Mengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung
Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Mengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung
Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
Tari Selapanan sampai saat ini masih jarang diketahui, terutama masyarakat Lampung itu sendiri. Meski demikian, tarian ini harus tetap dilestarikan dan dijaga keberadaannya di tengah gempuran teknologi yang serba modern.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Dimana tarian Seblang Olehsari biasa diadakan? Ratusan pengunjung selalu memadati tradisi budaya yang digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi tersebut.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Dimana tari tradisional berkembang? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.
-
Siapa yang mengembangkan Tari Topeng Kaliwungu? Mbah Nemo adalah tokoh yang berjasa besar dalam mengembangkan tarian ini.
-
Apa itu Tari Topeng Wuwung Kawangi? Daya tarik genteng tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah seni tari bernama topeng Wuwung Kawangi.
Perkembangan Tari Selapanan
Mengutip berbagai sumber, Tari Selapanan sudah mulai muncul dan populer pada masa kejayaan pemerintahan adat istiadat Keratuan Darah Putih pada abad ke-16 di Desa Kahuripan Saka/Negara Ratu.
Sejak saat itulah banyak ragam jenis tarian yang berkembang di lapisan masyarakat Lampung, kemudian sempat berkurang ketika masa penjajahan tiba.
Banyak dari ragam jenis tarian yang berkembang sebagai pelengkap acara adat yang diadakan langung oleh Keratuan Darah Putih.
Ditampilkan 30 Tahun
Tari Selapanan biasa ditarikan minimal 30 tahun sekali karena tarian ini hanya untuk pernikahan keturunan laki-laki pertama dari pihak keratuan dan juga acara-acara besar di Keratuan Darah Putih, contohnya saat pengangkatan gelar "Pahlawan Radin Intan II" tahun 1987.
Tarian ini sayangnya masih jarang diketahui oleh masyarakat Lampung itu sendiri. Hal ini dikarenakan tarian ini biasa dibawakan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Biasanya, tarian ini dibawakan oleh Muli Mekhanai, perwakilan dari penyimbang adat yang ada di Keratuan Darah Putih secara bergantian. Bahkan, kostum yang digunakan masih kental dengan Keratuan Darah Putih.
Penampilan Tari Selapanan
Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tari Selapanan dibawakan oleh 4 penari, 2 penari pria dan 2 penari perempuan. Biasanya tarian ini akan muncul ketika acara Ruwah atau Syukuran tepat sehari sebelum berakhirnya acara.
Pada pelaksanaannya, penari pria berusaha untuk menjatuhkan Kikat, yaitu gerak samber yang berguna untuk menunjukkan kebolehan masing-masing. Apabila Kikat milik salah satu penari pria itu jatuh, maka tarian dihentikan dan dilanjutkan dengan pasangan penari lainnya.
Bagi penari perempuan, aksesoris yang digunakan saat pelaksanaan Tari Selapanan menggunakan kipas.
Ditetapkan Menjadi WBTB
Meski tarian ini popularitasnya sangat rendah, tetapi Tari Selapanan sudah terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019 lalu.