunung yang tidak aktif dan memiliki karakter udara lembap serta kandungan air yang banyak.
Di balik pesonanya, tersimpan cerita tragis yang dialami oleh para pendaki Gunung Singgalang ini. Berikut ulasannya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber.
Ada 2 Gunung
Mengutip Liputan6.com, Gunung Singgalang memiliki kembaran bernama Gunung Tandikat yang ketinggiannya lebih rendah dan masih berstatus aktif. Dua gunung ini dianggap sebagai Gede Pangrangonya di Sumatra.
Salah satu jalur pendakiannya ada di Pandai Sikat yang merupakan sebuah wilayah desa penghasil tenun dan ukiran kayu. Desa ini ada tersemat di pecahan uang Rp5.000.
Akan tetapi untuk jalur pendakian antara Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat tidak ada yang pasti. Apabila ingin mendaki, ada jalur terpisah yang harus melewati kawah yang lebar ditambah dengan pemandangan menakjubkan.

Jalur yang Licin dan Terjal
Untuk mencapai kaki Gunung Singgalang, para pendaki bisa melalui jalur pendakian utama Pandai Sikek. Setelah itu, pendaki biasanya berhenti di Pasar Koto Baru sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya.
Dari Pasar Koto Baru, bisa berjalan atau naik kendaraan umum dengan jarak 2 kilometer sampai ke posko pendakian di Desa Tanjuang, Kenagarian Pandai Sikek. Kemudian, bisa naik kendaraan lagi ke pos pemberhentian berikutnya.
Dengan jarak lebih kurang 4 kilometer dari posko pendakian, dari sini baru dimulai pendakian sesungguhnya. Selama pendakian, akan melewati hutan-hutan, jalan setapak melewati akar-akar kayu. Beberapa trek di Gunung Singgalang cukup terjal dan licin.
(Foto: Liputan6)
Plakat Pendaki yang Hilang
Di ketinggian 2.819 mdpl, para pendaki akan menemukan sebuah danau yang indah bernama Telaga Dewi atau Danau Dewi. Rasanya tempat ini cocok untuk melepas penat dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian sampai ke puncak.

Biasanya Telaga Dewi menjadi tempat favorit penduduk setempat untuk mendirikan tenda pada hari Sabtu. Apabila hari biasa, di tempat ini jarang sekali ditemukan pendaki atau penduduk setempat yang mendirikan tenda.
(Foto: wikipedia)
Di balik pesonanya yang menakjbukan, tepat di dekat Telaga Dewi atau di ketinggian 2.679 mdpl, terdapat sebuah plakat sebagai bentuk mengenang dan didedikasikan untuk dua siswa dari Kota Padang yang mendaki gunung ini tapi tak kunjung kembali pada tahun 1988.
Kisah Mistis
Mengutip pendakicantik.com, ada sederet kisah mistis yang dialami para pendaki saat berada di Gunung Singgalang tepatnya pada tahun 2002 silam. Lima orang pendaki itu tersesat di jalur pendakian karena kondisi cuaca ekstrem sehingga mereka kehilangan arah.
Mengetahui mereka tersesat, kelima pendaki itu berunding dan mengingat apa saja yang telah mereka perbuat selama di gunung ini. Tak lama mereka berdoa dan meminta maaf kepada penunggu Gunung Singgalang.
Kemudian, mereka bertemu sepasang kekasih tepat di jalur pendakian. Mereka sempat diberi tahu terkait jalur ke bawah akan tetapi para pendaki itu menolak dan memilih jalur yang dipilihnya. Mereka tersadar bahwa arah yang ditunjukkan oleh sepasang kekasih itu adalah jurang.
Di perjalanan, mereka bertemu dengan kakek tua dan sempat bertanya kemana arah jalur turun. Kemudian kakek itu menunjukkan arah yang benar, sampai mereka bertemu dengan sebuah masjid pada waktu subuh.
Konon, salah satu dari kelima pendaki itu telah buang air sembarangan yang mengakibatkan mahluk halus tidak nyaman sehingga selama perjalanan turun mereka dibuat kesulitan.