Kata Riset ini, 1 dari 4 Orang Pernah Godain AI
urvei tersebut menunjukkan 26% responden mengakui pernah menggoda chatbot AI.

Meskipun Hari Valentine telah berlalu, penipuan cinta berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia terus menjadi ancaman serius.
Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, selama tiga bulan terakhir, kerugian akibat penipuan digital, termasuk modus love scam berbasis AI, mencapai Rp 700 miliar.
Lebih dari 42.000 pengaduan diterima Indonesia Anti Scam Center (IASC), dengan banyak korban terjebak dalam penipuan yang melibatkan identitas palsu dan teknologi deepfake.
Para penipu kini memanfaatkan kecanggihan chatbot AI untuk membangun koneksi emosional dengan korban, membuat penipuan semakin sulit dideteksi.
"Dengan AI yang semakin maju, semakin sulit untuk membedakan apakah video atau foto itu asli. Hal ini bermasalah ketika seseorang mencoba membangun hubungan secara online," ujar Wafa Taftazani, General Manager Indonesia di Tools for Humanity dalam keterangannya, Rabu (19/2).
Survei Global: 1 dari 4 Orang Pernah Goda AI
Temuan lain yang mengejutkan datang dari survei global World yang melibatkan lebih dari 90.000 responden di sembilan negara, termasuk Indonesia.
Survei tersebut menunjukkan 26% responden mengakui pernah menggoda chatbot AI, baik secara sadar maupun tidak. Survei ini menyoroti peran AI yang kian signifikan dalam hubungan sosial dan interaksi digital.
Selain itu, 90% responden menginginkan adanya sistem verifikasi manusia di aplikasi kencan untuk mengurangi risiko bertemu bot atau profil palsu.
Sementara itu, 60% partisipan mengaku pernah mencurigai bahwa lawan bicara mereka di aplikasi kencan adalah bot, dan 61% mengungkapkan kekhawatiran serupa.
Lebih jauh, dua pertiga responden percaya bahwa aplikasi kencan belum mengambil langkah cukup untuk memverifikasi pengguna, sementara 21% mengaku menjadi korban upaya phishing, 10% berinteraksi dengan bot, dan 15% mengalami keduanya.
Teknologi Verifikasi World ID Didorong untuk Cegah Penipuan
Sebagai respons terhadap tren ini, World telah meluncurkan World ID, sistem proof of human digital yang diklaim mampu membantu memverifikasi identitas manusia di internet. Hingga saat ini, lebih dari 10 juta orang telah menggunakan World ID, dengan lebih dari 20 juta unduhan aplikasi World di seluruh dunia.
"Proof of Human sangat penting untuk mencegah penipuan dan melindungi kesejahteraan mental. Identitas digital yang terverifikasi akan memastikan pengguna berinteraksi dengan orang asli," tambah Wafa.
Aplikasi World ini tidak hanya ditujukan untuk aplikasi kencan bebas bot, tetapi juga untuk sistem pemungutan suara dan pemilihan online yang lebih transparan. Dengan meningkatnya interaksi digital, teknologi seperti World ID diharapkan dapat menjadi solusi untuk meminimalisir risiko penipuan dan meningkatkan kepercayaan dalam hubungan daring.