Ancaman AI dan DeepFake Makin Mengkhawatirkan
Pentingnya peningkatan sistem keamanan di tengah lonjakan kasus kejahatan siber berbasis AI.

Deputi Direktur Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Dedi Noor Cahyanto, menegaskan pentingnya peningkatan sistem keamanan di tengah lonjakan kasus kejahatan siber berbasis AI.
“Industri keuangan yang kuat harus selaras dengan edukasi dan inovasi teknologi keamanan digital. Dengan meningkatnya ancaman fraud berbasis AI, kita perlu memastikan perlindungan konsumen yang lebih ketat,” ujarnya dalam keterangan resminya, Senin (10/3).
CEO dan Founder VIDA, Niki Luhur, mengungkapkan bahwa teknologi deepfake kini digunakan untuk menciptakan video dan audio palsu yang menyerupai identitas asli seseorang, sehingga memudahkan pelaku kejahatan dalam mengambil alih akun korban.
“Penipuan AI bukan lagi ancaman masa depan, melainkan sudah terjadi saat ini. Para pelaku bisa berpura-pura sebagai Anda dan mengakses akun keuangan dengan mudah,” jelasnya.
Menurut whitepaper terbaru VIDA berjudul “Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia”, ditemukan fakta bahwa:
- 67% konsumen pernah mengalami transaksi tidak sah pada akun digital mereka.
- 84% bisnis mengalami insiden keamanan akibat lemahnya metode autentikasi berbasis SMS OTP.
- 98% bisnis menghadapi tantangan keamanan data, tetapi hanya 9% yang telah menerapkan sistem perlindungan lebih kuat.
Data ini menunjukkan bahwa ekosistem digital Indonesia masih membutuhkan sistem keamanan yang lebih canggih untuk melindungi pengguna.