Mengenal Rumah Limas, Rumah Tradisional dari Sumatra Selatan Penuh Filosofis
Rumah Limas, tempat tinggal tradisional milik masyarakat Sumatra Barat yang penuh dengan nilai-nilai filosofis.

Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah tradisional yang penuh dengan makna filosofis dan nilai-nilai arsitektur tinggi.

Mengenal Rumah Limas, Rumah Tradisional dari Sumatra Selatan Penuh Filosofis
Salah satu rumah tradisional penuh dengan nilai-nilai filosofis yaitu Rumah Limas di Sumatra Selatan. Potret Rumah Limas sempat menjadi gambar di pecahan uang Rp10.000.
Rumah ini berbentuk bertingkat yang diartikan oleh masyarakat setempat bernama Bengkalis. Luas rumah tersebut bisa sekitar 400 hingga 1000 meter persegi. Biasanya, Rumah Limas digunakan untuk tempat pesta pernikahan dan acara-acara adat.
Penasaran dengan asal usul Rumah Limas dari Sumatra Selatan? Simak rangkumannya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.

Bahan Utama: Kayu Berkualitas
Melansir indonesia.go.id, sebelum membangun Rumah Limas, diwajibkan memilih kualitas kayunya. Konon, pemilihan kayu menyesuaikan karakter dan kepercayaan masyarakat setempat.
Uniknya, kayu-kayu tersebut diduga kayu berkualitas tinggi dan hanya tumbuh di Palembang.
Macam-Macam Kayu
Bagian pondasi, menggunakan kayu bernama Unglen. Jenis kayu yang satu ini dianggap kuat dan tahan air.
Setiap jenis kayu yang digunakan dalam membangun Rumah Limas ini berbeda-beda. Seperti bagian dinding, lantai, jendela, dan pintu biasanya menggunakan kayu Tembesu, yang mempunyai keunggulan dari segi ekonomi dan ekologi.
Kemudian, kerangka rumah, menggunakan kayu Seru. Konon, kayu ini sengaja tidak ditempatkan di bagian bawah rumah karena dianggap suci, alias dilarang untuk diinjak atau dilangkahi.

Penuh Makna Filosofis
Rumah Limas pada dasarnya berbentuk rumah tingkat. Rupanya setiap tingkatan memiliki makna tersendiri dan menggunakan filosofi kekijing, yang setiap ruangan diatur berdasarkan penghuninya mulai dari jenis kelamin, bakat, pangkat, serta martabat.
Tingkat pertama disebut Pagar Tenggalung yang digunakan untuk tempat menerima para tamu yang datang saat acara adat.
Tingkat kedua disebut Jogan yang ditempati oleh anggota keluarga pemilih rumah yang berjenis kelamin laki-laki.
Tingkat Ketiga lebih variatif, posisi lantainya tinggi dan bersekat. Biasanya digunakan oleh tamu undangan khusus ketika pemilik rumah sedang mengadakan hajatan.
Tingkat keempat digunakan oleh orang yang dihormati atau memiliki ikatan dengan pemilik rumah, contohnya Dapunto atau Datuk.
Terakhir, ruangan ini cukup luas dibandingkan dengan ruangan sebelumnya, biasa disebut Gegajah. Biasanya ruangan ini digunakan oleh orang yang mempunyai strata sosial yang tinggi. Uniknya, ruangan terakhir ini lebih bersifat privasi dibandingkan tingkatan lainnya.